Sambut Ramadan, LKN NSI Gelar Lunch Discussion di BSD
- vstory
VIVA - LKN NSI (Lembaga Kajian Nawacita – Nawacita Social Inisiatif) menggelar diskusi menarik menjelang Ramadan di salah satu Meeting Room Apartemen ternama di BSD, Tangerang Selatan, Senin (22/03).
Samsul Hadi, Ketua Umum LKN, dalam sambutannya menjelaskan beberapa hal terkait kegiatan diskusi dan silahturahim ini. Karena pembatasan di masa pandemi ini, sengaja hanya beberapa tokoh atau pihak saja yang diundang.
Topik diskusi yang diangkat, cukup menarik. Yakni, membangun SDM Unggul, untuk Indonesia Maju, melalui pengembangan berbagai inisiatif program, dengan mensinergikan berbagai potensi dan kemampuan dari banyak kalangan.
LKN, ingin terus menyatukan dan mensinergikan berbagai keahlian dan kompetensi dari banyak pihak, untuk mendukung pencapaian Indonesia Maju.
Ditambahkan oleh Goenawan (Ketua Ekonomi NSI), selaku Host acara ini, bahwa LKN NSI akan terus memfasilitasi diskusi dan inisiatif sosial untuk membangun SDM unggul untuk Indonesia maju.
Beberapa pandangan dan program yang menarik:
Hendri Windarto, mantan petinggi di Batan (Badan Tenaga Nuklir), yang saat ini aktif di Wantannas (Dewan Ketahanan Nasional) bidang Iptek, memberikan beberapa pandangan menariknya.
Ia melihat bahwa LKN dapat menjadi wadah bersatunya berbagai ilmu, teknologi, dan pemikiran berbagai bidang. Kajian LKN yang sifatnya independen, perlu diserap sebagai masukan untuk pengambilan kebijakan di pemerintahan.
Sedangkan Arya Rezavidi, ahli Energi Surya dari BPPT, menegaskan bahwa LKN tidak hanya hadir di zaman Jokowi saja. Tetapi LKN,akan menjadi wadah pemikiran yang akan terus berkembang untuk membangun bangsa.
Termasuk dalam hal ini, LKN akan menjadi wadah banyak pihak, untuk mempercepat pengembangan dan penggunaan teknologi tenaga surya, sebagai energi baru terbarukan untuk masa depan bangsa.
Begitu juga Capt Lely Farida Mahadi. Sekjen LKN Komite Maritim ini mengharapkan bahwa, sebagai negara maritim, kita harus bersatu dan bersinergi untuk membangun Kemaritiman di Indonesia.
Sebagai Wakil Pelaut Perempuan Indonesia ia berharap agar kita bisa sama-sama membangun kembali kejayaan maritim di Indonesia, yang sudah ada sejak zaman Majapahit, melalui pengembangan SDM Kemaritiman yang handal.
Platform Pengelolaan Sampah
Lina Tri Mugi Astuti – Ketua Komite Pengelolaan Sampah Indonesia menjelaskan pentingnya membangun budaya pengelolaan sampah yang beradab. Atau Membangun manusia Indonesia yang beradab.
Komite ini akan menggandeng banyak pihak termasuk Kemendes (Kementerian Desa), agar pengelolaan sampah berbasis Platform ini, bisa dilakukan di daerah. Dengan platform yang sedang dikembangkan, maka pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir, menjadi mudah. Hal ini perlu kolaborasi semua pihak.
Energi Baru Terbarukan
Pudji Untoro, Ketua Komite Karbon Baru dan Material Maju (KBMM) menyatakan optimisme dalam hal eksistensi industri di masa depan. Sebagai seorang peneliti yang juga mantan anggota Dewan Energi Nasional, iya mengemukakan pemikirannya.
Agar industri kita eksis kedepan, maka kita harus memperkaya keberadaan material bahan baku industri masa depan, yakni Karbon. Bahasa awamnya karbon adalah arang atau abu. Ingat, tambang mulai dilupakan, karena tidak berkelanjutan.
Sekarang ada Agro Mining, yakni tanaman yangmenyerap mineral/energi. Bahkan, ada tanaman yang meneyerap emas. Di dedaunan, ada titik emas. Mungkin selama ini, lepas dari pengamatan kita. Dengan teknologi yang ada sekarang, kita kita mengumpulkan berbagai macam material yang ada dari tanaman tersebut. Dikumpulkan hingga menjadi sesuatu yang berharga.
Jadi, tanah kita luas, tanamannya juga macam-macam, materialnya banyak, tapi sayangnya kita masih bergantung pada impor bahan baku. Padahal, kita memiliki Lithium, Nickel, Cobalt, Aluminium dan material lainnya.
Semua ada di kita. Itu adalah bahan baku industri ke depan. Termasuk untuk kebutuhan energi listrik dimasa yang akan datang. Di amsa depan, yang ada adalah Ekonomi Sirkuler. Kita ambil dari alam, kita gunakan, lalu sisanya kembali ke alam.
Surisyono, pakar teknologi Biopelet Indonesia menjelaskan.Ia berbicara mengenai persoalan limbah di Indonesia. Padahal, limbah itu adalah uang besar, yang selama ini dibuang-buang.
Misal di perkebunan sawit. Saat ini, polanya tebang, cacah, tebar. Jadi petani tidak bisa menanam dalam 2-4 tahun. Dengan teknologi Biopelet, setelah penebangan sawit selesai, petani langsung bisa menanam palawija, sambil menunggu sawitnya tumbuh.
Jadi, banyak pihak diuntungkan. Pemilik kebun sawit, tidak repot membuang kayu saat replanting. Bahkan ia dapat mengubah limbah kayu hasil tebangan untuk dijadikan Biopelet sebagai energi baru terbarukan. (Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM. Ketua Ekonomi NSI)