Kisah Cinta Ini Berawal dari Ospek

Salah satu foto kami di Gunung Lawu
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Berawal dari tahun 2014 ketika saya pertama masuk kuliah di salah satu kampus di Kota Bojonegoro. Saya mengambil konsentrasi hukum. Terasa sangat aneh karena di sana saya menemukan teman-teman baru dan mulai untuk terbiasa di duniaku yang juga baru. Saya bukan seorang siswa lagi, tetapi sudah menjadi mahasiswa.

Awalnya terasa aneh dengan cara penyampaian materi dari dosen karena sangat berbeda dengan dunia saat berada di SMK dulu. Tapi setelah semakin lama semakin terbiasa dengan mempelajari ilmu-ilmu hukum yang mungkin memang rumit. Setelah menginjak 3 bulan kuliahku berlangsung, ada pengumuman bahwa akan diselenggarakan ospek. Terdengar aneh juga karena dulu semasa sekolah namanya MOS bukan ospek. Memang sih pengumumannya sedikit rumit, tapi ya sedikit-sedikit akhirnya bisa memahami.

Ketua kelas dipanggil untuk berkumpul di aula kampus. Mereka diberi beberapa pengarahan tentang ospek besok. Setelah itu, ketua kelas pun masuk dalam kelas, dia menyampaikan pengumumannya bahwa ospek akan diselenggarakan hari Jum'at sampai hari Minggu. Semua mahasiswa wajib mengikuti ospek tersebut karena setelah ospek kita akan mendapatkan sertifikat, dan sertifikat itu penting karena merupakan salah satu syarat untuk memenuhi skripsi di akhir semester nanti.

Setelah beberapa hari menunggu datangnya hari ospek, akhirnya ospek di hari pertama pun dilaksanakan tepatnya pada jam tiga sore. Ospek hari pertama hanya pembagian kelompok ospek dan pembagian alat-alat untuk keperluan ospek di hari Sabtu dan Minggu saja. Dan kebetulan aku berada di kelompok 8. Hampir bingung karena belum kenal dengan anggota kelompok karena beberapa fakultas digabung menjadi satu. Ternyata saya bertemu dengan teman sekolah saya yang kebetulan juga berada di kelompok 8, tapi dia di fakultas ekonomi pembangunan.

Lama-kelamaan aku duduk di sebelahnya, kita ngobrol banyak sekadar nostalgia sewaktu sekolah dulu. Beberapa jam duduk, sampai akhirnya kakak BEM dari Unigoro (Universitas Bojonegoro) menghibur dan memberi pengarahan. Saat itu ada salah satu dari beberapa kakak BEM, dia memakai kaca mata dan jas almamater, yang bertanya kepada saya, "Dek, mau enggak jadi perwakilan fakultas untuk penyematan almamater besok?" Saya pun menjawab, "Saya kak? Iya deh bisa." Kakak BEM tersebut bertanya kembali kepada saya, "Oh iya namanya siapa, sekalian sama nomor hp untuk isi daftar nama perwakilan fakultas." Lalu saya pun menjawabnya kembali, "Yunita Siska Mariana, 08560750*” (saya menjawabnya dengan singkat). Dan dia pun beranjak pergi ke panggung aula untuk menyampaikan beberapa informasi.

Ospek hari pertama ini lumayan rumit dan mendadak karena tugas dari kakak-kakak BEM yang aneh-aneh. Semua peserta ospek wajib membuat tikar dari kertas volio warna sesuai fakultas masing-masing. Untuk Fakultas Pertanian warna hijau, untuk Fisip berwarna biru muda, untuk Fakultas Teknik berwana biru tua, untuk Fakultas Ekonomi berwarna kuning, dan untuk Fakultas Hukum berwarna merah. Di kertas tersebut yang sudah dibuat tikar berukuran kecil tertulis nama, fakultas, dan kelompok masing-masing.

Setelah pengarahan ospek selesai akhirnya semua pulang. Sesampainya di rumah harus mempersiapkan semua kebutuhan ospek selanjutnya seperti membeli spidol, kertas volio, dll. Membuatnya saja selesai sampai jam satu malam. Setelah selesai membuat, akhirnya bisa tidur. Keesokan harinya ospek hari kedua berlangsung. Semua memakai atasan baju putih dan rok panjang hitam. Semua peserta mengikuti apel pagi di halaman aula Unigoro.

Setelah mengikuti apel pagi, akhirnya semua peserta masuk kelas dan duduk. Ospek pun berjalan dan sampai saatnya pulang. Keesokan harinya ospek hari ketiga yaitu pada hari Minggu, semua peserta wajib berangkat jam 6 pagi dengan memakai kaos lapangan yang dibagikan saat awal ospek kemarin dan memakai celana hitam polos. Seperti biasa awal masuk harus dimulai dengan apel pagi di halaman Unigoro. Setelah itu semua peserta ospek masuk ke dalam aula.

Hari ini ospek bisa dibilang santai karena diisi oleh kakak-kakak BEM, termasuk kakak BEM yang tanya namaku kemarin. Dia selalu berada di atas panggung entah bicara apa di atas. Setelah beberapa jam berlangsung, karena saya belum sarapan akhirnya maag yang aku punya kambuh. Aku sakit dan  meminta bantuan salahsatu teman perempuan saya untuk diantarkan ke dalam ruangan kesehatan.

Tiba tiba kakak BEM yang suka ngomong di depan itu dan yang nunjuk aku menjadi perwakilan fakultas tersebut datang ke dalam ruangan aku sakit. Dia bertanya, "Sakit apa dek? Butuh obat apa? Apa ada obat pribadi?" dan aku pun menjawab, "Maag kambuh, ada obat pribadi tapi di rumah kak." Lelaki BEM tersebut keluar ruangan dan entah pergi kemana. Tak lama dia pun kembali ke ruanganku berbaring, dia menawarkan aku lagi untuk di antar pulang, "Dek, saya antar pulang ya. Rumahnya di mana? Kuat enggak naik motor?" Lalu aku menjawabnya, "Iya kak, rumahku deket sini. Kuat kak."

Dan akhirnya aku pun dibawa keluar ruangan. Sampai di aula sebelum keluar ke parkiran, tak sengaja bertemu dengan Rektor Unigoro. Beliau bertanya kepada Kakak BEM yang mau mengantar saya pulang tadi, "Mau ke mana ini? Sakit apa?" Dan Kakak BEM menjawab pertanyaan beliau, "Mau antar pulang Pak, sakit maag dan mau ambil obat di rumah katanya. Ini mau saya antar naik motor." Tiba tiba Bapak Rektor pun berkata, "Jangan naik motor, ini pakai kendaraan kampus saja di sana sopir sudah siap".

Tak lama akhirnya aku pun di antar pulang, dan di tengah perjalanan Kakak BEM itu bertanya kepada saya, "Sudah kerja Dek? Lulusan tahun berapa?" Aku pun menjawab, "Sudah, tahun 2014". Aku menjawabnya dengan singkat. Dia pun berbalik tanya lagi, "Kerja di mana?" "Di kantor Notaris-PPAT," aku jawab dengan singkat tanpa senyum karena menahan betapa sakitnya perut ini.

Setelah sampai di rumah dia dan sopir dari universitasku itu langsung kembali ke kampus karena masih banyak jadwal di sana. Akhirnya aku minum obat di rumah dan istirahat. Sekitar dua jam kemudian Alhamdulillah membaik dan aku pun di antar ke kampus lagi oleh ibuku. Aku mengikuti ospek lagi. Sampai saat ospek selesai, akhirnya aku resmi sudah menjadi mahasiswa Unigoro.

Sekitar beberapa minggu aku mengikuti perkuliahan seperti biasa. Pulang dari kuliah aku langsung menuju ke kamar untuk beristirahat sambil tiduran mendengarkan musik, tiba-tiba ada pesan broadcast dari kakak tingkat yang isinya, "Invite pin kakak....." Karena hp aku baru dan kontaknya sedikit, akhirnya aku invite pin tersebut. Aku juga enggak tahu itu pin siapa.

Beberapa hari berlangsung, tiba-tiba pin yang aku invite tersebut ternyata adalah pin-nya si Kakak BEM cowok yang antar aku pulang sewaktu ospek dulu. Tiba-tiba dia BBM, sedikit-sedikit aku balas karena dia asyik, sampai akhirnya aku curhat sedikit ke dia tentang pacar aku yang sudah beberapa bulan tidak menghubungi dan tidak tahu apa penyebabnya, karena dulu aku sama pacarku LDR-an.

Dan akhirnya saat kuliah pun tiba. Ketika jam pelajaran, hp aku berbunyi dan dapat bbm dari Kakak BEM kemarin, dia mengajak untuk bertemu. Tanpa pikir panjang lebar, aku mau. Setelah jam berakhir aku pun dijemput dia di depan kelasku. Aku diajak ke kantin kampus. Kita ngobrol-ngobrol sedikit, dan keesokan harinya teman-teman cewekku bbm semua, mereka mengira aku pacaran sama kakak bem tersebut. Dan enggak tahu kenapa, aku bilang ke mereka, "Siapa sih yang suka sama tuh cowok, aku sudah punya pacar kali. Kalau kalian mau, ambil saja ini ada pinnya. Aku juga enggak bakal jadian sama dia. Kalau sampai aku jadian sama dia, nanti kalian aku traktir sepuas kalian. Aku enggak suka sama dia, dia banyak ceweknya!"

Tak lama beberapa bulan pun berlalu. Aku mulai terbiasa bertemu dengan Kakak BEM tersebut. Aku dengan dia duduk di depan ruang BEM universitas, aku curhat tentang pacarku sambil nangis yang pasti. Seperti itu terus sampai seminggu berjalan. Dan saat itu, tepatnya tanggal 12 Oktober 2014 aku putus sama pacarku. Aku menangis di depan Kakak Bem itu, Kakak BEM itu mencoba menghiburku yang tiba-tiba meluk aku. Aku kaget, tapi enggak tahu kenapa aku merasa nyaman.

Hari pun berganti, malam hari masih seperti biasa. Tepat tanggal 13 Oktober 2014, seperti biasa kami duduk di bawah pohon di depan ruang BEM. Bukan hanya berdua, tapi bertiga sama temannya Kakak BEM tersebut, temannya Kakak BEM itu nyanyi lagunya Yovi Nuno yang berjudul “Janji Suci”. Tak lama, tiba-tiba Kakak BEM tersebut megang-megang tanganku. Dia mulai berbicara kalau dia suka denganku. Dia mau aku jadi pacarnya, dan dia juga berkata, "Aku enggak nyuruh kamu biar kamu lupain mantanmu, kaerna memang melupakan yang pernah singgah butuh proses. Yang pasti, aku benar-benar sayang sama kamu. Kamu mau jadi pacarku?".

Tak lama, aku menjawab kalau aku mau jadi pacarnya dia. Tiba-tiba aku dipeluknya. Awalnya aku berfikiran bahwa dia hanya aku jadikan untuk batu loncatan melupakan mantanku. Tapi setelah beberapa bulan berjalan, rasa sayangku kepada dia semakin bertambah. Karena dia berhasil meyakinkan aku dengan perhatian dan kasih sayangnya yang tulus.

Dua bulan berjalan aku pacaran dengan Kakak BEM tersebut, tiba-tiba teman-temanku menagih janjinya. Aku lupa bahwa dulu aku pernah bilang aku tak suka dengan pria itu. Akhirnya aku menepati janjiku dengan mentraktir makan-makan mereka, untung habis gajian. Ya, mungkin itu yang dinamakan kemakan omongan sendiri.

Setelah berjalan tiga bulan, aku diajak Kakak BEM itu untuk melakukan pendakian di Gunung Lawu. Dan kebetulan, dia pun ketua pecinta alam kampus. Nama pecinta alamnya itu Argopala (Asosiasi Universitas Bojonegoro Pecinta Alam). Akhirnya kita pun melakukan pendakian bersama di Gunung Lawu. Sepanjang pendakian kita kehujanan, pakaian basah, kering, basah, kering, tapi akhirnya kita menikmati keindahan alam tersebut.

Tiga hari kita melakukan pendakian, dan setelah melakukan pendakian kita pun pulang. Dan sejak saat itu sampai sekarang, rasa sayangku semakin bertambah. Sampai kita memasuki ke arah serius dalam hubungan kita. Orangtuaku dan orangtuanya bertemu. Alhamdulillah, kita mendapatkan restu dari kedua orangtua kita. Dia sekarang sudah menjadi Sarjana Ekonomi dan ditarik menjadi Asisten Dosen di Univertas Bojonegoro, kemudian melanjutkan kuliah S2-nya di Surabaya.

Aku pun melanjutkan kuliahku agar aku juga bisa mendapatkan gelar Sarjana Hukum. Kita berencaa untuk melakukan pernikahan dua tahun lagi setelah aku mendapatkan gelar Sarjanaku. Setiap kali kita bertemu, kita bernostalgia tentang awal-awal bagaimana kita bertemu. Lucu memang cerita cintaku dengannya, seperti sudah direncanakan padahal sama sekali tidak.

Saat itu dia bilang bahwa ketika aku diantarkan pulang sewaktu Ospek, dia foto dengan menggunakan ID-cardku yang waktu itu aku pakai Ospek. Sampai semua teman-temanku berkata kepadaku, "Lucu kisah kalian, tak ada unsur kesengajaan, tapi seperti disengaja, sekenario Tuhan itu asyik ternyata". Sampai sekarang hubungan kita berjalan mendekati dua tahun. Banyak yang bilang kita ini pasangan travelling karena memang hobi kita jalan-jalan.

Kenapa aku bilang dia istimewa, karena dia tak pernah marah kepadaku. Jika dia tak suka dengan tingkahku, dia selalu memberi contoh antara baik dan buruk setelah itu menasehati dengan berbagai contoh. Dia tak melarang aku, tapi jika dia tak suka dia hanya bilang, "Itu bagus Dek, tapi lebih bagusnya lagi kalau kamu kaya begini....." Nasehat-nasehat dan berbagai leluconnya yang membuat aku semakin sayang dan kagum. Setiap aku cemburu, dia selalu memberiku keyakinan yang penuh ketulusan.

Bahkan dia bilang, "Dari awal kuliah di Unigoro aku tak pernah pacaran". Lalu aku pun bertanya alasannya kepadanya, padahal banyak cewek-cewek cantik yang suka dengannya. Tak memungkiri, karena dia Kakak BEM jadi banyak wanita yang suka dengan dia. "Aku susah untuk jatuh cinta, tapi sekali aku jatuh cinta, sekuat dan semampuku aku akan menjaga dan membahagiakan. Memang banyak wanita-wanita, tapi aku melihatmu dari sisi yang berbeda, kamu istimewa."

Kata-kata itu yang terkadang membuatku berlinangan air mata. Dia berbeda dengan lelaki yang lainnya. Kesabarannya, ketulusannya, nasehatnya. Kakak BEM itu bernama Moh. Saiful Anam, yang biasa aku panggil “Panda”, karena aku dipanggil dia dengan sebutan, “Nyamuk”. Sedikit cerita kisahku dengan lelakiku yang dulu tak tau siapa dan sekarang jadi teristimewa. (Cerita ini dikirim oleh Yunita Siska Mariana)