Agustus 2022 Indonesia Deflasi, Tapi Ada Komoditas Penyumbang Inflasi

Ilustrasi Telur Ayam.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi pada bulan Agustus sebesar 0,21 persen. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan ini disebabkan deflasi pada komponen harga bergejolak.

"Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota, pada Agustus 2022 terjadi deflasi sebesar 0,21 persen (mont-to Mont). Kalau diperhatikan komoditas utama penyumbang deflasi pada Agustus 2022 ini berasal dari bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng dan daging ayam ras," kata Margo Yuwono.

Dia mengatakan deflasi ini merupakan yang terdalam sejak September 2019, pada September 2019 terjadi deflasi sebesar 0,27 persen,lebih lanjut Margo menyebutkan deflasi Agustus 2022 disebabkan deflasi pada komponen harga yang bergejolak.

"Penyumbang andil utama deflasi mulai memasuki masa panen di bulan Agustus 2022 dan berdampak pada pulihnya pasokan, seperti bawang merah di Nganjuk, Probolinggo, dan Demak, serta cabai di Kediri dan Blitar. Komponen harga bergejolak ini memberikan andil pada deflasi bulan Agustus sebesar 0,51 persen.

Walaupun Agustus terjadi deflasi, namun pada komponen harga bergejolak masih terdapat komoditas yang mengalami inflasi, utamanya adalah beras dan telur ayam.

Harga beras pada bulan Agustus 2022 baik kualitas premium, medium dan luar kualitas di tingkat penggilingan semuanya mengalami kenaikan.

Berdasarkan data BPS, pada Agustus 2022, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp.9.901 per kg, mengalami kenaikan sebesar 2,83 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp. 9.538 per kg, mengalami kenaikan sebesar 2,93 persen, dan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar Rp.9069 per kg, mengalami kenaikan sebesar 1,84 persen. 

Dibandingkan dengan Agustus 2021, rata-rata harga beras di penggilingan pada Agustus 2022 untuk kualitas premium, medium dan luar kualitas masing- masing naik sebesar 4,23 persen;4,96 persen dan 4,38 persen.

Rata-rata harga gabah kering panen ditingkat petani Rp. 4.448 per kg di bulan Agustus, sementara gabah ditingkat penggilingan menjadi Rp. 4.545 per kg. Kenaikan harga beras disebabkan naiknya harga gabah ditingkat petani dan penggilingan, secara bulanan, harga gabah kering panen (GKP) naik 3,19 persen, dan harga gabah kering giling (GKG) naik 3,37 persen dibanding Juli 2021.

Harga telur ayam ras juga terus mengalami peningkatan, data BPS menyebutkan telur ayam telah mengalami inflasi sebesar 2,87 persen secara bulanan. Pada bulan Agustus 2022 harga rata-rata telur ayam ras telah mengalami kenaikan yang mengejutkan, dari Rp. 28.330 per kg pada bulan Juli menjadi Rp.29.140 per Kg pada bulan agustus. 

Dengan kenaikan harga ini, Margo mengatakan bahwa telur ayam ras memberikan andil yang cukup besar pada pergerakan inflasi sebesar 0,022 persen.

Telur adalah komoditas yang cukup besar permintaannya jika tinggi harganya tentu masyarakat akan mengeluh akan hal ini. Kelompok pedagang pasar yang tergabung dalam ikatan pedagang pasar Indonesia (IKAPPI) menyampaikan bahwa harga telur saat ini merupakan tertinggi dalam sejarah 5 tahun terakhir. 

Menteri Perdagangan Syailendra menjelaskan penyebab kenaikan ayam ras yaitu menurunnya populasi ayam petelur hingga 30 persen karena penurunan konsumsi dan merosotnya harga pada awal pandemi Covid-19.

Sehingga, banyak pelaku usaha lebih memilih memotong ayam daripada menunggu hasil telurnya. Tetapi permintaan terhadap komoditas telur meningkat tajam sejumlah 60 persen untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, industri makanan dan minuman, kafe, restoran dan hotel.

Pemerintah diharapkan menjaga stabilitas harga, terutama komoditas strategis untuk meminimalisir terjadinya inflasi. Sebaiknya pemerintah bersama pihak terkait dapat melakukan operasi pasar untuk memantau kenaikan dan penurunan harga komoditas, pemerintah dapat pula mengadakan pasar murah untuk ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu.

Untuk menurunkan inflasi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah diharapkan untuk bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan inflasi ini, dalam rangka menentukan kebijakan yang efektif untuk mengendalikan harga komoditas, pemerintah pusat hingga daerah dapat membuat tim pengendali inflasi, tim ini bekerja sama dengan dinas terkait bertugas memantau harga komoditas, memetakan jalur distribusi dari produsen, distributor hingga konsumen, dan memantau stok barang secara berkala di tingkat produsen dan distributor.

Sehingga dengan adanya tim ini bisa memberikan alarm awal untuk pemerintah, sehingga pemerintah dapat memikirkan upaya penyelesaian secara dini agar inflasi bisa diminimalisasi.

Potensi-potensi kenaikan harga ini seharusnya dapat diantisipasi agar masyarakat tenang dan kemiskinan tidak bertambah. (Penulis adalah ASN Pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah)

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.