Kau yang Selalu Ada Untukku
- U-Report
VIVA.co.id – Perjalanan yang tidak mudah untuk dilakukan seorang malaikat hidupku. Ibu, kau adalah satu-satunya yang menjadi pedoman untuk perjalanan anak-anakmu. Bagiku kau adalah permata yang selalu aku jaga. Kesetiaanmu menjaga anak-anakmu dari mulai sebelum mengandung, lalu mengandung, lahir ke dunia, lalu kau besarkan satu per satu dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Tepat pada tanggal 9 Mei 1994, kau melahirkan seorang anak yang bernama Lorenzo Al Kahfi. Dengan perjuangan yang tidak begitu mudah, ibu bersikeras untuk mengenalkanku pada dunia ini. Melahirkan tanpa ditemani seorang suami membuatmu tidak merasa lemah. Kau bersikeras untuk tetap melahirkanku.
Pukul 03.30 WIB perjalanan untuk mencapai sebuah rumah sakit begitu sulit. Lalu memasuki lorong rumah sakit yang masih gelap, hanya ditemani oleh adik dari bapakku. Alat-alat bedah, pisau-pisau mengkilap menyilaukan mata sudah siap menerobos kulit yang tebal. Tidak lupa juga kendaraan roda tiga berwarna orange khas Jakarta yang juga mengantarkan perjalanan kami kala itu.
Azan subuh telah usai berkumandang, lalu terdengar suara jerit bayi dari ruang bersalin. Suara yang begitu membahagiakan. Suara yang memiliki arti hidup, dan suara yang menjadi tanda tercapainya keberhasilan. Engkau dekap tanpa penuh ragu, kau hangatkan tubuhku ini dari dinginnya dini hari itu. Penuh cinta, penuh keharuan, dan penuh kebahagiaan engkau mengucap syukur.
Aku ingat, engkaulah yang pertama kali mengenalkanku pada dunia. Kau ajarkan aku untuk berwudu, menghafalkan surah Alfatihah, mengajari bacaan surah-surah Alquran, dan lebih mendalami tentang keagamaan. Kau ajarkan dengan sabar dan ikhlas. Rukuk dan sujudku saat ini adalah hasil dari kesabaranmu selama ini.
Di setiap detik, kau tidak lupa mendoakanku agar selalu menjadi orang yang sukses. Hingga sampai saat ini ,kau masih mengingatkan aku untuk tetap mendalami agama. Kau berjuang demi keluarga. Supaya hidup kita bisa sejahtera. Kau perjuangkan segala sesuatu untuk kita bisa menjadi lebih baik.
Pada saat kau tertidur lelap, di atas kasur beralas seprai bunga-bunga, aku mengintip dan melihat wajah lelahmu karena berkutat di dapur sehari penuh. Pukul 04.30 WIB kau telah terbangun untuk menunaikan salat subuh. Kau lanjutkan dengan mengiris sayuran dan menanak nasi untuk sarapan keluarga. Tanpa pamrih dan tanpa rasa lelah kau lakukan semuanya.
Kini, ditambah lagi kau telah mempunyai seorang cucu yang membuat kau bekerja dobel dalam sehari. Mengasuhnya, lalu mengurusnya. Ketika aku melihat kau sedang mengasuhnya, aku menjadi teringat ketika aku masih kecil dulu. Kau menuruti setiap aku meminta sesuatu, walau terkadang permintaan itu menjadi berat untuk kau lakukan. Tapi demi seorang anak bahagia, kau rela menyisihkan waktumu.
Penuh kelembutan, penuh kasih sayang kau berikan segalanya kepada anak-anakmu. Doaku untukmu mungkin tidak begitu besar dan bermanfaat, tetapi hanya itu yang aku punya. Memang, tidak seberapa dibanding dengan perjuanganmu selama ini.
Aku tidak tahu, sampai kapan aku bisa menemani setiap langkahmu berjalan. Aku tidak yakin apakah sekarang, esok, lusa, atau detik-detik berikutnya aku masih bisa menikmati senyum yang tidak pernah berubah itu. Kau malaikat hidupku.
Saat aku sakit, kau hadir di setiap tangisan ini. Ketika aku berbaring lemah tak berdaya di atas ranjang, kau menemaniku dan tersenyum. Lalu aku hanya membalas dengan senyum yang pahit sambil menahan rasa sakit ini.
Kau seolah mengambil rasa sakitku dengan baik dan ikhlas. Hingga aku dapat berlari dan tertawa kembali. Terima kasih malaikat hidupku. Akan selalu kukenang dan aku terapkan setiap saran yang kau berikan di kehidupan ini. (Tulisan ini dikirim oleh Lorenzo Al kahfi, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Nasional, Jakarta)