Ramadan Kali Ini Tak Seindah Ramadan Tahun-tahun yang Lalu

Ilustrasi masjid.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Semakin dewasa seseorang, maka semakin sibuklah mereka menjalani hidup di dunia ini. Sibuk untuk meraih mimpi dan cita-citanya, mendapatkan sesuatu yang sudah lama diidam-idamkannya, dan bahkan seseorang itu akan lebih sibuk untuk mencari nikmat dunia daripada nikmat akhirat. Ramadanku tahun ini tidak seindah Ramadan tahun-tahun yang lalu. Di tahun-tahun yang lalu, aku merasa keindahan Ramadan yang sebenarnya. Tapi di Ramadan saat ini aku tidak merasakan keindahan tersebut.

Biasanya, aku, kedua sahabatku, dan teman-teman se-organisasi anggota remaja masjid selalu sibuk dan aktif di masjid. Di masjid, kami selalu mengadakan acara-acara penting, acara amal, dan perkumpulan antar anggota remaja. Mengadakan buka bersama, mempersiapkan takjil untuk mereka yang datang ke masjid, tadarus malam bersama-sama, dan di akhir bulan Ramadan biasanya kami pergi berbuka puasa bersama di luar, di tempat yang sudah kami tentukan sebelumnya.

Kedua sahabatku sepertinya tahun ini tidak akan pulang ke Pekanbaru. Mungkin saja mereka betah di kota tempat mereka menimba ilmu pendidikan yang mereka inginkan. Yaitu Hasanul, yang saat ini kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) dan Imam yang saat ini kuliah sekaligus bekerja di Solo.

Setiap kali aku menelepon mereka, mereka selalu sibuk dengan aktivitas mereka sendiri. Jika tahun-tahun yang lalu aku masih berumur belasan tahun, tapi tahun ini umurku sudah genap dua puluh tahun. Namun, aku tidak terlalu menyibukkan diri dengan aktivitasku saat ini. Kalau kata orang tua dan keluargaku, aktivitasku yang tidak jelas ini.

Aku berpikir, jika mereka berdua tidak pulang ke Pekanbaru, pasti masih ada teman-teman se-organisasi lainnya. Namun nyatanya, sejak awal memasuki bulan Ramadan, batang hidung mereka menghilang, sosok mereka pun hilang seperti ditelan oleh bumi.

Aku mempersiapkan takjil sendirian. Tidak ada lagi rapat antar anggota dan buka bersama antar anggota. Namun, aku masih bersyukur karena ternyata ketika tadarus malam, aku masih ditemani oleh mereka yang masih sangat muda. Melihat mereka bersenda gurau dan tertawa bersama teman-teman mereka, bermain di dalam masjid ketika tadarus malam sudah selesai, membuat aku menjadi teringat akan kenangan-kenangan ketika aku masih bersama kedua sahabat dan teman-teman se-organisasiku dulu.

Di bulan Ramadan ini pun akan menjadi penentuan, yakni aku akan mendapatkan sebuah kabar tentang karya tulisku yang sudah aku kirimkan ke penerbit. Tidak terasa sudah 5 bulan sejak bulan Januari aku mengirimkannya. Di bulan Ramadan atau lebih tepatnya bulan Juni ini, aku berharap karya tulisku akan menghasilkan sebuah kabar yang bagus.

Setidaknya kabar yang bagus tersebut bisa aku persembahkan untuk nenekku yang sudah berada di surga sana. Karena ini juga awal bulan Ramadan yang aku lalui tanpa ada sosok seorang nenek yang selama ini sudah membesarkan dan merawat aku, hingga menjadi sosok yang selalu berusaha untuk menjadi seorang penulis.

Aku memanglah orang yang tidak menyukai persahabatan ataupun pertemanan. Namun aku bisa berbaur dengan cepat dan bahkan dengan baik oleh mereka yang pikirannya sama dengan apa yang aku pikirkan. Kedua sahabatku tersebut itulah contohnya, dan beberapa teman yang selama ini mau berteman denganku. Andaikan saja aku menyebutkan nama sahabatku satu persatu, itu bisa dihitung oleh hitungan jari saja. (Cerita ini dikirim oleh Ridho Adha Arie, Pekanbaru)