Cendekiawan, Jangan Berumah di Atas Angin

Ibnu Sina tampil di Google Doodle.
Sumber :
  • Google Doodle

VIVA – Apa tanggung jawab cendekiawan? dan siapa yang disebut golongan cendekiawan itu?  Sesungguhnya wajah peradaban dunia banyak dibentuk oleh pemikiran-pemikiran cendekiawan.

Tempat cendekiawan paling terkenal saat ini, adalah Silicon valley. Suatu lembah yang dihuni manusia-manusia jenius yang mendisrupsi wajah dunia.

Di zaman dahulu cendekiawan banyak didapati di Kota Baghdad Irak, bahkan salah satu ilmuwan muslim yaitu  Ibnu Sina yang bernama Avicena menjadi bapak kedokteran dunia dengan kitabnya The Canon of Medicine digunakan selama berabad-abad di Eropa sebagai buku medis utama.

Dapat dikatakan Ibnu Sina adalah salah satu sosok ilmuwan muslim berpengaruh yang membawa Islam mencapai kejayaannya pada abad pertengahan.

Kota lain adalah Athena, Yunani. Para filsuf besar lahir di sana. Ada Plato, Aristoteles, Archimedes, dan masih banyak lagi.

Di zaman modern ini, di mana sumber cendekiawan?  Tempat yang paling tepat adalah kampus. Dari sana lahir jutaan cendekiawan setiap tahun. Dunia berubah karena mereka.

Eistein misalnya, teori relativitasnya mampu menciptakan bom atom yang meluluh lantakan Jepang dalam seketika. Bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshma membuat manusia paling jenius itu menyesali diri tidak habis-habisnya.

”Seharusnya saya menjadi tukang sepatu, bukannya menghancurkan begitu banyak nyawa, begitu kata Eistein suatu waktu”.

Penyesalah Eistein ini, kontras dengan keteguhan hati Socrotes, tatkala itu tahun 15 Februari 399 SM, Socrates dijatuhi hukuman mati di Athena, Yunani.

Socrates dijatuhi hukuman mati dengan minum racun. Pemerintah Athena menuduh sang filsuf melawan Negara. Dia bisa saja melarikan diri pada saat itu, namun dengan teguh dia memilih minum racun.

Konon pemerintah kota mulai khawatir dengan banyaknya pengikut sang filsuf. Sacrotes tidak menyesal, baginya bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah hal terbaik yang dilakukan oleh seorang cendekiawan. Sacrotes kerap berjalan-jalan di pasar-pasar Athena dan menghabiskan waktu sambil mengobrol dengan para pedagang.

Bagaimana cendekiawan saat ini? Agar tidak terasing dari masyarakat dan mengeksulsifkan diri, maka untuk dosen-dosen pemerintah membuat program tridharma perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat.

Diharapkan tidak ada sekat antara golongan cendekiawan dengan masyarakat. Banyak juga cendekiawan yang kemudian menjadi pioneer bagi kemajuan suatu bangsa. Kita masih ingat, yang menjadi motor penggerak reformasi negara ini di tahun 1997 adalah mahasiwa dan dosen-dosen yang menuntut negara lebih demokrasi, meskipun pada akhirnya sampai saat ini masih mencari jati diri model demokrasi yang dimaksud.

Cendekiawan tidak boleh mengkhianati kecendekiawanannya dengan bersembunyi di laboratorium-laboratorium atau hanya duduk berpangku tangan di bawah atap kantor-kantor yang nyaman.

Cendekiawan juga tidak perlu menggadaikan kepakarannya untuk menciptakan tsunami politik dalam bernegara. Ikut menciptakan hura-hura di masyarakat.

Cendekiawan diharapkan menjadi payung teduh dan jembatan untuk menangkal sisi-sisi gelap kemajuan teknologi yang tumbuh secara  eksponensial. Masyarakat membutuhkan peran mereka dalam rangka menstabilkan kemajuan teknologi dan kearifan ilmu pengetahuan. Cendekiawan harus ambil bagian dalam mencerdaskan dan juga meningkatkan religiusitas masyarakat.

Cendekiawan tidak boleh membangun menara gading dan berumah di atas angin. Memandang diri berada di tempat paling atas dengan status sosial cerdik pandai yang mempunyai ilmu di atas rata-rata.

Menjadi seseorang dengan pendidikan yang tinggi memiliki tanggung jawab yang besar. Semua sepak terjang yang dilakukan, akan dikaitkan dengan gelar mentereng yang dimiliki.

Seseorang dengan gelar cendekiawan, cerdik pandai sudah mulai harus memikirkan kontribusi terbaik di bidangnya tanpa meninggalkan kesalehan sosial. Menjadi seseorang yang seperti dikatakan oleh Presiden Kenedy “apa yang telah kau berikan kepada negara”? Bukannya membalik pertanyaan itu, apa yang telah negara berikan kepada saya?

Dengan menyadari bahwa mereka adalah bagian terhormat dari masyarakat akedemisi dunia juga bagian integral dari masyarakat Indonesia akan timbul kesadaran untuk mewakafkan ilmunya di mana saja berada.

Lahan-lahan pengabdian terbentang lebar. Dari Sabang sampai Merauke. Banyak daerah-daerah yang masih diliputi gulita ilmu. Mereka memerlukan pencerahan-pencerahan dari para cendekiawan.

Menjadi cendekiawan yang mau mangabdi di tempat-tempat yang belum terjamah adalah sesuatu hal yang membanggakan. Ilmu yang dimiliki akan memancar menerangi daerah-daerah itu. Diperlukan kesadaran para cendekiawan untuk tidak berumah di atas angin dan membangun menara gadingya sendiri.

 

 

 

 

 

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.