25 Sahabat Perpustakaan Antar Sekolah Jadi Juara Nasional

Dua sahabat perpustakaan sedang menyusun buku di rak sekolah.
Sumber :

VIVA.co.id – Ingin perpustakaan menjadi tempat tujuan yang menyenangkan untuk anak-anak? Belajarlah dari SDN Temas 1 Kota Batu. Sekolah ini dahulu sangat tidak diperhitungkan. Bahkan, menurut sang Kepala Sekolah, Mahmudah, sekolah ini dulu sempat dicap sebagai sekolah buangan. “Sampai ada singkatan Temas itu kepanjangannya Tempat Masalah,” gurau Mahmudah membuka percakapan.

Namun, kepala sekolah pindahan dari SDN Oro-oro Ombo 2 Batu ini tidak pantang menyerah. “Saya dimutasi ke sekolah ini dengan harapan dari Dinas Pendidikan Kota Batu bahwa saya bisa memperbaiki sekolah ini,” ujarnya. Segala upaya dia lakukan. Mulai dari pembenahan fisik, sarana, dan pembelajaran. Salah satunya adalah perpustakaan.

Beruntungnya, sekolah ini merupakan sekolah mitra Program Usaid Prioritas. Sang kepala sekolah mendapatkan pelatihan yang salah satunya adalah mengelola dan mengembangkan budaya membaca di sekolah. Kegiatan budaya baca mulai diberlakukan di semua kelas tanpa kecuali. Pojok-pojok baca diletakkan di setiap sudut kelas dengan beragam koleksi buku. Rak-rak buku diletakkan di depan setiap kelas.

Perpustakaan berbenah. Mahmudah mempekerjakan dua pustakawan yang khusus mengelola dan menjalankan program perpustakaan. Pustakawan tersebut kemudian memilih 25 anak yang menjadi sahabat perpustakaan. Mereka dipilih dari siswa yang sering berkunjung dan menghabiskan waktu istirahatnya dengan membaca di perpustakaan.

Tugas sahabat perpustakaan, setiap pagi pukul 07.00 mereka mengambil buku di perpustakaan untuk dibawa ke rak depan setiap kelas. Buku tersebut ditata dengan rapi. “Biasanya saat jam istirahat, buku-buku itu laris dibaca teman-teman,” ungkap Caca, siswa kelas 5 salah satu sahabat perpustakaan.

Sesaat sebelum pulang, para sahabat perpustakaan mengambil buku-buku tersebut dan mengembalikannya ke perpustakaan. “Beberapa teman ada yang meminta besoknya kami bawakan buku resep atau buku tentang cerita rakyat,” ungkap Caca.

Rak buku oleh Mahmudah juga diletakkan di bawah pohon-pohon besar di halaman sekolah. Sejumlah daun beringin kering berjatuhan menimpa kotak-kotak rak buku di pelataran. Namun, itu tidak mengganggu para siswa yang sedang asyik berbincang dengan teman-temannya sambil membaca buku. Seakan-akan mereka sedang berdiskusi tentang apa yang ada dalam buku tersebut. Ada sekitar 5 pohon beringin ukuran sedang, di bawahnya terdapat tempat duduk dan rak-rak buku terbuat dari kayu. Warga sekolah lalu menyebutnya sebagai ‘perpustakaan pohon’.

Sementara itu di kelas-kelas, setiap pagi siswa melaksanakan program membaca senyap selama 15 menit. Usai membaca, mereka mengambil buku jurnal yang diletakkan di kantong-kantong buku di kelas. Selesai mengisi buku, salah satu dari mereka maju ke depan untuk menceritakan kembali isi buku.

Siapa sangka, konsep ini berhasil mengantarkan sekolah ini menjadi juara I dalam Lomba Budaya Mutu SDN tingkat Nasional untuk komponen perpustakaan yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Oktober 2016 lalu.

Keberhasilan ini  tidak membuat langkah Mahmudah berhenti  begitu saja. “Masih banyak pembenahan yang harus dilakukan. Salah satunya memenuhi koleksi  buku-buku yang semakin habis dibaca siswa,” ungkapnya. Untuk itu Mahmudah menjalin kerjasama dengan perpustakaan Kota Batu.

Salahsatu bentuk kerjasama ke depan adalah peminjaman buku-buku sebulan sekali dan pelatihan untuk pustakawan sekolah. Mahmudah berharap, kegiatan terkait literasi di sekolahnya dapat ditingkatkan lagi. Ke depan Mahmudah akan mendorong siswanya aktif menulis cerpen. Cerpen-cerpen yang terbaik akan dibukukan oleh sekolah dan menjadi portofolio prestasi siswa. (Tulisan ini dikirim oleh Dian Kusuma Dewi, Sidoarjo)