Tamu Allah yang (Tak) Bermasker

Pentingnya masker saat di Tanah Suci.
Sumber :
  • vstory

VIVA.co.id - Selain suara bersama melafalkan amin, ada suara khas yang keluar dari para makmum di masjid-masjid di Tanah Suci, yaitu suara batuk. Baik di Madinah maupun di Mekah, suara batuk jamaah salat ini bersahutan menjadi pelengkap keheningan dan kehidmatan salat.

Ada guyonan di antara jemaah haji. Yang tidak batuk dan tidak flue hanya unta di sini. Ini untuk menggambarkan betapa sakit di sekitar tenggorokan dan saluran pernapasan menjadi sesuatu yang jamak selama musim haji.

Seperti weruh sadurunge winarah, pemerintah +62 pun membekali puluhan masker kepada para jemaah untuk mengantisipasi efek cuaca panas dan berdebu di dua kota suci ini. Bermasker pun menjadi pemandangan yang kaprah.

Di suatu sore, seperti hari-hari sebelumnya, saya berangkat ke Masjidil Haram yang berjarak tak lebih dari 2 KM, menggunakan Bis Shalawat.

Duduk di samping saya jemaah haji yang berusia hampir kepala 7, tapi masih terlihat bergas. Tatapannya sayu, kalau berjalan pelan, tapi kokoh seperti menegaskan dia paham ke mana mengarahkan langkahnya.

"Aduh lupa gak bawa masker," ujarku setelah mencari-cari di tas dan saku celana.

"Udah ga papa. Abah juga gak pernah pake masker. Masak bertamu ke Rumah Allah pakai masker. Kurang sopan menurut saya. Yakin aja sehat," kata kakek. 

Baca juga: Khusyuk for Beginner di Tanah Suci

Belum sempat ngobrol panjang, bus sudah sampai di Terminal Syib Amir, sekitar 500 M dari Masjidil Haram. Kami pun turun. Ketemu petugas haji yang stand by mengatur arus penumpang. Saya pun minta masker. Diarahkan ke sebuah bangunan semi permanen di pojok terminal.

Begitu saya ketok dan uluk salam, petugas haji dengan ramah melayani dan memberi 3 lembar masker. Kalau masih ada kakek tadi saya ingin bilang, saya bukan bermaksud tidak sopan dan menganggap Rumah Allah tidak bersih.

Saya pakai masker karena tidak ingin menulari batuk pilek ke tamu Allah yang lain. Baitullah bersih, apalagi ada suguhan air zamzam bertuah warisan ayah Ibrahim dan bunda Hajar. Insyaallah sehat dan menyehatkan. (Ahmad Muhibbuddin, Alumni Madrasah Aliyah Program Khusus Jember dan UIN Syahid Jakarta)

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.