Aku Bangga padamu Ibu

Mama yang kubanggakan
Sumber :

VIVA.co.id – Ibu, wanita yang dengan rela mempertaruhkan nyawanya demi aku agar aku dapat melihat indahnya dunia. Sosok yang kuat, cerdas, penyayang, penuh kasih, penyabar, semua yang terbaik melekat di ibuku. Cinta yang tulus, kasih yang berlimpah diberikan oleh-Nya untuk suami dan anak-anak tercintanya.

Ibuku adalah inspirasiku. Enni Nurmalawati, nama yang indah itu adalah ibuku. Ia adalah wanita berusia 51 tahun pada bulan Oktober tahun ini. Memakai hijab dari usia muda, menjadi panutanku untuk menggunakan hijab di usia muda. Bertubuh mungil, mempunyai mata yang bulat, hidung mancung dengan sempurna, serta kulit sawo matangnya yang menjadikan ia wanita yang sungguh indah.

Ibuku adalah yang terbaik. Ia tak pernah lelah untuk selalu membahagiakan anak-anaknya. Perjuangannya menjadi ibu rumah tangga dan seorang wanita karier sungguh luar biasa. Tak kenal dengan kata lelah, ia selalu melakukan yang terbaik untuk suami dan anak-anaknya. Tetesan keringat yang terjatuh dari tubuhnya sebagai bukti dari segala perjuangannya.

Sungguh tak mudah menjadi wanita karier di usianya yang sudah tidak lagi sekuat dulu. Walau terkadang mengeluh, tetapi ia jadikan itu sebagai bentuk semangat agar selalu memberikan yang terbaik. Menggunakan jasa kereta api, setiap hari ia tempuh Bekasi-Pejompongan dengan suka cita. Terkadang aku sedih melihat perjuangannya yang luar biasa. Tetapi aku tahu ibuku adalah wanita tangguh yang tak mudah menyerah.

Ibuku adalah koki yang sangat hebat. Berbagai bahan makanan diolah menjadi sebuah masakan yang sungguh lezat dan enak. Masakan yang selalu aku rindukan di kala aku berada jauh dari ibu. Masakan yang dibuat dengan penuh cinta menjadi bumbu khusus untuk membuat masakan yang sangat enak.

Ibuku seorang yang sangat pandai dan berbakti sekali ke almarhum kakek dan almarhum nenekku. Pernah ia bercerita, saat ia muda banyak waktu yang ia gunakan hanya untuk belajar dan menjaga adik-adiknya, karena ibuku adalah anak sulung. Mengemban tanggung jawab yang besar sebagai anak sulung tidaklah mudah. Hanya sedikit waktu yang ibuku gunakan untuk bermain dan berkumpul bersama teman-temannya.

Ibuku menjadi panutanku dalam mengaji. Ia selalu menyempatkan waktunya untuk selalu mengaji setelah pulang bekerja. Suara yang merdu, alunan tajwid yang indah didengar, memberikan ketenteraman dan kedamaian untuk istana kecil ini. Tidak lelah memberikan, mengajari, dan menerapkan ilmu-ilmu agama kepada anak-anak tercintanya dengan sabar dan teliti. Membimbing anak-anaknya sesuai syariat Islam.

Ibu yang penuh kasih, selalu memberikan kebahagiaan untuk suami dan anak-anak tercintanya. Senyum indahnya yang mengembang, tawa lepas tanpa beban, selalu ia berikan untuk keluarganya sebagai bentuk bahwa ia adalah seorang wanita serta ibu yang sangat luar biasa mengagumkan. Dan aku sungguh mencintai ibu dan berterima kasih padamu. (Tulisan ini dikirim oleh Syifa Nur Maulidia, mahasiswa Universitas Pancasila, Jakarta)