Spiritualitas di Ruang Rapat Bukan di Tempat Ibadat

Ilustrasi berpikir positif.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Januari 2016 ini menjadi sangat spesial bagi mereka yang telah menulis resolusi hidupnya. Merencanakan dengan matang berarti meminimalisir kesia-siaan. Memenuhi hidup dengan kebermanfaatan dan sibuk meningkatkan kualitas diri untuk menjadi orang yang lebih baik. Jika berhasil merencanakan berarti setengah keberhasilan telah teraih. Jika gagal merencanakan, berarti telah merencakan kegagalan.

Dalam tahun ini tentunya kita sudah menyusun resolusi yang detail, dari resolusi yang terbesar sampai yang terkecil. Ingin punya rumah, mobil baru, menikah, menyelesaikan skripsi, di wisuda, dan seterusnya. Setiap resolusi tadi sangat berkaitan dengan agenda besar yang akan dituju yaitu hidup sukses dan bahagia di hari tua.

Tujuan hidup yang bahagia di hari tua adalah salahsatu contoh tujuan akhir yang kita rencanakan puluhan tahun sebelumnya. Pencapaian tujuan akhir hidup ini sangat bergantung kepada kebiasan yang kita lakukan setiap hari. Rangkuman hidup kita yang panjang, terlihat dari setiap jam yang kita lewati dalam sehari. Saya berfikir disinilah kita menentukan hidup. Meskipun kecil langkahnya, namun besar manfaatnya.

Mari kita menjadi arsitek bagi hidup kita sendiri. Tidak hanya sekadar berkhayal akan mendapatkan sesuatu yang besar. Bagi seorang arsitek sudut-sudut bangunan kehidupan sangat lengkap dipikirkan. Bukan hanya sekadar menyelesaikan pembangunan sebuah gedung. Tapi juga seni dan keindahannya menjadi suplemen yang penting. Arsitektur yang kita bangun dalam kehidupan berwujud tulisan rencana hidup itu. Dan kuncinya adalah menuliskannya. Agar nanti bangunan kehidupan kita tidak hanya megah, tapi juga indah.

Kaitan Agenda Hidup dan Spritualitas

Jika kita menulis agenda hidup setiap hari, secara otomatis kita akan mendapatkan daya dorong untuk menyelesaikan setiap target-target. Penulis Novel Paolo Coelho mengingatkan, setiap seseorang punya keinginan maka alam akan mendukungnya. Di setiap kata-kata yang ditulis itu ada harapan dan penyemangat yang nantinya bisa kita jadikan patokan.

Bayangkan, setiap hari kita disibukan untuk mengejar target dengan perencanaan yang jelas.Kita berlari tanpa berhenti.Tidak perduli lagi dengan kata-kata yang dilontarkan oleh orang lain. Dengan begitu hati juga bisa terhindar dari perasaan iri dan dengki. Karena fokus hidup kita tidak untuk mengomentari hidup orang lain. Kita hidup untuk meningkatkan kualitas diri, dengan berbagi manfaat bagi orang lain.

Kita akan menemukan sudut pandang yang berbeda dengan berprinsip mengoptimalkan diri sendiri. Tidak memasuki batas demarkasi kehidupan orang lain. Izzah sebagai manusia yang bebas berpikir dan bertindak juga akan menjadi bonus lebih. Inilah nikmat Tuhan yang tidak bisa kita dustakan. Sebagaimana takdir, yang berarti kejadian yang harus kita terima, bukanlah sesuatu yang tiba-tiba datang. Tapi takdir adalah rangkaian peristiwa yang hasilnya menjadi akumulasi peristiwa yang faktanya harus diterima sebagai konsekuensi jam per jam yang kita lakukan.

Saya berpandangan, jika kita konsisten merangkai hidup kita setiap hari bukan hanya hidup sukses dan bahagia di hari tua, tapi juga kita akan mendapatkan spritualitas yang hakiki. Sebagaimana ditulis G. Hendrik, Profesor di University of Colorado dan K. Ludeman, Doktor di bidang Psikologi, mereka menulis buku berjudul Corporate Mystic. Dalam bukunya mereka menegaskan, “Kemungkinan besar kita menemukan para spritualis sejati di ruang-ruang rapat, bukan di tempat-tempat ibadat.” (Tulisan ini dikirim oleh Dede Qodrat Alwajir, Tangerang Selatan)