Banyak Hal yang Didapat karena Menulis
- vstory
VIVA – Dalam kehidupan, kegiatan seputar menulis menjadi salah satu kebudayaan yang sangat berumur di peradaban kita. Menulis adalah cara manusia mempresentasikan apa yang menjadi bahasa fisik atau verbal kita, melalui keagungan kata kerja menulis inilah, sejarah panjang kehidupan kita mampu ditelusuri bahkan sampai saat ini.
Menulis yang menjadi kegiatan umum hari ini yang menjadi bagian penting dari sebuah perjalanan kehidupan manusia, pembahasan tentang apa dan bagaimana relevansi tulisan dan kehidupan ini bahkan selalu hadir di berbagai segmentasi yang tersedia di antara kita.
Secara lebih jauh, bagi saya yang sedang belajar tentang menulis, menulis juga merupakan satu buah konsep baku dalam mendinamisasi gaya komunikasi manusia, melalui menulis ini manusia mampu berkembang dalam mewujudkan keselarasan kehidupan bersama.
Sebab melalui menulis, keterbatasan yang dimiliki kita dalam berkomunikasi atau berinteraksi misalnya mampu dipenuhi secara langsung, misalnya tentang ruang dan waktu, menulis akan menemui relevansinya dalam menyampaikan suatu bahasa dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun.
Menulis juga mampu menggantikan berbagai ekspresi zahir maupun batin yang dikemas dengan seni yang mengindahkan. Lebih sering justru melalui menulis ini juga keterbatasan yang mampu diwakili oleh ekspresi kita, pada akhirnya mampu terpenuhi, menjadi bagian dari diri kita, siapapun mampu menulis, dengan caranya masing-masing.
Memahami Kemampuan Diri
Dalam menulis, kita dituntut mengalami berbagai hal yang akan menjadi bahan kita, berbagai hal yang kita dapati dalam keseharian kita, yang akan menjadi buah benang merah ketersinggungan antara apa yang kita alami dan apa yang hendak kita berikan pada selain diri kita.
Menulis akan mampu dilakukan dengan kita menelisik ke dalam diri kita, sejauh mana yang kita mampu, meneropong dengan berbagai sudut pandang yang memungkinkan memberikan kita ke lebih banyak akses tentang kemampuan yang kita miliki guna memaknai berbagai hal yang menerpa diri.
Setiap hasil dari apa yang kita tulis juga nantinya akan bersifat selalu dinamis, sebagaimana kehidupan manusia yang pada umumnya kita imani keberadaannya. Hasil dari apa yang kita tulis memberikan kesempatan proses pendewasaan kemampuan diri dalam menghadapi berbagai kenyataan. Hasil menulis dengan sifatnya yang senantiasa representasi namun juga berwatak non final pada periode paruh kehidupan.
Menulis adalah olahan buah pikir yang terdiri dari berbagai bangunan argumentasi dan data yang di dalamnya tersusun dengan gayanya tersendiri, caranya yang beragam, bahkan warnanya yang berbeda- beda.
Setiap buah pikir akan menjadi hal yang relevan tergantung bagaimana menempatkan posisinya dan setiap posisi akan mampu terbantahkan oleh tulisan lainnya yang lebih menemui pragmatisnya.
Skema ini akan berjalan terus dan berkelanjutan, dengan saling meninggalkan jejaknya, tulisan satu dan yang lainnya akan bergantian menjadi jawaban akan pertanyaan dasar latar belakang sebuah tulisan dibuat, diramu, dan dipublikasikan.
Apakah sudah mampu menjawab sepenuhnya atau belum? Paling tidak apa yang kita sebut dengan kualitas diri, baik bagi agen maupun penikmat kita dapat lihat dari hal ini.
Monumen yang Selalu Hidup
Menulis mampu menjadi monumen yang senantiasa hidup. Buah karya yang sungkan larut dimakan masa, relevansinya mungkin bakal berkurang, tapi keberadaanya tetap akan tetap jika didampingi oleh bingkaian yang rapi. Menjadi usang mungkin bisa jadi, tapi bukti bahwa seseorang pernah mencoba melakukan kerja-kerja kehidupan hadir melalui tulisannya.
Bagi setiap mereka yang akan, sedang atau pernah menulis, bahan yang hendak disiapkan, atribut, sampai hasil akhirnya itulah juga yang menjadi monumen baginya dan bagi yang lainnya.
Tentu tidak perlu ikut lelah memikirkan ke mana perginya tulisannya akan berlabuh, sebab kalaupun tenggelam, paling tidak kalimat yang pernah ia susun akan jadi modal dalam waktu berikutnya, apalagi jika sebuah monumen itu benar-benar disiapkan dan mendapati proporsi yang strategis, tentu yang ada bisa jadi adalah keabadian versi nyata dalam dunia.
Terakhir, menulis adalah wujud syukur atas apa yang telah menjadi bagian dari sebuah perjalanan kehidupan, darinya macam - macam yang bisa dijadikan isinya, bisa kegembiraan, keluh kesah, cita-cita atau justru wasiat belaka.
Semoga kita tidak selalu dimudahkan dalam setiap urusan kita, tapi selalu dikuatkan dan mampu dengan ikhlas menjalani perjalanan ini kita dan sampai pada derajat taqwa.
Semoga Allah meridhoi kita semua, Ihdinas Shirotol Mustaqim. (Muhamad Ikhwan Abdul Asyir, Manajer Program Al Wasath Institute)