Ini Dia Kemiskinan yang Terjadi pada Perempuan
- vstory
VIVA – Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan multidimensional sehingga menjadi prioritas pembangunan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi tujuan negara ini.
Meski saat ini angka kemiskinan masih dalam satu digit, namun terjadi peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi pandemi Covid-19 ini memberi dampak di berbagai bidang. Pandemi mengubah perilaku, aktivitas ekonomi, dan pendapatan penduduk. Perekonomian mengalami perlambatan, pengangguran dan kemiskinan juga meningkat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 26,42 juta jiwa pada Maret 2020. Angka ini mencakup 9,78 persen dari seluruh penduduk di Indonesia. Sayangnya, kelompok perempuan dan anak-anak menjadi fraksi terbesar yang miskin. Bahkan jumlah penduduk miskin perempuan dan anak-anak ini terjadi peningkatan dibanding Maret 2019.
Kemiskinan yang terjadi pada perempuan perlu mendapat perhatian yang serius. Perempuan berperan besar di dalam peradaban. Perempuanlah yang akan melahirkan generasi penerus bangsa. Di tangannya akan ditentukan seperti apa wajah generasi selanjutnya. Tak elak jika ada yang bilang perempuan adalah tiang keluarga. Tingginya angka kemiskinan pada perempuan dibanding laki-laki dapat menggambarkan adanya ketidakadilan gender.
Kesempatan yang sama
Sudah saatnya tak ada lagi disparitas antar perempuan dan laki-laki. Kesenjangan gender sebenarnya dapat dilihat dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG). Di negara kita, besaran IPG sudah di atas 90 persen. Bahkan setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Artinya, gap antar gender semakin sempit.
Partisipasi perempuan berusia 15 tahun ke atas yang masuk sebagai angkatan kerja persentasenya sudah lebih besar dibanding jumlah perempuan yang bukan angkatan kerja (mengurus rumah tangga, sekolah, dan lainnya). Artinya, perempuan di Indonesia sebenarnya tidak memiliki kesulitan yang berarti untuk mengakses lapangan pekerjaan. Menggembirakan lagi adalah tingkat kesempatan kerja (TKK) pada Februari 2021 untuk perempuan (94,59 persen) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (93,19 persen).
Ironisnya, kesempatan kerja yang sudah tinggi tidak dibarengi dengan upah yang setara. Rata-rata upah buruh perempuan masih jauh lebih rendah dibanding upah laki-laki. Rata-rata upah buruh wanita pada Februari 2021 (BPS) masih bekisar 2,44 juta rupiah sedangkan laki-laki sudah mencapai 3,1 juta rupiah. Selain karena ketidakadilan gender, pebedaan upah tersebut terjadi karena kesenjangan kualitas antara laki-laki dan perempuan di dunia kerja.
Pendidikan Kunci Utama
Sangat penting memutus rantai kemiskinan pada perempuan. Kemiskinan pada perempuan akan mempengaruhi kesehatan dan pendidikan anak dalam keluarganya. Kita sama-sama tahu jika perempuan membelanjakan penghasilannya lebih besar untuk kebutuhan keluarga. Jika penghasilan perempuan meningkat, tentu kesejahteraan meningkat.
Di lingkungan yang bersifat patriarki tentu ada hambatan sosial karena status wanita yang berputar dalam urusan domestik dapur, sumur, dan kasur. Pengentasan kemiskinan pada perempuan tidak bisa hanya mengandalkan program pengentasan kemisikinan secara umum. Pemutusan rantai kemiskinan pada perempuan harus dilaksanakan berbasis gender.
Hal yang paling utama adalah memudahkan perempuan untuk mengakses pendidikan tinggi. Sudah banyak anggapan di masyarakat bahwa pendidikan merupakan jalan untuk menaikkan taraf hidup. Dengan pendidikan yang tinggi dan berkualitas, kesempatan untuk mendapat pekerjaan juga semakin lebar. Upah yang akan didapatkan juga semakin besar. Secara umum, lulusan sarjana upahnya akan lebih besar jika dibanding yang hanya lulusan SMK.
Kita bisa belajar dari ibu kita R.A. Kartini. Beliau mengingatkan bagaimana posisi perempuan seharusnya. Beliau mengobarkan semangat untuk menuntut pendidikan bagi kaum perempuan. Hal ini karena perempuan adalah ruh keluarga yang menentukan masa depan generasi bangsa. Artinya, mari kita bersama-sama untuk menjadi dan menjadikan perempuan-perempuan yang cakap, tangguh, dan cerdas. Ke depannya diharapkan akan lebih banyak program pemberdayaan masyarakat bagi perempuan. Dengan begitu, akan lahir dari generasi kita generasi lanjutan yang berkualitas yang bisa mandiri dan bebas dari kemiskinan.