Jasa Penukaran Uang Raih Untung Menggiurkan

Ilustrasi jenis pecahan uang
Sumber :
  • vstory

VIVA – Sudah menjadi pemandangan lumrah, ketika menjelang Idulfitri tiba, sepanjang jalan kawasan Kota Tua, Jakarta Barat banyak orang berjejer dengan tumpukan uang rapih di hadapannya.

Uang-uang tersebut mereka tawarkan kepada setiap pengendara yang melintas. Mereka adalah para penjaja jasa penukaran uang yang keberadaanya selalu dicari menjelang lebaran.

Lusi (bukan nama sebenarnya), salah seorang pelaku jasa penukaran uang di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat mengaku sudah 20 tahun melakoni pekerjaan yang satu ini. Awalnya, ia diajak oleh saudaranya untuk menukarkan uang di Bank Indonesia. Saat pertama kali diajak, Lusi mengaku langsung merasa nyaman dan ketagihan.

Tidak hanya menjelang Idulfitri saja, Lusi menjadikan pekerjaan ini sebagai mata pencahariannya sehari-hari. Banyak pelanggannya yang berasal dari rumah makan atau warung-warung kecil pinggir jalan yang memanfaatkan jasanya.

Saat memulai bisnis ini, modal yang dibutuhkan Lusi terhitung sedikit. Waktu itu ia hanya mengeluarkan Rp3,7 juta sebagai modal awalnya. Keseluruan modal itu ia peroleh dari kocek pribadinya.

Ketika menjalankan bisnisnya, Lusi mengenakan biaya tambahan pada setiap orang yang hendak menukarkan uangnya. Ia menetapkan biaya sebesar 10% untuk jasanya per jumlah uang yang ditukarkan.

“Misal ada yang mau nuker Rp500 ribu, dia harus membayar Rp550 ribu. Kalau nuker Rp1 juta, dia harus membayar Rp1,1 juta. Begitu seterusnya. Pokoknya setiap orang kena 10% aja,” ucapnya.

Dalam sehari, Lusi yang bekerja dari pukul 7 pagi hingga 6 sore menyiapkan uang sebesar Rp500 juta. Uang-uang itu terbagi dalam beberapa pecahan mulai dari Rp2.000 hinga Rp20.000 yang ia bawa dalam tas ransel berukuran besar. Dari sana keuntungan yang ia peroleh berkisar Rp3 juta hingga Rp5 juta.

Tak melulu untung, Lusi juga pernah mendapat kejadian kurang mengenakan ketika menjalani bisnis ini. Lusi bercerita, pernah suatu hari anak buahnya dihipnotis oleh orang yang tak dikenal. Ia juga seringkali bertemu dengan oknum tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan momen ini untuk mengedarkan uang palsu.

“Pernah waktu itu ketemu sama orang yang ngasih uang palsu. Saya pegang uangnya kok licin, terus hologramnya ngga nyala. Akhirnya saya balikin uangnya terus saya minta robek biar uangnya ngga nyebar kemana-mana,” ujarnya.

Berbeda dengan Lusi yang menjadikan bisnis ini sebagai pemasukan sehari-hari, Rina (bukan nama sebenarnya) hanya memanfaatkan momen Idulfitri untuk menjalankan bisnis jasa penukaran uang ini. Rina yang sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga, mengaku Ramadan tahun ini adalah tahun pertamanya membuka bisnis jasa seperti ini.

“Saya ditawarin sama orang. Semua modalnya itu dikasih sama dia. Jadi saya tinggal jalanin aja,” Ujar Rina saat ditemui di bilangan Jakarta Pusat.

Rina beserta suaminya membuka bisnis jasa ini di rumahnya dari selepas maghrib hingga menjelang tengah malam. Tarif yang diberikannya pun beragam, tergantung dari pecahan berapa yang ditukarkan.

“Misalnya duit dia sejuta, terus mau dituker sama pecahan Rp2.000 atau Rp5.000 jadinya Rp1,1 juta. Kalau ditukernya sama pecahan Rp10.000 atau Rp20.000 ya paling cuma dilebihin Rp50.000,” paparnya.

Keuntungan yang diperoleh Rina tak menentu. Jika sedang ramai, ia mengaku bisa mengantongi untung hingga Rp3 juta. Namun, jika keadaan sepi, ia hanya mampu memperoleh untung tidak lebih dari Rp 2juta.

Baik Lusi atau Rina mengaku bisnis ini sangat membantu finansialnya. Keduanya juga sepakat kalau pekerjaan ini sangat menjanjikan jika dijalani dengan sungguh-sungguh.

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.