Kudeta Turki dan Pesan Sang Kiai
- REUTERS
VIVA.co.id – Beberapa waktu yang lalu, penulis dikagetkan dengan kabar dari berbagai media online yang mengabarkan jika militer pelaku kudeta Turki mengerahkan tank untuk menguasai parlemen, bahkan jet-jet pun terbang rendah. Sontak saya kaget dan melafalkan dalam hati “Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq”, yang berarti semoga Allah menuntun kita ke jalan yang lurus.
Ucapan itu biasanya digunakan oleh setiap warga Nahdliyin atau Nahdlatul Ulama (NU) ketika selesai berbicara atau berpidato. Namun, penulis gunakan di awal membaca berita ini tentunya dengan berharap penulis bisa lebih mengedepankan petunjuk Allah dalam melihat pertikaian sesama umat muslim ini.
Dalam pemberitaan, rata-rata media nasional mengabarkan jika militer Turki mengerahkan tank di depan parlemen di ibukota Ankara. Di Ankara juga terdengar ledakan kuat. Belum diketahui sumber ledakan, sementara jet terus terbang di atas kota. Sedangkan Presiden Erdogan mengatakan komplotan kudeta tidak akan berhasil. Erdogan sudah menyerukan perlawanan.
Saya pun teringat dengan pesan sang kiai pendiri Nahdlatul Ulama, Hadarut Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari yaitu jika ukhuwah islamiah sama pentingnya dengan ukhuwah wathaniah. Tentunya ukhuwah merupakan konsep persaudaraan sebagai upaya memosisikan kita sebagai orang Islam, sebagai warga negara, dan sebagai sesama manusia yang terkenal dengan ukhuwah islamiah (persaudaraan sesama Islam) dan ukhuwah wathaniah (persaudaraan sesama warga bangsa).
Jadi ukhuwah islamiah saja tak cukup. Buktinya seperti ini, perang saudara terjadi. Jadi, ukhuwah islamiah harus melekat di dalam ukhuwah wathaniah. Hampir di semua negara dengan penduduk mayoritas umat Islam mengalami perang saudara. Hal ini diakibatkan karena mereka memperkosa ukhuwah dengan kepentingan politik dan bisnis yang bersifat duniawi belaka.
Saya ingin mengajak kita semua untuk melihat kejadian kudeta di Turki sebagai contoh. Ini adalah gambaran jika sudah saatnya kita telaah secara teliti dengan mata batin kita. Makna ukhuwah sudah terabaikan bahkan diperkosa oleh kepentingan poltik yang penuh dengan noda kepentingan duniawi yang bagi mereka lebih memiliki pesona. Dan lebih parahnya, kepentingan politik ini dijadikan Tuhan bagi mereka untuk berpikir, bernalar, dan bertindak.
Kepentingan ini dilandasi saling menghujat, saling menjelekkan, saling menjatuhkan, dan saling merasa diri paling benar. Penulis dengan tegas mengatakan jika kepentingan politik ini hanya membuat makna ukhuwah semakin jauh. Jika diibaratkan itu sebagai jurang, maka ukhuwah telah terpisahkan oleh jarak yang di tengahnya ada lubang yang akan memakan korban satu persatu untuk jatuh ke dalam lubang jurang tersebut.
Bagi mereka yang berkepentingan, ini terasa lebih penting dan menguntungkan. Mereka menganggap ukhuwah islamah, insaniah, dan wathaniah hanya membuang waktu dan merugikan. Tentunya di akhir tulisan ini, saya ingatkan kembali jika sangat perlu diperjuangkannya ukhuwah di antara sesama penduduk Nusantara, agar tetap terjaga seperti apa yang dicita-citakan di awal kemerdekaan kita sebagai sebuah bangsa. (Tulisan ini dikirim oleh Abdul Rasyid Tunny, Makassar)