Keluh-kesah Mengajar Bahasa Inggris di Pedalaman Jawa
- http://matanews.com
VIVA.co.id – Mengajar merupakan aktivitas saya saat liburan semester. Pekerjaan ini menjadi rutinitas sejak saya selesai menempuh masa perjuangan dalam menimba ilmu di Happy English Course (HEC) 1 selama tiga bulan dan di Basic English Course (BEC) selama enam bulan. Di HEC 1 sampai menyelesaikan tingkat Basic Training Class (BTC) dan Candidate Training Class (CTC). Setelah itu mengikuti tes untuk melanjutkan tahapan Training Class (TC) di tempat kursus tertua di Kampung Inggris, Pare, Kediri.
Perjuangan saya tidak hanya berhenti di tingkat TC. Akan tetapi kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang paling tinggi yaitu Masterung System (MS) bisa diraih dengan kerja keras dan doa orang tua. Itu semua setelah melewati tes tertulis, interview, dan tes mengajar. Nilai TC juga menjadi penyokong nilai sebagai pembuka pintu MS.
Semenjak MS, pengalaman mengajar serta teknik dan strategi dalam menguasai dan mentransformasikan pelajaran didapat meski masih jauh dari kata sempurna. MS saya tempuh selama tiga bulan dengan diakhiri praktik outdoor, yang pada kesempatan itu saya bertugas mengajar di MTSN Ngantru, Tulung Agung. Sebuah sekolah yang berada di Jawa Timur dan siswa-siswinya menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya. Ini awal keluhan saya saat mengajar di tanah Jawa. Saya tidak bisa bahasa Jawa meski sudah sembilan bulan hidup di Jawa.
Holiday Program yang sering saya ambil dari Cambridge English Course (CEC), salah satu tempat kursus di Pare, Kediri ternyata semua pesertanya berasal dari Jawa. Padahal awalnya saya kira akan ada peserta dari tempat lain. Para peserta kursus itu seperti dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Krian, Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Manyar Gersik, kelompok belajar Dhaya Prestasi Gersik, dan sebagainya.
Tantang bahasa berlanjut sampai sekarang. Sebab pada saat ini saya sedang mengambil job lagi dan ditempatkan di SMP Islam Terpadu Pengajian Ahad Pagi Bersama (IT PAPB), Semarang. Meski lokasinya berada di kota Semarang, tapi bahasa mereka tetap kental dengan menggunakan bahasa Jawa. Jadi, masalah-masalah sebelumnya yang memang pernah terjadi sedang terjadi kembali kepada saya.
Siswa-siswi yang masih kecil pastinya senang sekali mengerjai saya dengan menggunakan bahasa Jawa. Bukan hanya proses dalam mengerjai, tetapi perbincangan yang sifatnya rahasia bisa mereka komunikasikan di depan mata saya sendiri dengan enjoy-nya. Kekesalan pastinya akan muncul dan ini manusiawi. Keinginan untuk tahu pastinya ada, tapi tidak tahu kenapa rasanya sulit untuk menguasainya.
Ini masalah besar yang perlu saya carikan jalan keluarnya segera, agar pada kesempatan-kesempatan selanjutnya tidak terjadi lagi. Sebab hal ini sudah terjadi selama kurang lebih dua tahun. Jadi, sejak ini saya akan berusaha dengan keras untuk menguasai bahasa Jawa. Dan pada kesempatan inilah tepatnya di Jawa saya bisa mendapatkan pengalaman, belajar beradaptasi dengan lingkungan baru, menambah perekonomian, ajang hidup mandiri, serta bisa mengusai bahasa Jawa. (Tulisan ini dikirim oleh Syahid Mujtahidy, Pamekasan)