Menelaah Gerakan Feminisme

Ilustrasi Feminisme
Sumber :
  • vstory

VIVA – Perempuan, Feminisme, dan Kesetaraan adalah tiga komponen umum yang saling terikat satu sama lain. Wanita dengan feminisme, maupun feminisme dan kesetaraan.

Tiga komponen inilah yang menjadi cikal bakal substansi adanya pergerakan perempuan yang dinamakan Feminisme atas dasar kesetaraan gender. Apa itu Feminisme?

Feminisme adalah sebuah gerakan wanita yang didasari oleh keinginan dan hak-hak yang setara dengan laki-laki. Gerakan itu berawal pada abad ke-18 dan setelah itu di abad ke-20 gerakan ini berkembang pesat seiring penyuaraan persamaan hak perempuan dalam hak politik.

Gerakan tersebut akhirnya melahirkan equal pay right pada tahun 1963, di mana perempuan mendapatkan pekerjaan dan gaji yang setara dengan laki-laki. Dan selanjutnya pada tahun 1964, Equal Pay Act akhirnya muncul dan membuat perempuan mempunyai hak pilih secara utuh dan di dalam segala bidang.

Namun, banyak pro dan kontra dengan adanya gerakan Feminisme di masyarakat ini. Kelompok yang pro beranggapan jika gerakan Feminisme ini adalah gerakan yang didasari atas keresahan perempuan di seluruh dunia. Perempuan hanya meminta hak-hak mereka dan tidak dipandang sebelah mata. Perempuan hanya ingin hidup dengan damai tanpa adanya sebuah kesenjangan di dalam masyarakat.

Kelompok yang kontra dengan gerakan Feminisme ini didominasi oleh mereka yang menganut budaya Patriarki atau laki-laki di atas perempuan. Mereka kelompok kontra, berpendapat jika gerakan Feminisme adalah gerakan yang separatis yang memberontak dari esensi perempuan.

Dari sini muncul berbagai perdebatan-perdebatan di dalam masyarakat mengenai Feminisme dan kesetaraaan tersebut. Kelompok pro beranggapan jika kelompok kontra keliru dengan esensi dari gerakan Feminisme tersebut.

Beberapa kekeliruan terbesar mengenai Feminisme di antaranya :

1.     Feminis membenci laki-laki.

Kekeliruan pertama adalah Feminisme membenci laki-laki, sudah jelas dari pengertian di atas Feminisme adalah gerakan yang berusaha memperjuangkan kesetaraan gender di dalam berbagai bidang. Tidak ada ideologi dan narasi yang menyatakan bahwa feminis membenci laki-laki.

2.     Feminis hanya membantu wanita.

Aliran selanjutnya bukan bertujuan untuk wanita, namun laki-laki juga untuk mengakhiri standar diantara keduanya. Feminisme adalah gerakan yang bertujuan untuk merubah praktik seksis, norma-norma seksual dan peran gender.

3.     Feminisme melemahkan laki-laki

Demi mencapai tujuan dari Feminisme yaitu kesetaraan gender, diperlukan dekonstruksi maskuliniti. Bukan untuk melemahkan laki-laki, tapi untuk memperbaiki dan menyeimbangkan relasi terhadap gender. Bukan dalam konteks memperkuat yang satu dan melemahkan yang lain.

4.     Tidak mempercayai pernikahan

Anggapan dan kekeliruan yang paling sesat adalah bahwasannya Feminisme tidak percaya akan adanya pernikahan. Seakan-akan Feminisme adalah makhluk yang hidup tanpa kebutuhan biologis dan kasih sayang dari lawan jenis. Nyatanya banyak para feminis di luar sana yang mempunyai rumah tangga yang bahagia. Pernikahannya justru berisikan nilai individu dan sosial yang setara diantara keduanya. Jelas tidak ada penolakan khusus atau apapun di dalam Feminisme.

Bagaimana peran Feminisme dalam memajukan pola pikir masyarakat di Indonesia?

Feminisme bukanlah sesuatu yang abstrak dari kita. Pendidikan feminis dibutuhkan untuk menumbuhkan pikiran kritis dan komitmen terhadap isu-isu perempuan di Indonesia. Dan para feminis perlu melakukan konsolidasi gerakan sehingga Feminisme dapat dibumikan secara masif.

Feminisme sebagai sebuah gerakan atau ide tentang keadilan dan kesetaraan tetap hidup di tengah-tengah tumbuhnya konservatisme di Indonesia. Feminisme adalah Indonesia, tidak datang dari barat melainkan dari rahim Indonesia. Dan kebudayaan yang menghargai perempuan itu sudah ada sejak lama. Sehingga narasi tentang Feminisme bukanlah sesuatu yang tabu maupun asing lagi. Feminisme hadir untuk membongkar ketidakadilan. Dan metode feminis adalah bagaimana feminis itu diajarkan di luar maupun di dalam kelas.

Solusi sebagai penulis atas permasalahan pro dan kontra mengenai Feminisme adalah sebaiknya pemerintah lebih peduli terhadap hak-hak perempuan, agar tidak terjadi kesenjangan di dalam masyarakat. Pemerintah juga perlu melindungi perempuan dari bahaya seksisme yang biasa terjadi di lingkungan masyarakat maupun fasilitas umum.

Upaya yang dapat dilakukan adalah menambah gerbong atau tempat duduk khusus wanita, ataupun membuat lahan parkir khusus wanita. Dan yang paling penting pemerintah perlu memberi edukasi kepada masyarakat khususnya laki-laki untuk menjauhi kebiasaan seksisme di tempat umum agar tidak terjadi lagi kasus pelecehan di ranah publik

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.