Hilangnya Hak Anak demi Mendapatkan Sepeser Uang

pengemis dan anak
Sumber :
  • vstory

VIVA  – Hak asasi anak terkadang sering diabaikan oleh banyak orang tua di Indonesia, bahkan sampai ada orang tua yang tega merenggut hak kebebasan anaknya untuk belajar maupun bermain demi mendapatkan uang.

Seperti halnya terjadi kepada anak-anak di bawah umur yang disuruh oleh orang tuanya untuk menjadi pengemis atau pengamen di jalan, bahkan ada anak yang sedang di usia balita dijadikan sebagai topeng atau gimmick untuk mendapakan belas kasihan orang lain untuk mendapakan uang.

Ai Maryati Sholihah selaku komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menjelaskan, pada webinar yang diadakan oleh mahasiswa universitas buddhi dharma (UBD) Kamis (21/10/2021), bahwa sejak dari di dalam kandungan sampai dewasa, orang tua seharusnnya bisa memberikan kebebasan kepada anaknya untuk mendapatkan hak anak seperti bermain, berkreasi, beragama, berindentitas dan juga pendidikan.

Namun sayangnya, yang terjadi di lapangan adalah banyak orang tua yang tidak tahu bahwa hak anak adalah suatu yang sangat penting untuk kebutuhan pertumbuhan mental dan juga daya rangsang otak anak,

Ai Maryati Sholihah juga mengatakan selama pandemi Covid-19 banyak pengaduan terkait kondisi anak di keluarga, mulai dari anak ditelantarkan hingga dilacurkan. Beban ekonomi keluarga menjadi pemicu memperkerjakan anak.

Meskipun pemerintah sudah melarang mengemis di jalanan, tapi faktanya mereka tidak kehabisan akal, mereka merubah pola agar seolah-olah bukan mengemis. Bahkan ada yang sengaja lebih memilih keluar pada malam hari karena minimnya petugas yang mengawasi. Misalnya, ada anak-anak yang seolah-olah menjual tissue atau buku, tapi setelah mendekat ke pembelinya mereka bilang butuh makan atau meminta sedikit uang.

Banyak juga temuan KPAI para pengemis sengaja menepi di pinggir jalan dengan gerobak atau biasa disebut manusia gerobak. Mereka hanya memarkirkan gerobaknya dan membawa sejumlah anggota keluarga, agar menimbulkan empati dari masyarakat.

"Belum lama saya juga melihat orang dengan berkostum karakter tertentu, seperti kelelahan, duduk di pinggir jalan yang mengundang belas kasihan, dan hal itu dilakukan berulang kali. Ada lagi para pengemis yang sengaja melewati jalan, yang sering dilewati publik figur, artis, atau orang tertentu, agar dilihat. Sebenarnya banyak cara atau modus dalam mengundang kepedulian, dengan mengemis di jalan," ungkapnya.

Masyarakat juga sering melihat anak digendong atau digandeng sambil mengamen, bahkan dicubit agar mereka menangis. Semuanya jadi modus untuk mengundang belas kasihan.

"Mungkin saja ada yang benar-benar membutuhkan belas kasih, namun bagi kita yang memberinya, sebenarnya tidak hanya cukup dengan kasihan, belas kasih dan memberi. Karena dengan memberi, berarti membiarkan mereka untuk tetap hidup di jalan" katanya.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.