Korelasi Pemikiran Sosialisme Karl Marx dan Ajaran Nabi Muhammad

ilustrasi dari gerakan perlawanan dari penindasan
Sumber :
  • vstory

VIVA – Penindasan, kemiskinan dan kesenjangan sosial sudah menjadi stratifikasi di masyarakat. Menyebabkan keadaan sosial yang tidak adil, terutama untuk masyarakat miskin atau kalangan bawah.

Para kapitalis atau yang biasa disebut juga kaum borjuis selalu melakukan penindasan kepada masyarakat proletar. Mereka memanfaatkan golongan ini untuk mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri, sehingga kemiskinan dan kesenjangan sosial selalu subur di tengah kehidupan masyarakat.

Tindakan eksploitasi yang dilakukan oleh kaum borjuis ini menimbulkan gerakan perlawanan oleh kaum proletariat atas dasar menuntut keadilan dan mendapatkan hak yang setara sesama manusia.

Di tengah-tengah fenomena pengeksploitasi ekonomi ini, Karl Marx hadir dan memberikan angin perubahan bagi mereka. Dalam ajaran yang dibawanya yakni sosialisme, Marx mendapati sambutan yang menggembirakan khususnya dari kaum proletar.

Tapi di sisi lain khususnya untuk kaum kapitalis, kehadiran Marx justru menimbulkan ancaman besar yang akan membawa nasib buruk untuk kalangan mereka. Sosialisme yang dibawa Marx mencoba untuk mengangkat derajat orang-orang miskin dan membangun masyarakat yang egaliter di tengah-tengah gempuran kehidupan kapitalisme barat. Sosialisme hadir untuk menghapus sistem kelas atau stratifikasi sosial yang selama ini merugikan masyarakat miskin dan menguntungkan masyarakat kalangan atas.

Berkaca pada negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi Pancasila, poin sosialisme hadir di beberapa poin dalam Pancasila. Contohnya dalam sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Sila ke-2 dalam Pancasila mempunyai korelasi dengan poin sosialisme yang menjunjung tinggi hak-hak kemanusiaan yang adil dan juga beradab.

Pada sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, mempunyai korelasi juga dengan poin sosialisme yang mengedepankan asas keadilan untuk masyarakatnya.

Bahkan presiden pertama Indonesia yakni Soekarno, mempunyai kedekatan khusus dengan kalangan komunis, yang kemudian ia rintis untuk menggabungkannya dengan paham Nasionalis dan Agamis yang kemudian muncul ideologi baru yang disebut Nasakom.

Dalam pandangan Islam, Sosialisme yang dibawa Marx ini sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

Dalam catatan sejarah, ketika awal penyebaran Islam di Mekah, sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, tercatat bahwa masyarakat Mekah saat itu sebagian besar adalah kalangan kapitalis, menolak agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan alasan takut atas ajaran egaliter atau tanpa kelas yang ditawarkan.

Persoalan antara kaum elit Mekkah dan Nabi Muhammad bukan semerta-merta seperti apa yang kita pahami selama ini. Yakni persoalan atas warisan nenek moyang mereka. Karena pada hakikatnya, mereka mengakui bahwa Allah SWT yang telah memerintahkan Nabi Ibrahim dan Ismail untuk membangun Kakbah.

Namun penolakan mereka terhadap Nabi Muhammad, bersumber pada ketakutan mereka terhadap konsekuensi sosial ekonomi yang diajarkan. Yang melawan segala perbudakan, penimbunan harta, pemborosan dan segala jenis dominasi ekonomi lainnya.

Inilah karakteristik sosialisme islam yang dihadirkan untuk membebaskan kaum lemah dan tertindas, mengedepankan hak-hak manusia yang mencakup kesetaraan, keadilan sosial, dan juga persaudaraan.

Dengan begitu, Nabi muhammad bukan hanya sekadar mengajarkan kepatuhan kepada Tuhan, tapi juga memimpin masyarakat untuk melawan kesenjangan dan ketimpangan sosial.

Muhammad dan Marx adalah ‘Nabi’ untuk pengikut mereka masing masing. Mereka sama-sama mengajarkan sosialisme yang mengedepankan asas keadilan, kesetaraan dan persaudaraan untuk melawan segala bentuk penindasan kapitalisme.

Pengikut Nabi Muhammad pada periode Mekah didominasi oleh orang kalangan bawah, karena dalam ajaran Islam, derajat seseorang tidak diukur dari kasta dan stratifikasi sosial di masyarakat, namun diukur dari keimanan yang menjadi tolak ukur tingginya derajat seseorang di hadapan Tuhan.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.