Asyiknya, Pendidikan di Meja Makan

Pendidikan di Meja Makan (Prima).
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Teringat kisah inspiratif dari Septi Peni Wulandani, penemu metode jaritmatika dan pemberdaya perempuan. Seorang ibu rumah tangga profesional yang sukses menghasilkan insan-insan cendekia. Mereka adalah sang buah hati, para penerus bangsa yang diasuh bersama suami tercinta.

Septi beserta suami rela menanggalkan profesi sebagai pegawai dan beralih menjadi orang tua profesional. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama keluarga. Membuat forum muhasabah dan mendengarkan presentasi dari setiap anak untuk mencetuskan ide-ide cemerlang. Tak hanya itu, bahasa Inggris wajib digunakan selama presentasi. Anggota keluarga lainnya menyimak dan memberikan tanggapan mengenai presentasi tersebut. Dengan begitu, mereka akan terbiasa untuk mengungkapkan pendapat.

Tak ingin menuang secawan air di lautan, mereka juga saling membantu untuk mewujudkan ide-ide cemerlang tersebut. Salah satunya adalah Ara, anak kedua pasangan Dodik dan Septi, yang menyukai segala hal yang berkaitan dengan sapi. Ia ingin membangun perekonomian suatu desa dengan beternak sapi. Ara dibantu oleh ibu dan Enes, sang kakak, untuk membangun bisnis tersebut. Kini, Ara sukses membangun perekonomian di suatu desa meskipun usianya terbilang cukup belia.

Pola asuh orang tua seringkali diyakini sebagai penentu masa depan anak. Terngiang sebuah pepatah kondang, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Anak cenderung mempraktikkan apa yang ia saksikan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang tua menjadi madrasah pertama sang buah hati sehingga orang tua wajib membimbing buah hatinya ke jalan yang benar. Dengan begitu, sang buah hati akan fasih dalam membedakan baik buruknya suatu hal.

Namun, realita masa kini mencerminkan bahwa mayoritas orang tua banting tulang ke sana ke mari karena menganut istilah uang bukan segalanya namun segalanya butuh uang. Hal tersebut yang akhirnya membuat sang buah hati harus diasuh oleh orang lain dan kekurangan kasih sayang orang tua kandungnya.

Para orang tua yang sibuk dengan urusan duniawinya sudah pasti kurang memperhatikan perkembangan sang buah hati dengan baik. Kemandirian memang melekat pada diri buah hatinya karena ia terbiasa untuk hidup tanpa kehadiran orang tua.

Namun, tak sedikit dari mereka yang merindukan kasih sayang. Tak sedikit dari mereka yang hanya menghabiskan waktunya bersama teman-teman. Hingga yang paling menyedihkan adalah orang tua harus menyaksikan buah hatinya terbuai oleh obat-obatan terlarang yang meneduhkan hati mereka di kala pikiran mulai mengusut.

Pola asuh yang diterapkan oleh Septi bersama suami dinilai tepat karena telah terbukti Enes, Ara, dan Elan kini menjadi putra-putri bangsa yang tak hanya membanggakan kedua orang tua tetapi juga membanggakan bumi pertiwi. Tak menempuh pendidikan di sekolah formal bukan berarti akan menciutkan nyali mereka untuk menggapai asa. Pada kenyataannya, mereka berhasil memiliki pencapaian yang mengagumkan di usia belia.

Di situlah peran orang tua sangat dibutuhkan. Tak sekadar membimbing dalam memilah baik buruknya informasi yang didapat, mendengarkan segala keluh kesah yang dirasakan, menggantungkan impian semu, tetapi juga membantu mewujudkan impian tersebut.

Setiap orang tua memiliki pola asuh dan harapan yang berbeda untuk buah hatinya. Bukanlah menjadi suatu kewajiban bagi para orang tua di luar sana untuk menanggalkan pekerjaan sebagai pegawai demi menjadi orang tua profesional. Hanya saja, para orang tua tersebut sebaiknya meluangkan waktu untuk menjalin komunikasi yang baik dengan sang buah hati. Menjalin komunikasi yang baik bukanlah menunggu waktu yang tepat tetapi harus menciptakan waktu tersebut.

Terdapat beberapa tips untuk menjaga keharmonisan hubungan orang tua super sibuk dengan buah hatinya. Antara lain pergi berlibur, pergi berbelanja, menghadiri rapat orang tua di sekolah, mengambil rapor, dan sebagainya. Apabila ditelusuri lebih lanjut, hal-hal tersebut hampir mustahil untuk dilakukan karena orang tua terbentur oleh jadwal yang mencekiknya.

Tak hanya masalah waktu, orang tua juga harus merogoh kocek yang cukup dalam ketika mengajak sang buah hati pergi berlibur dan berbelanja. Namun sesungguhnya, meja makan dapat menjadi alternatif untuk menciptakan komunikasi yang baik tersebut. Banyak hal yang dapat dilakukan selama menyantap makanan bersama.

Layaknya setali tiga uang atau sambil menyelam minum air, tak hanya menyantap makanan bersama sang buah hati, meja makan juga dapat dijadikan sebagai sarana diskusi. Sampaikan bagaimana keinginan orang tua. Tanyakan bagaimana keinginan sang buah hati. Dengan begitu, sang buah hati tak perlu merengek agar mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.

Mereka akan merasa bahwa malaikat tak bersayap tetap menyayanginya meskipun tak sering berjumpa. Hal tersebut dapat memotivasi sang buah hati dalam merajut asa. Karena sesungguhnya, berdiskusi satu jam dapat mengukir sepuluh kisah yang tergores dari seribu ilmu dan melahirkan sejuta harapan. (Tulisan ini dikirim oleh Primakusuma)