Raditya Dika, Motivatorku untuk Jadi Seorang penulis
- Nuvola Gloria - VIVA.co.id
VIVA.co.id – Raditya Dika adalah salah satu orang yang telah memotivasiku untuk sukses menjadi seorang penulis. Banyak yang berpikir, apa enaknya sih menjadi penulis itu? Sepertinya tidak ada enak-enaknya. Penghasilan yang didapat tidak seberapa, sedikit, dan bahkan bisa dikatakan minim, seperti pakaian perempuan zaman sekarang. Apa yang bisa aku dapatkan dari penghasilan dengan bekerja sebagai seorang penulis?
Apa yang aku dapatkan memang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka yang bekerja di kantor pada umumnya. Pergi bekerja pada pagi hari, siang harinya istirahat makan siang, sorenya kerja lagi, dan malamnya tidur. Besok paginya, aktivitas yang dilakukan pun juga sama, tidak ada yang berbeda dari yang biasanya, kecuali hari Sabtu dan Minggu.
Raditya Dika, yang kuanggap sebagai motivatorku itu merupakan orang yang memang sudah dikenal dan terkenal di pelosok kota dan bahkan se-Indonesia sudah mengenalnya. Dia selalu memberi motivasi dalam diriku untuk tidak berhenti menulis. Bahkan, aku pernah membuat beberapa novel beserta cover-nya. Dan di kamarku, cover novel yang sudah aku buat sendiri itu selalu aku pajang. Memang tidak banyak dan tidak terlalu bagus, tapi setidaknya dengan memajang covernya saja aku sudah merasa seperti ceritaku benar-benar sudah dibaca dan disukai oleh banyak orang.
Bahkan aku sering bermimpi kalau novelku diangkat menjadi sebuah film. Novel yang aku tulis bercerita tentang pengalamanku yang berhenti kuliah di jurusan teknik sipil dan sudah aku kirim ke penerbit. Tapi ternyata tulisanku itu masih belum mampu membuat penerbit mau mencetak dan menerbitkannya lalu dijual di toko-toko buku.
Enam bulan penantianku sia-sia. Tapi beberapa hari yang lalu, aku membaca sebuah artikel tentang perjuangan seseorang yang memperjuangkan naskah yang dikirimkannya ke penerbit untuk diterbitkan. Di sana tertulis, kalau dia bukan hanya menunggu selama enam bulan, melainkan sampai bertahun-tahun. Bisa menunggu 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, dan bahkan lebih.
Begitupun aku, bukan hanya 1 naskah saja yang aku kirimkan dan perjuangkan agar bisa dicetak lalu diterbitkan, melainkan ada 3 naskah. Namun, di balik kepesimisanku tersebut, tersimpan sebuah makna yang besar. Makna tersebut ialah bahwa seseorang haruslah berusaha untuk menggapai dan meraih sesuatu, termasuk cita-cita dan mimpinya. Tidak penting siapa aku dan orang lain, yang penting aku tetaplah aku dan orang lain tidak akan bisa menjadi aku karena aku bukanlah orang lain. Setidaknya aku sadar siapa aku, kekuranganku, dan kelebihanku.
Cita-citaku awalnya bukanlah menjadi seorang penulis, melainkan menjadi seorang pemain bola. Menjadi penulis tiba-tiba saja terpikir ketika aku melihat karya seorang penulis yang karya-karyanya sangat mengagumkan dan menghibur. Dia adalah Raditya Dika, seorang penulis dengan karya-karyanya yang menghibur dan memotivasi.
Siapa yang tidak ingin menjadi terkenal dan sesukses Raditya Dika? Namanya saja sudah dikenal se-Indonesia. Bahkan Raditya Dika saja ingin pembacanya juga menjadi seorang penulis dan memiliki karya-karya yang juga bisa menjadi best seller seperti karya-karya yang telah ditulisnya. (Tulisan ini dikirim oleh Ridho Adha Arie)