Mama, Selalu Ajari Aku untuk Bersyukur

Kenangan terbaikku.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Hari ini hujan turun membasahi setiap hal yang berada di bawahnya. Wangi tanah basah yang khas dan angin sejuk membuat diri saya tenang. Hujan itu mengingatkanku akan masa lalu yang mungkin tak pernah terbayang oleh siapa pun. Masa kecil indah yang ternyata sudah membuatku tak lupa untuk bersyukur atas setiap pemberian Tuhan, hingga saat ini.

Saya lahir 20 tahun yang lalu. Saya ditemani oleh seorang wanita kuat yang menyayangi dan menjaga saya dengan caranya sendiri. Setiap hembusan napas ini, dimulai ketika saya dilahirkan hingga saat ini,tetap dialah wanita yang terhebat untuk hidup saya.

Saya seorang anak ketiga dari empat bersaudara, terdiri dari 2 orang kakak laki-laki dan 1 orang adik perempuan. Sebelumnya, mama telah menikah dan gagal dalam menjalankan hal tersebut ketika saya menginjak umur 2 tahun. Tapi kemudian, ia kembali menikah pada 2010 silam. Tak lama, Tuhan memberikan peri kecil untuk melengkapi keluarga kami.

Iya, pada 2013 seorang adik perempuan yang cantik, buah hati dari pernikahan mama yang kedua lahir ke dunia ini. Mama, begitulah saya memanggil seorang malaikat tak bersayap yang Tuhan berikan. Dia tidak pernah lelah untuk menjaga kakak-kakak, saya, dan adik saya tentunya.

Ketika saya masih kecil, dia tidak hanya menjadi seorang mama yang bekerja di rumah. Mama bekerja untuk menghidupi seluruh kebutuhan keluarga kami. Iri rasanya ketika anak seumuran saya dulu bisa pergi dengan mamanya. Menangis dan menangis hanya itu yang dapat saya lakukan.

Mama adalah sosok wanita kuat dan tidak senang melihat anaknya menangis. Dia mengajarkan kami untuk selalu bersyukur atas segala yang Tuhan berikan. Hari itu, saya lihat ketika pagi belum menampakkan sinarnya, mama telah terbangun untuk menyiapkan semua hal yang diperlukan. Tak lupa berdoa ketika kami semua meninggalkan rumah adalah suatu keharusan untuk dilakukan.

Hingga tak terasa saatnya senja perlahan mulai menyapa, gemericik air hujan yang tenang tetapi deras membuat saya terdiam ketika itu. Menunggu adalah hal yang biasa, tetapi ada yang berbeda dengan hari ini. Mengapa hari ini mama terlihat sangat sedih? Pakaian dan rambutnya tampak basah karena hujan. Dia masih tersenyum padaku, namun tetap saja ada yang berbeda.

Ketika aku menyampaikan keinginanku untuk membeli sesuatu barang, mama mendatangiku dengan lembut. Rupanya hari itu tak satu peser pun uang dia dapatkan. Dipeluk diriku dengan lembut dan dia katakan, “Sayang, kita bisa kan anggap ini hari libur? Mungkin hari ini belum saatnya Tuhan kasih rezeki uang, tapi lihat makanan yang berlimpah. Ini lebih dari cukup untuk kita.” Saat itu kupeluk dia dan aku berusaha untuk memahami bahwa ini adalah cara untuk tetap bersyukur apapun keadaannya.

Mulai saat itu, saya terus mencoba mensyukuri segala sesuatu hal yang terjadi di dalam hidup saya. Baik atau buruk, bahkan ketika senang maupun sedih. Karena tidak ada yang lebih indah dari sesuatu yang Tuhan berikan.

Mama, terima kasih atas dirimu yang kuat hingga aku menjadi kuat. Terima kasih atas dirimu yang selalu bersyukur, hingga aku menjadi pribadi yang selalu bersyukur. Seperti aku yang selalu mencintaimu setiap saat. (Tulisan ini dikirim oleh Nurul Choiruyatun, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Pancasila, Jakarta)