Transaksi Ekonomi Rumah Tangga

Foto : Rafael Lumban Toruan - Pencatatan Rumah Tangga di Kabupaten Mimika
Sumber :
  • vstory

VIVA – Rumah tangga merupakan pelaku ekonomi yang penting, baik sebagai penyedia faktor produksi maupun sebagai konsumen terbesar atas barang dan jasa yang tersedia di dalam suatu perekonomian.

Penggunaan faktor produksi oleh unit-unit usaha menimbulkan balas jasa atau pendapatan bagi unit rumah tangga. Pendapatan yang dimaksud dalam bentuk upah/gaji, surplus usaha, ataupun pendapatan lainnya. Total pendapatan yang tidak digunakan rumah tangga untuk aktivitas konsumsi dan transfer akan berbentuk tabungan. Tabungan ini merupakan salah satu sumber dana investasi bagi rumah tangga maupun unit-unit institusi lainnya.

Kondisi Tabungan Masyarakat

Dalam analisis ekonomi, tabungan (saving) merupakan variabel penting. Sektor ekonomi dengan tabungan yang positif disebut sektor surplus, sedangkan yang negatif disebut sektor defisit.

Lembaga keuangan seperti bank, asuransi, koperasi, dan lembaga keuangan lain menyalurkan dana dari sektor surplus ke sektor defisit. Proses penyaluran dana itu dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya diinvestasikan langsung (pembelian barang modal), atau diinvestasikan dalam bentuk investasi finansial seperti simpanan bank, pinjaman langsung, surat berharga, serta kontrak pinjam meminjam lainnya.

Berdasarkan data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) diketahui bahwa jumlah rekening dengan saldo kurang dari Rp2 miliar meningkat sebesar 91,73 juta rekening atau bertambah sebanyak 26% YoY pada bulan Januari 2022. Sedangkan jumlah rekening dengan saldo lebih dari Rp 2 miliar meningkat sebanyak 19.000 rekening atau bertambah sebanyak 6,38% YoY.

Rumah tangga merupakan sektor surplus, sehingga dalam menetapkan kebijakan ekonomi patut dipertimbangkan. Jika seluruh tabungan rumah tangga tersimpan di ‘bawah bantal’ dalam bentuk uang tunai, maka peluang untuk meningkatkan produksi melalui perluasan investasi akan terlewat. Untuk melihat apa yang dilakukan rumah tangga atas tabungan dibutuhkan data tabungan, jumlah investasi fisik (pembelian alat produksi), serta transaksi finansial dengan sektor lain.

Pencatatan Keuangan Rumah Tangga

Sehingga dengan adanya tabungan dapat menjadi salah satu alat bantu pencatatan akutansi dalam kehidupan sehari-hari. Padahal dengan sistem pencatatan keuangan yang baik dapat membantu rumah tangga dalam membuat keputusan pada penggunaan dana yang ada. Sebagai contoh jika mengalami defisit pada keuangan maka rumah tangga dapat melakukan pemotongan anggaran pada rincian pengeluaran yang belum dibutuhkan atau dapat dikurangi seminimal mungkin.

Sejauh ini unit rumah tangga tidak diwajibkan melaporkan transaksi ekonominya pada pihak lain (pemerintah). Padahal di era digital saat ini pencatatan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi pada smartphone masing-masing. Karena menurut BPS pada tahun 2021 sekitar 62,10 persen penduduk Indonesia sudah melakukan akses internet, 98,70 persen menggunakan HP/Ponsel untuk melakukan akses internet.

Penyebab Rendahnya Pencatatan Keuangan Rumah Tangga

Salah satu penyebab adalah kualitas pendidikan masyarakat Indonesia yang rendah, seperti yang kita ketahui bersama jika mata pelajaran ekonomi baru diperkenalkan pada tingkat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Sedangkan menurut BPS pada tahun 2021, penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak mempunyai ijazah sebesar 13,87 persen dan lulus setingkat Sekolah Dasar (SD) sebesar 25,10 persen. Atau jika digabungkan ada sekitar 38,97 persen yang belum mendapatkan pelajaran ekonomi, sehingga banyak masyarakat yang belum mengetahui pentingnya pencatatan keuangan rumah tangganya.

Saran

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai transaksi keuangan adalah dengan memperbaiki kualitas pendidikan masyarakat. Adapun hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kegemaran membaca. Berdasarkan data, tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia secara keseluruhan hanya sebesar 59,52 dengan durasi  membaca 4-5 jam per minggu dan 4-5 buku per triwulan. Tentu angka ini masih sangat kurang dan diharapkan materi yang dibaca dapat lebih ditingkatkan pada aplikasi kehidupan keuangan rumah tangga.

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.