Langkah Kaki Mungil Si Pencari Ilmu

Langkah kaki mungil menuju ke sekolah.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Dunia di pagi hari tersenyum melihat anak kecil berjalan menuju ke sekolah. Kakinya yang mungil serta raut wajah yang lucu seakan menceritakan dirinya yang masih suci dari dosa. Keringat mulai mencederai tubuh dan pakaiannya pun mulai basah. Namun itu bukan rintangan untuk mencapai cita-citanya.

Harapan besar terpancar dari matanya. Langkahnya berkawan dengan harapan ribuan malaikat yang menjadi saksi perjalanannya. Hentakkan kaki yang tegas seakan bercerita tentang perjuangan panjang yang harus ia lewati. Dunia kembali tersenyum ketika si pejalan kaki melangkahkan kakinya yang mungil menuju gerbang sekolah. Di sana ia melihat sahabat, saudara, dan teman sedang asyik bercengkerama sambil menikmati jajanan sekolah yang telah mereka beli.

Anak kecil itu kembali berjalan menuju ruang kelas. Ditentengnya buku pelajaran milik seorang kawan yang ia pinjam. Ia duduk di bangku terdepan, paling dekat dengan bangku guru. Jam masuk sekolah telah tiba, kelas pun mulai riuh. Kawan-kawannya mulai memasuki ruang kelas. Di antara mereka ada yang takut duduk di bangku paling depan, berbeda dengan si pejalan kaki.

Pagi itu musim panas bersemi di pertengahan tahun. Ruang kelas yang berdinding kayu terasa mengerikan. Panas mulai melanda kelas, buku tulis menjelma menjadi pendingin ruangan. Di dalam kelas ada beberapa kursi yang kosong, mungkin penghuninya mulai takut dengan suasana kelas yang menyeramkan.

Sudah hampir satu jam anak kecil itu duduk di dalam kelasnya, ditemani panas yang menguasai ruang dan waktunya. Namun sosok guru yang ia tunggu tak kunjung datang. Anak-anak lain mulai gembira karena di hari itu tak ada guru dalam kelas. Anak kecil mulai kebingungan, jiwanya meronta, hatinya menangis, namun ia tak mau meneteskan air mata.

Perjalanan 5 km yang ia tempuh dengan berjalan kaki demi sebuah ilmu ternyata harus berakhir dengan kenyataan malang. Kenyataan bahwa sia-sia peluhnya bercucuran, sia-sia kakinya yang mungil menyusuri badan jalan, setapak demi setapak. Ternyata jarak 5 km yang ditempuhnya sedari fajar baru terbangun hanya berbuah nihil, tak ada ilmu yang ia dapat.

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam membangun sebuah peradaban. Bagaimana dengan pendidikan di bumi Nusantara? Indonesia adalah negeri penuh berkah. Di tanah ini, setancapan ranting pun bisa tumbuh menjadi pohon yang rindang. Alam subur, laut melimpah, apalagi bila melihat mineral, minyak, gas, hutan, dan semua deretan kekayaan alam lainnya.

Indonesia adalah wajah cerah khatulistiwa. Namun kita semua harus sadar, bahwa aset terbesar Indonesia bukanlah tambang, bukan gas, bukan minyak, bukan hutan, ataupun segala macam hasil bumi. Aset terbesar bangsa ini adalah manusia Indonesia, generasi-generasi penerus bangsa. Indonesia akan maju ketika sumber daya manusianya mampu bersaing dengan dunia luar.

Sangat berharap untuk ke depannya Pemerintah harus lebih fokus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Perlunya pemerataan pendidikan di semua polosok negeri dan meningkatkan kualitas para pengajar atau guru di Indonesia.

Indonesia dapat terus maju dengan pendidikan yang baik dan guru yang bermartabat. Guru-guru di Indonesia dapat mengajar dengan tulus dan selalu memberikan motivasi kepada setiap peserta didiknya. Kalau semua guru-guru mengajar dari hati dan ikhlas, saya yakin pendidikan di Indonesia akan berjalan dengan baik, meski di wilayah terpencil sekalipun. (Tulisan ini dikirim oleh DG. Abbas)