Jadi Dewa Mabuk Sehari
- U-Report
VIVA.co.id – Saya adalah orang yang sangat menjauhi minuman beralkohol, rokok, dan kehidupan malam. Bukan berarti saya itu sok suci, sok bersih, atau sok-sokan yang lain. Tapi itu semua karena doktrin yang luar biasa dari mama sejak saya masih kecil. Doktrin yang luar biasa itu cukuplah membuat saya berpikir ribuan kali untuk melakukan hal-hal itu. Bahkan di saat saya sudah dewasa dan bebas mau ngapain saja, doktrin itu tetap menempel di otak saya.
Kalau saya sih tidak pernah melarang teman saya buat melakukan hal-hal itu, karena itu adalah hak mereka. Tapi kalau saya ditawari, ya saya pasti menolak. Dibanding keluyuran malam-malam, saya lebih memilih baca komik atau bobo cantik berselimut tebal.
Tapi ternyata benar apa yang diomongin oleh kakak saya. Semakin kita dewasa dan makin banyak relasi, godaan itu akan terus datang. Apalagi kalau sudah menyangkut pekerjaan atau bisnis. Wah, beer atau minuman beralkohol seolah sudah menjadi hal yang biasa. Dan ternyata godaan itu datang juga.
Bulan kemarin, kebetulan saya sedang bertamu ke rumah teman saya, Natalia. Saya mau mengambil beberapa kerjaan dan dokumen. Natalia ini kayaknya memang kebanyakkan duit atau apa, soalnya kalau orang biasa bertamu disuguhi sirup, eh pas saya bertamu ke rumah dia, saya ditawari Jack Daniels. "Mau cobain Jack Daniels? Saya baru beli banyak di Batam," kata dia sambil mengambil botol Jack Daniels ke belakang.
Kebetulan Natalia memang punya job di Batam, jadi setiap beberapa periode sekali dia PP Batam - Jakarta. Kemudian, dia menuangkan Jack Daniels itu ke gelas sloki dan menyuruh saya untuk minum. Uhhhuk, saya batuk sebentar biar kelihatan keren. Kemudian saya sedikit mencium aroma Jack Daniels itu dan yup saya meminumnya!
Puji Tuhan rasanya luar biasa pahiiiittttttttttt banget. Saya minum hanya sedikit-sedikit karena tidak tahan sama pahitnya. Lebih pahit dibanding pare yang biasa saya makan di mamang bakso tahu. "Serius loe demen sama yang ginian?" tanya saya ke Natalia yang kelihatan geli banget melihat muka saya menahan pahit. "Enak tau, bikin anget badan" kata dia manja. Salut banget deh buat orang yang suka minum minuman beralkohol. Dari lidah orang awam, yang bisa saya rasain itu cuma rasa pahit yang terlalu.
***
Nah, beberapa bulan yang lalu, saya sedang berada di sebuah kota yang letaknya di ujung Pulau Jawa karena ada urusan pekerjaan. Satu hal yang pasti saya lakukan kalau sedang ada di luar kota adalah bertemu teman-teman komunitas saya yang kebetulan tinggal di kota yang sedang saya singgahi itu. Saya janjian bertemu dengan tiga teman saya. Dan karena saya tidak tahu apa-apa tentang kota ini, saya pasrah mau dibawa kemana yang penting tempatnya nyaman buat ngobrol.
Setelah mereka berdiskusi, akhirnya kita datang ke suatu tempat makan. Menurut saya sih tempatnya biasa saja. Tapi yang bikin unik adalah di restoran ini ada layar besar untuk karaoke. Jadi kalau kita karaoke, semua pengunjung bisa ikut mendengarkan. Begitu masuk dan duduk, tiba-tiba ada sekumpulan SPG muda dan cantik langsung berlari menghampiri saya. Masing-masing dari mereka membawa kaleng es batu yang isinya minuman beralkohol dengan berbagai merek. Ada SPG yang bawa Jack Daniels, ada yang bawa Tiger, ada yang bawa Carlsberg, dll.
Saya yang biasanya mentok dikerubutin sama tukang ojek kalau baru pulang dari travel, mendadak dikerubutin sama SPG-SPG cantik ini. Ada yang menarik-narik tangan saya sambil terus menyodorkan minuman yang mereka jual. Kalau saya tidak bisa menahan diri, kayaknya saya sudah langsung mimisan di tempat deh.
Mereka menarik sambil bilang, "Kak, beli yang punya saya saja!" atau "Kak lebih enak yang punya saya." Saya bingung mau milih yang mana. Wajah teman-teman saya sekilas seperti biasa saja, mungkin karena sudah sering. Beda sama saya yang baru sekali-kalinya datang ke tempat kayak begini.
"Saya lagi mau Vodka," kata teman saya, Bram. Pilihan dia diikuti oleh dua teman saya yang lain. "Ya sudah, saya juga pilih Vodka," kata saya cool, seperti yang sudah sering minum padahal minum air kendi saja sudah mabuk. Setelah saya bilang pilih Vodka, SPG lain langsung berangsur meninggalkan meja saya. Dengan sigap SPG Vodka langsung menuang ke sloki yang ada di atas meja. Sebelum minum, kita bersulang dulu. Dan glekk...glekk, saya langsung menghabiskan Vodka yang ada di sloki.
Rasanya? Tidak usah ditanya. Pahitnya lebih pahit dari jamu kencur datang bulan yang biasa diminum mama saya. "Serius, loe belum pernah minum?" tanya teman saya heran setelah saya cerita kalau saya sebelumnya tidak pernah minum minuman beralkohol. "Gue pertama kali minum itu pas umur 19 tahun bla....bla....".
Bram mulai melanjutkan cerita tentang pertama kali dia minum minuman beralkohol ketika berumur 19 tahun. Teman saya sudah doyan minuman beralkohol di usia 19 tahun, saya langsung flashback ketika saya masih berumur 19 tahun. Saat itu saya lagi demen-demennya minum Pop Ice campur susu di dekat rumah saya.
Entah memang begini etikanya atau mereka sedang ngerjain saya, tiap sloki saya kosong pasti langsung dituang lagi sama teman-teman saya. Dan tiap sloki saya penuh, pasti langsung diajak tos buat dihabiskan. Kepala saya sudah mulai pusing, perut saya sudah mulai bergejolak. Pagi tadi kan saya makan nasi jamblang, dan entah kenapa nasi jamblang di perut saya terasa diputar-putar sama vodka ini.
***
"San, loe karaoke ya sekarang. Gue sawer nih," kata Bram sambil meletakkan uang 300 ribu ke atas meja. Dua teman saya yang lain juga meletakkan uang 300 ribu ke atas meja. Total ada uang 900 ribu di atas meja saya. Seperti yang saya bilang, selain menjadi tempat makan, tempat ini juga bisa dijadikan tempat karaoke karena terdapat layar besar. Jadi kalau kita nyanyi, semua orang yang makan di sini juga bakalan dengar.
Saya sekarang merasa bimbang. Serius bimbang. Bayangin saja, cuma nyanyi satu lagu saja, saya bakalan disawer 900 ribu! Lagunya juga kebetulan saya bisa banget! Tapi, saya cukup sadar diri buat bilang kalau suara saya jelek. Saya pikir kalau saya nyanyi kan banyak orang yang sedang makan di sini. Bagaimana kalau mereka mual-mual terus pergi dari tempat ini gara-gara saya nyanyi? Terus ujungnya saya bakalan dituntut sama pihak restoran gara-gara meracuni pengunjung dan membuat restoran menjadi sepi. Akhirnya saya urungkan niat saya buat menyanyi solo.
Total-total saya sudah menghabiskan sekitar 11 sloki. Kepala saya sudah pusing banget, nasi jamblang di perut saya rasanya juga sudah mau keluar semua. Dan luar biasanya, sebelum pulang masih ada juga yang namanya tos perpisahan. Entah itu memang beneran ada, atau memang cuma buat ngerjain saya lagi. Kebetulan di meja saya ada 4 orang (termasuk saya), jadi kita harus minum 4 sloki lagi buat mengakhiri semuanya.
Dengan susah payah saya menghabiskan 4 sloki lagi. Serius deh, disenggol sedikit saja saya yakin bakalan jackpot alias muntah di tempat. Saya diantar ke hotel tempat saya menginap dan sesampainya di kamar, saya tidak ingat apa-apa lagi karena saya langsung tertidur. Besoknya, saya bangun dengan kepala yang luar biasa pusing. Mata saya merah kayak habis kecolok sapu lidi.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Ini adalah rekor buat saya karena saya selalu bangun pagi dan paling telat bangun jam 8 pagi. Saya menenangkan diri sebentar, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Ketika sedang duduk sambil mengumpulkan raga, tiba-tiba kakak saya telepon. Dia bilang kalau dia bawa oleh-oleh buat saya. Pas saya tanya apa oleh-olehnya, dia jawab anggur dari Yerusalem.
"Anggur dari Yerusalem? Berapa kadarnya?" tanya saya. "Sekitar 70 persen" jawab kakak saya. "Memabukkan enggak?" tanya saya lagi. "Sangat." jawab kakak saya. Eh, jadi saya harus teler lagi? (Cerita ini dikirim oleh Stefanus Sani, Bandung)