Papa Si Pengantar Kebahagiaan
- U-Report
VIVA.co.id – Sebagai penjaga toko beras dan pengantar beras dari rumah ke rumah dilakukannya, setelah beralih dari pekerjaan sebelumnya, demi menghidupi keluarga. Setiap hari bangun pagi dan tak mengenal waktu. Walaupun hari masih gelap, lampu di jalanan masih terang benderang, jalanan masih kosong tanpa dihuni sedikit pun. Yang menandakan hari itu masih terlalu dini dan banyak orang yang masih tidur dengan nyaman di tempat tidurnya. Tetapi ia tetap bangun untuk bergegas pergi ke toko kami yang letaknya tidak jauh dari rumah.
Pagi adalah waktu yang tepat menurut papa untuk membuka toko. Karena baginya saat itulah banyak pembeli yang datang untuk mempersiapkan nasi bagi keluarganya. Tak heran lagi bila toko kami ramai di pagi hari. Cara demi cara dilakukan untuk menarik para pembeli. Seperti berinovasi untuk mengadakan jasa dan pesan antar beras yang bisa mempermudah pembeli tanpa harus mendatangi toko.
Hal tersebut dilakukan tak peduli waktu. Memesan saat siang atau sore hari, konsumen harus tetap didahulukan karena image toko dibangun dengan baik oleh papaku. Mengendarai motor dengan mengenakan topi di kepalanya selalu dilakukan untuk menghindari panas, atau dinginnya angin pagi dan malam pada saat pulangnya nanti. Laki-laki separuh abad ini tetap semangat menjalani profesinya. Karena mengingat istri dan keempat anaknya dan yang masih butuh support seorang ayah. Dan tentu saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Itulah papaku, seorang yang gigih. Yang selalu semangat dan bijaksana dalam menuntun keluarganya. Walaupun papa hanya memilki toko beras, beliau tetap mengajarkan apa arti hidup jujur dan tetap beribadah sesuai kenyakinan yang tidak boleh ditinggalkan. Senyuman dan tawa yang selalu gembira dilontarkan oleh papaku kepada setiap keluarga di rumah dan berusaha memberi kenyamanan di setiap keadaan apapun.
Lelaki separuh abad ini selalu memberikan teladan yang baik bagi putra-putrinya. Dari matanya tercermin kalau dari setiap nasihat yang dikeluarkannya terlihat bahwa papa ingin putra-putrinya bisa berhasil dan memiliki kehidupan yang lebih baik darinya.
Tak lupa juga, papa yang berasal dari Sumatera Utara ini sangat kental dengan adat-istiadatnya. Seperti memperhatikan sanak saudara, atau membantu adik kakaknya. Semua tetap dilakukan ayahku di sela kesibukannya. Karena papa selalu bercita-cita mampu memberikan yang terbaik kepada orang lain. Itulah kenapa aku selalu menjuluki papa sebagai si pengantar kebahagiaan. (Tulisan ini dikirim oleh Windah Grecia AS, Fikom, Universitas Pancasila, Jakarta)