Peristiwa Penembakan Itu, Masalah Akal Sehat

Kapolri dan jajarannya saat melakukan jumpa pers di Mabes Polri. (Photo: VIVA/ Rahmat Fatahillah Ilham)
Sumber :
  • vstory

VIVA  – Makin terang dan makin jelas. Melebihi terang tanah di waktu subuh. Itulah yang terjadi dengan perkembangan berita peristiwa penembakan Brigadir J. Peristiwa berdarah dan penuh luka yang menjadi berita hitam negeri ini.

Adalah Irjen FS yang disebut Kapolri, Jendral Listyo Sigit Prabowo, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Selasa lalu (9/8/2022). Irjen FS dinyatakan sebagai sosok yang memerintahkan penembakan. Jenderal berbintang dua itu pun kini menjadi tersangka. Menambah barisan 3 tersangka lainnya yang sudah dirilis sebelumnya.   

Serempak masyarakat yang menyaksikan siaran langsungnya  di hampir semua TV berita nasional melepaskan napasnya. Ketika nama Irjen FS disebut sebagai tersangka. Entah lega, entah puas. Sampai ada yang berteriak takbir, “Allahu Akbar!”. Seolah merespons sebuah jawaban penantian yang menyiksa emosi.

Yang pasti, keterangan resmi Kapolri lewat jumpa pers itu, memenuhi dahaga kebenaran bagi masyarakat pada umumnya terhadap kasus penembakan Brigadir J.

“Ape gue kate… Die, kan?!” Seloroh seorang kawan penulis yang menonton lewat HP. Usai menyaksikan nonton bareng live Pak Kapolri di warung kopi.  Seolah puas mewakili praduga-praduga masyarakat luas, mengingat informasi peristiwa yang terbangun sejak kasus bergulir simpang-siur, berbalut kejanggalan dan ralat sana-sini. 

Kerja Kapolri dan jajarannya perlu diapresiasi. Perlu diberikan applause. Walau sebelumnya, sempat dianggap mengecewakan dan tak sesuai harapan. Anggap saja itu memang proses. Prosedur!

Tapi, dasar masyarakat, kebanyakan maunya selalu dilayani dan diayomi secara sempurna oleh polisi. Dipuaskan seketika dan tidak pakai menunggu lama. Walau masyarakatnya sendiri, sebenarnya, tak sempurna-sempurna amat. Misalnya, banyak yang ngemplang pajak motor dan mobilnya. Kucing-kucingan dengan polisi.

Masyarakat kurang puas dan kecewa karena motif perintah penembakan Brigadir J tidak disampaikan dalam keterangan pers Kapolri malam itu. Itu terbukti dan bertebaran lewat komentar-komentar publik di ranah sosial media. Masyarakat ingin semuanya cepat selesai karena alasan kemanusiaan dan hati nurani.

Mengapa dan ada apa? Itu pertanyaan umum masyarakat. Mengapa masih perlu didalami lagi? Memang waktunya belum cukup? Apakah benar karena semata sebuah skandal pelecehan dan perselingkuhan? Apakah ada motif lain? Macam-macam praduganya.

Peristiwa penembakan Brigadir J pastinya masih jadi gunjingan dan bikin penasaran, walau biang tersangkanya sudah disebut. Isi kepala masyarakat banyak yang masih terus mencoba merangkai dan kait-mengkaitkan motif pelaku. Berdasarkan keterangan resmi, isu dan rumor yang beredar.

Campur-aduk mirip gado-gado. Apalagi kalau sumber praduga masyarakat  berasal dari sosial media, yang pesannya kadang mengada-ada dan sok tahu. “Gado-gado” yang seharusnya nikmat mengenyangkan, jadi malah ingin membuat muntah.

Terus digunjing dan bikin penasaran masyarakat. Ada yang bilang sebuah kewajaran. Mengingat kejahatan yang terjadi seolah di luar akal sehat. Jika benar terbukti di pengadilan nanti, seorang berpangkat jenderal, yang sejatinya adalah kesatria, tega memerintahkan anak buahnya untuk menembak anak buahnya yang lain sampai mati. Dan anak buah serta kolega lainnya, diminta mengelabui kejahatannya dalam peti mati.

Jangan biarkan kasus, lama terungkap. Jangan biarkan masyarakat ikut-ikutan tak berakal sehat. Menulis dan komentar sembarangan di sosial media. Makin memupuk budaya tukang gunjing dan ghibah. Merusak mental dan kehidupan sosial.

Masyarakat tak punya pilihan. Mereka menitipkan kepercayaanya kepada kepolisian dalam hal penegakan hukum.  Kepolisian adalah lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Untuk mengayomi, melayani dan melindungi masyarakat dari kejahatan sesama individu dalam masyarakat. Polisi adalah wajah Presiden. Jalankanlah apa yang diperintahkan Presiden Jokowi.

“Sejak awal saya sampaikan, usut tuntas, jangan ragu-ragu, jangan ada yang ditutup-tutupi, ungkap kebenaran apa adanya,” tegas Jokowi di Sekretariat Presiden (9/8/2022).

Semoga citra polisi tetap terjaga. Profesional, Modern dan Terpercaya, seperti yang digaungkan mantan Kapolri, Jendral Tito Karnavian, yang sekarang menjadi Mendagri.

 

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.