Nuansa Keindahan Alam di Watu Ireng

Watu Ireng, Pekalongan
Sumber :

VIVA.co.id – Watu Ireng atau batu hitam besar seperti tebing di tengah pedesaan merupakan sebuah peninggalan yang sejak dulu masih menjadi misteri tentang asal muasal keberadaannya. Watu Ireng adalah sebutan dari masyarakat sekitar Kandang Serang, Pekalongan, Jawa Tengah, yang biasa berbahasa Jawangoko. Kurangnya publikasi menjadikan peninggalan yang amat bersejarah ini hampir termakan zaman.

Rumah saya yang hanya berjarak 3 km dari lokasi wisata Watu Ireng seringkali hanya memandang dari kejauhan. Sejak tahun 2015, lokasi Watu Ireng ini terus diperbaiki dengan alasan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pengunjung.

Watu Ireng bukan sekadar batu biasa, melainkan batu itu akan berbunyi “bung bung bung bung” jika dihentak dengan kaki. Ketika ditelusuri lebih jauh sumber suara yang berada di Watu Ireng, ternyata sumber bunyi itu berada di atas tebing.

Tepat di samping tebing, terdapat sebuah tulisan pintu masuk yang masih terhimpit dua batu. Pintu masuk yang sampai saat  ini juga masih menjadi misteri tentang keberadaannya di tengah pedesaan. Penjelasan dari warga sekitar mengenai pintu masuk juga masih belum bisa menjawab fenomena keberadaan Watu Ireng.

Perjalanan menuju lokasi Watu Ireng cukup memakan waktu lama. Lokasi yang berada jauh dari pusat kota memberikan tantangan tersendiri untuk berkunjung ke Watu Ireng yang berada di Jl. Raya Watu Ireng, Desa Lambur, Kecamatan Kandang Serang, Kabupaten Pekalongan. Kesejukan selama perjalanan menuju lokasi menambah alami suasana pegunungan, hijaunya alam, dan keramahan masyarakat sekitarnya.

Pemandangan di atas puncak Watu Ireng sangat memanjakan diri kita. Adanya sebuah saung kecil tepat di puncak Watu Ireng mampu memberikan sensasi bagi mata saat memandang dan ingin mengabadikan momen dari atas. Pepohonan hijau serta pemukiman warga dapat pengunjung amati dari puncak Watu Ireng. Keunikan yang lainnya, pengunjung mampu melihat tumbuhan yang menjulang tinggi dari atas batu.

Kini, terdapat wahana baru yang disediakan oleh pengelola di wisata Watu Ireng. Mulai dari panjat tebing, hammocking, rapling, via verrata, kasur gantung, hingga kursi gantung pun ada. Tidak hanya wahana permainan yang disediakan oleh pengelola wisata, akan tetapi para pedagang juga ramai menjajakan makanannya di tengah-tengah keramaian pengunjung. Aneka minuman tidak dijajakan di pinggir jalan melainkan di atas tebing Watu Ireng. Sehingga pengunjung bisa menikmati makanan sambil langsung menghadap pemandangan sungai dari kejauhan.

Objek wisata Watu Ireng yang dulunya hanya berisi rerumputan yang lebat sudah bermetamorfosa menjadi sebuah tempat yang bersih nan indah. Masyarakat di sekitar masih banyak yang terlihat sibuk dengan ladang dan kebutuhan rumah tangganya masing-masing. Karena bertani memang sudah menjadi mayoritas di pedesaan itu.

Perubahan ini didasari oleh pergerakan dengan mengedepankan gotong royong dari masyarakat, pemuda-pemudi desa, perangkat desa, dan kepala desa untuk membangun Watu Ireng yang sebenarnya pantas untuk dijadikan sebuah objek wisata. Pemerintah daerah yang terus memperbaiki kondisi jalan menuju lokasi wisata Watu Ireng juga membantu memberikan akses yang mudah jika ingin berwisata ke Watu Ireng. (Tulisan ini dikirim oleh Wisnu Hadi Kusuma, mahasiswa Universitas Pancasila, Jakarta)