Sensus Pertanian 2023 untuk Petani Indonesia yang Lebih Sejahtera

Ubi kayu
Sumber :
  • vstory

VIVA – Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi palawija di Indonesia pada tahun 2015 tercatat produksi  padi secara nasional sebanyak 75 juta ton gabah kering giling, sedangkan produksi palawija terbesar adalah ubi kayu sebesar 21,8 juta ton umbi basah, selanjutnya jagung 19 juta ton pipilan kering., ubi jalar 2,30 juta ton umbi basah, sedangkan produksi palawija lainnya di bawah 1 juta ton. Secara nasional umbi kayu adalah tanaman palawija yang paling banyak ditanam di Indonesia.

Dari syair lagu “Tongkat kayu dan batu jadi tanaman” tentu tidak dilepaskan dari suburnya wilayah Indonesia pada umumnya dan khususnya juga potensionalnya tanaman ubi kayu atau singkong untuk dikembangkan di bumi Handayani Gunungkidul.

Ibarat kata batang singkong ditancapkan di tanah tinggal nunggu 7-8 bulan sudah bisa memanen singkong. Pandangan “negatif” selama ini yang manyatakan singkong makanan “ndeso” orang desa, orang desa kebanyakan petani dan petani dicap “miskin”, pandangan masa lalu yang seharusnya diubah menjadi pangan positif, singkong makanan orang kota, dan petani adalah orang yang kaya.

Pengalaman orang orang tua dahulu di masa-masa sulit makanannya dari gaplek (singkong dikupas, dijemur), inipun juga harus diubah menjadi tepung gaplek, untuk membuat makanan alternatif yang bisa meningkatkan nilai tambahnya, misalnya gaplek yang dibuat tiwul dengan aneka pilihan toping, seperti keju, coklat, dll.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Gunungkidul dan Dinas Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY bahwa pada tahun 2020, sektor pertanian, hortikulturan dan perikananan Kabupaten Gunungkidul menyumbang sekitar 70 persen tanaman pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan kata lain bumi Handayani (sebutan lain dari Gunungkkidul) adalah lumbung pangan DIY.

Lumbung pangan di sini meliputi padi sawah, padi ladang dan palawija seperti jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu, ubi jalar dll. Pada pembahasan di sini diutamakan tanaman ubi kayu (singkong). Pada tahun 2020, luas panen tanaman ubi kayu di Gunungkidul adalah 43.855 Hektar, sedangkan pada tahun 2021, luas panen tanaman ubi kayu mengalami kenaikan sekitar 0,4 persen atau menjadi 44.025 Hektar.

Adapun produksi tanaman ubi kayu, berdasarkan perkiraan dari plot terpilih secara acak hasil ubinan, luas ubinan 2,5 m x 2,5 m atau seluas 6,25 meter persegi, akan ditimbang ubi kayu nya. Rumus ubinan/perkiraan produktivitas = hasil luasan ubinan x (1 hektar : luas ubinan). Maka perkiraan produksi ubi kayu menurut Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul tahun 2021 sebesar 832.000 ton umbi basah dengan luas panen 44.025 Hektar, dengan asumsi hasil ubinan rata-rata sebesar 11,8 kg per ubinan atau 18,9 ton per Hektar.

Dengan produksi ubi kayu yang melimpah ini maka perlu ada penanganan pasca panen seperti perlu adanya jalinan kemitraan antara petani dengan pengusaha kuliner dan pemerintah untuk menjamin kepastian dan kestabilan harga di tingkat petani, artinya petani tetap dapat menikmati keuntungan dari penjualan ubi kayu umbi basah ini ke pengusaha atau pedagang dengan tetap diawasi oleh pemerintah.

Sebagai contoh pengusaha kuliner, rumah makan, restoran, hotel, kafe dll bisa menampung ubi kayu dari petani dengan mengolahnya menjadi masakan makanan  yang kekinian seperti tela-tela, dll dengan harga kesepakatan yang masih menguntungkan petani. Tentu sudah ada kesepakatan jenis ubi kayu apa yang ditanam, misalnya jenis ubi kayu ketan yang akan dimasak di tempat pengusaha kuliner.

Karena masa tanam sampai panen tanaman ubi kayu yang cukup lama, maka petani sudah mengembangkan cara tanam tumpeng sari dengan tanaman padi, kacang atau tanaman palawija lainnya.

Pembinaan dari dinas terkait tentang benih pupuk penyerapan produksi pasca panen tetap dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan pertanian ubi kayu. Pemerintah mengusahan bibit ubi kayu hasil inovasi dari badan penelitian dan pengebangan pertanian yang menghasilkan varietas ubi kayu unggulan, tahan hama penyakit dan rasanya enak, yang kemudian bisa didistribusikan ke petani.

Dinas bisa memberi contoh dengan gerakan menanami daerah milik pemerintah daerah yang selama ini tidak ada tanaman atau selama ini di lahan yang dibiarkan atau tidak ditanami menjadi lahan penanaman ubi kayu varietas unggul. Menghimbau seluruh warga yang mempunyai lahan yang masih kosong untuk ditanami tanaman ubi kayu dengan bibit dari dinas.

Selain itu perlunya inovasi-inovasi pengolahan pasca panen seperti pengolahan berbagai makanan hasil kreasi dengan bahan baku ubi kayu, yang bisa meningkatkan nilai tambah ubi kayu itu sendiri. Inovasi yang tidak kalah penting adalah inovasi pra penanaman ubi kayu atau mulai dari penyiapan lahan penanaman singkong sehingga bisa mendapatkan produk ubi kayu dengan berat jumbo, satu pohon ubi kayu bisa menghasilkan ubi kayu dengan berat 20-25 kg.

Inovasi yang sudah diaplikasikan Bapak  Suyadi, seorang petani tangguh dari Wonosari Gunungkidul, seorang Pensiunan Guru SMK 3 Wonosari adalah  dengan cara budidaya ubi kayu (singkong) agar hasilnya maksimal sebagai berikut:

1. Menyiapkan lahan digemburkan, dibuat bedengan dengan ketinggian 40 cm dengan lebar 1 meter.

2. Diberi pupuk kandang yang cukup sebagai nutrisinya

3.Menyiapkan bibit yang baik. Dengan cara bibit digergaji dg ukuran  25 cm. Selanjutnya bagian bawah dikupas kulitnya dan di atasnya juga dikupas kulitnya dengan tujuan agar tumbuh akar, sehingga atas tumbuh akar dan di bawahnya juga tumbuh akar menjadi tingkat.

4. Dibersihkan gulmanya/rumputnya.

Bedengan dibuat lebih tinggi dengan tujuan kandungan air di tanah sedikit. Penanaman biasanya awal bulan Januari sehingga pasokan air dari hujan masih cukup melimpah.

Lahan yang baik pupuk yang maksimal (pupuk kandang) bebas gulma.

Pupuk kandang bisa diperoleh dari kotoran kambing, domba, sapi, ayam baik untuk tanaman ubi kayu dan palawija umumnya.

Semoga bisa memperoleh singkong selain secara kuantitas (berat) bisa meningkat , juga secara kualitas (pengolahan pasca panen) menjadi makanan yang tidak dipandang sebelah mata lagi hanya menjadi makanan “ndeso”, tetapi sudah diterima anak-anak muda dan makanan orang kota. Sehingga dengan singkong bisa mengungkit nilai tambah pendapatan bruto di Indonesia.

Sensus Pertanian akan dilaksanakan 1-30 Mei 2023, dengan harapan dengan ST 2023 memberi peran untuk kesejahteraan petani Indonesia.

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.