Bank Dunia Mengubah Batas Garis Kemiskinan pada Tahun 2022

Rumah penduduk miskin
Sumber :
  • vstory

VIVA – Mengutip laporan Word Bank (Bank Dunia) pada “East Asia and The Pacific Economic Update October 2022” di mana basis perhitungan baru berdasarkan Purchasing Power Parities (PPP) 2017. Sementara basis perhitungan sebelumya dari PPP 2011.  Mengacu PPP 2017, Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan ekstrem menjadi US$ 2,15 per kapita per hari atau Rp 32.812 per kapita per hari (asumsi kurs Rp 15.261 per dolar AS). Sebelumnya, garis kemiskinan ekstrem ada di level US $ 1,90 per kapita per hari.

Adanya ketentuan baru Bank Dunia mengenai hitungan paritas daya beli (PPP) atau kemampuan belanja mulai musim gugur 2022 (22 atau 23 September sampai 21 atau 22 Desember). Paritas daya beli menyetarakan harga sekeranjang/sekelompok barang yang identik di berbagai lokasi berbeda. Dengan konsep PPP, Bank Dunia bisa menyesuaikan angka Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang berbeda di masing-masing negara.

Bank Dunia juga menaikkan ketentuan batas untuk kelas penghasilan menengah ke bawah (lower midle income class). Batas kelas penghasilan menengah ke bawah dinaikkan dari US$ 3,20 menjadi US$ 3,65 per orang per hari. Sementara itu, batas penghasilan kelas menengah ke atas (upper-midle income class) dinaikkan dari US$ 5,50 menjadi US$ 6,85 per orang per hari.

Konsekwensinya dengan perhitungan baru ini, sebanyak 33 juta orang kelas menengah bawah di Asia turun kelas menjadi miskin. Indonesia dan China menjadi negara dengan penurunan kelas menengah terbanyak. Tercatat ada 13 juta kelas menengah ke bawah di Indonesia turun level menjadi miskin. Sementara, di China sebanyak 18 juta orang kelas menengah bawah turun kelas menjadi miskin.

Adapun orang kelas menengah atas di Indonesia yang turun kelas mencapai 27 juta orang. Sedangkan, orang kelas menengah atas yang turun kelas mencapai 115 juta orang di China. Secara keseluruhan, ada 174 juta orang kelas menengah atas di Asia turun kelas.

Bank Dunia mencatat garis kemiskinan untuk menentukan kelas menengah diambil dengan menggunakan median (garis tengah) dari garis kemiskinan negara berpenghasilan menengah ke bawah dan menengah atas.

Faktor paling penting dari perubahan in adalah karena berubahnya tingkat harga di negara lain, terutama Amerika Serikat. Kenaikan harga akan membuat kemampuan daya beli masyarakat berkurang dan meningkatkan angka kemiskinan.

Dengan adanya perubahan perhitungan yang dirilis Bank Dunia pada 28 September 2022 ini, maka perlu bijak dalam menyikapi adanya perbedaan ini. Adapun data yang telah dirilis BPS (tertanggal surat 19 Agustus 2022) berdasarkan data Susenas Konsumsi Pengeluaran (Susenas KP) Maret 2022 yang terdiri atas data jumlah dan persentase penduduk miskin ekstrem dimana data jumlah penduduk miskin ekstem tahun 2022 di DIY ada 96,73 ribu atau 2,41 persen.

Sedangkan menurut kabupaten/kota, Kabupaten Kulon Progo jumlah penduduk miskin ekstrem sebesar 14,78 ribu orang, atau 3,31 persen; Kabupaten Bantul ada 27,51 ribu orang (2,59 %); Kabupaten Gunungkidul 33,26 ribu orang (4,30 %); Kabupaten Sleman ada 18,16 ribu orang (1,42 %) dan di Kota Yogyakarta masih ada penduduk miskin ekstrem sebanyak 3,01 ribu orang atau 0,67 persen.

Angka kemiskinan kabupaten/kota ekstrem dihitung dari penyesuaian pengeluaran per kapita dalam PPP dan penghitungan GKE (Garis Kemiskinan Ekstrem) tiap kabupaten/koa merupakan hasil perkalian rasio rata-rata pengeluaran dengan GKE Nasional.

Yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa masih ada kemiskinan ekstrem ditengah-tengah kita. Karena kemiskinan ekstrem ada pada rumah tangga atau keluarga yang tidak bisa diberdayakan secara ekonomi, ada anggota rumah tangga yang harus menanggung pengobatan berkelanjutan, kelompok rentan dan terpinggirkan sehingga perlunya kepedulian antar anggota masyarakat untuk bersama-sama mengangkat keluarga yang masih masuk miskin ekstrem dan juga pemerintah harus hadir.

Kalau misalkan masih ada keluarga miskin ektrem yang ada disekitar tempat ibadah (Masjid), maka peran serta takmir masjid untuk bersama memikirkan untuk mengangkat keluarga tersebut keluar dari miskin ekstrem, misalnya kalau masih bisa diperdayakan dengan bantuan modal  atau kalau mempunyai anak yang masih sekolah dengan menjamin pendidikannya sampai selesai dan dicarikan pekerjaan sehingga bisa mandiri. Karena dengan penddidikan bisa memutus rantai kemiskinan.

Yang perlu dipupuk di tengah masyarakat adalah rasa saling peduli dan ikhlas membantu sesama, saling menghormati, toleransi, bekerja sama,  gotong royong, saling menyayangi, dan tepa salira.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.