Remaja Keren Remaja Anti Gengsi

Ilustrasi
Sumber :
  • Freewallpaper
VIVA.co.id
- Jomblo, bukanlah satu kata layaknya nenek sihir atau setara dengan hewan binatang buas yang perlu dihindari. Apakah kata tersebut memiliki dampak yang mematikan yang harus dihindari oleh setiap orang, sehingga yang tak memiliki pasangan merasa takut dan dianggap perlu untuk menghindari kata tersebut?


Jomblo dapat diartikan dengan seorang laki-laki yang tidak memiliki seorang perempuan di sampingnya, begitu pula sebaliknya. Sehingga para remaja saat ini merasa memiliki penyakit alergi bila disebut dengan gelar ke-jomblo-annya. Malah, ketidakpercayaan diri mereka akan nampak dan minder bila dikatakan jomblo.


Budaya pacaran di kalangan remaja layaknya budaya korupsi di kalangan birokrat. Keduanya sama-sama merugikan dan harus segera dimusnahkan. Sedangkan, kedua budaya terpuruk tersebut saat ini menjadi ajang trendi dan bergengsi di negara kita. Bila pacaran di kalangan remaja sudah menjadi kegiatan yang membudaya, maka keterpurukan harus segera dihadapi.


Hal-hal yang tidak diinginkan akan kita saksikan, seperti kawin lari, seks bebas, dan lain-lain. Bahkan adakalanya bagi para remaja yang tidak mau berpikir panjang akan dapat mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri gara-gara si doi.


Kondisi psikologis para remaja sangat labil untuk dapat mengontrol diri terhadap aktivitas pacaran. Jadi, jangan sesekali menghiraukan celotehan jika punya pacar maka akan giat belajar. Pada usia remaja memang sebaiknya menjomblo. Meningkatkan kualitas diri tanpa sibuk mencari pasangan. Tidak usah kawatir dengan paradigma tidak laku, karena hal tersebut hanya pandangan sempit yang tak perlu dirisaukan.


Buat para jomblo, tanamkan dalam hati bahwa kiamat belum siaga tiga. Remaja sebagai tiang negara juga harus disadari oleh para remaja itu sendiri. Melihat akan kondisi negara yang tak tahu arahnya, pacaran bukan hal yang harus dipikirkan. Mempersiapkan diri untuk masa depan dan untuk masa tua adalah yang perlu diurusi sekarang. Menganggap pacaran sebagai ajang bergengsi merupakan kebanggaan yang tak punya nilai.


Bangsa tidak mengharapkan generasi trendi tapi mereka yang menjauhkan diri atau menjaga dirinya agar terhindar dari kata hina. Negara mengharapkan mereka yang berotak ‘Habibie’ dan berjiwa ‘Nabi’. Sebuah generasi yang gigih tanpa memerhatikan persoalan gengsi. Generasi visioner yang mementingkan kemewahan hati dan pikir adalah generasi yang dinanti dan dihormati negeri. Oleh sebab itu, berpacaran agar terlihat trendi dan bergengsi harus diminimalisir seminim mungkin agar estafet kemajuan bangsa tidak mengkrisis. (Tulisan ini dikirim oleh Lutfiyah, Sumenep)