Hati-hati terhadap Penipuan Buku Voucher Berkedok Amal
- U-Report
VIVA.co.id – Pernah enggak kamu lagi diam di jalan atau di mall terus tiba-tiba dideketin cewek cakep yang ngomong, "Kak, maaf. Boleh minta waktunya? satu menit saja." Kalau kamu bilang boleh, bisa jadi satu menit itu akan menjadi satu menit yang paling panjang buat kamu. Kalau saya enggak salah hitung, sudah hampir sepuluh kali saya dideketin cewek cakep sambil nanya pertanyaan yang sama.
Saat pertama kali saya dihampiri, yang ada di pikiran saya ada tiga kemungkinan kenapa cewek cakep ini ngedeketin. Kemungkinan pertama, dia lagi cari artis baru buat diorbitin terus dia lihat kalau saya punya tampang yang lumayan oke buat main sinetron. Uhuuk. Kemungkinan kedua, dia memang mau kenal lebih dekat sama saya. Aiihhh. Dan kemungkinan terakhir, dia adalah sales yang mau nawarin saya sebuah produk.
Untuk kemungkinan pertama dan kemungkinan kedua sih sudah saya coret, secara saya enggak ganteng dan enggak mungkin juga ditawarin casting. Jadi saya sudah sangat yakin ini cewek cakep pasti mau nawarin sesuatu produk dan ujungnya sih saya bakalan ngeles dengan kalimat, "Aduh mbak maaf, enggak bawa uang" atau "Aduh mbak, uangnya buat bayar kost."
Perkiraan saya enggak sepenuhnya salah sih. Mereka memang bukan nawarin produk, tapi nawarin buku potongan voucher diskon. Dan luar biasanya, mereka selalu bawa-bawa nama yayasan sosial seperti Yayasan Anak Indonesia, Yayasan Anyo Indonesia, Yayasan Lupus Indonesia, Yayasan Kanker Indonesia, Sahabat Veteran, Kick Andy Foundation, dll. Mulia banget menurut saya. Jarang banget ada cewek (yang ngakunya mahasiswi) muterin mall tanpa dibayar sambil nawarin buku voucher.
Buku voucher tersebut dibanderol seratus ribu rupiah dan mereka yang mengatasnamakan yayasan itu pasti akan bilang, "Uang seratus ribu ini seluruhnya akan kami sumbangkan ke yayasan xxx. Terima kasih banyak sudah membantu.” Dijamin pahala kalian besar di surga. Tidak ada yang salah sih, tapi kalau dilihat-lihat lagi ternyata memang ada yang tidak beres dan bahkan kalau ditilik lebih jauh lagi ternyata banyak orang yang mengeluh karena hal ini.
Ternyata uang seratus ribu yang kita sumbangkan itu tidak semuanya buat yayasan yang dimaksud. Sumbangan yang diberikan ternyata hanya sepuluh ribu saja, dan kalau kamu jeli tulisan sepuluh ribu itu ditulis seminimalis mungkin (nyaris tidak terlihat) di buku voucher tersebut. Jadi secara tidak langsung, sembilan puluh ribu telah kita pakai untuk beli voucher-voucher itu. Sudah banyak yang tertipu dan memang rasanya nyesek banget. Berniat menyumbang seratus ribu malah cuma menyumbang sepuluh ribu.
Pernah satu kejadian saya bersama teman sedang makan siang di Mall PVJ. Lagi asyik-asyiknya menyantap steak, tiba-tiba saya didatangin dua cewek cakep yang langsung nyerocos soal yayasan kanker. Dan mereka mengaku dari sebuah yayasan yang sedang mencari dana. "Ayo dong kak, bantu untuk amal. Masa kakak bisa makan di mall, tapi buat nyumbang aja gak bisa?" ucapnya. “Woy, gue juga makan di sini gara-gara dapet voucher gratis, kalau nggak dapet voucher juga gue biasa makan di warung pecel lele!” jerit saya dalam hati. "Aduh saya tertarik sih, tapi maaf nih lagi enggak bawa uang. Lain kali saja," kata temen saya.
"Kalau kakak enggak bawa uang cash, bisa kok transfer. Saya anterin kakak ke ATM di bawah atau kalau tidak pakai e-banking saja gimana?" jawabnya. Gila bener, maksanya enggak nahan. Kalau dalam relationship, cewek ini pasti masuk kategori tukang morotin cowoknya. "Kalau transfer, transfernya ke rekening yayasan atau ke rekening pribadi?" tanya saya memancing. "Ke rekening saya kak, setelah itu akan saya teruskan dananya ke yayasan," jelasnya. Mana mungkin saya percaya. Namanya nyumbang via transfer ya ke rekening yayasan dong harusnya agar bisa di audit. Kalau saya transfer ke kamu terus dibawa kabur bagaimana? umpat saya dalam hati.
"Saya enggak mau kalau transfernya ke rekening pribadi. Kalau transfernya ke rekening yayasan saya mau. Sekarang saya transfer pake e-banking." jawab saya. "Tapi saya enggak dikasih rekening yayasan sama senior saya kak," elaknya. "Ya sudah saya tungguin. Kamu sekarang sms atau chat senior kamu," ujar saya tidak mau kalah. "Oh, ya sudah deh kak kalau begitu. Mungkin lain kali saja, maaf mengganggu," cewek itu langsung ngeloyor pergi.
Aslinya saya itu orangnya enggak enakkan, apalagi ke cewek. Tapi gara-gara terlanjur kesal dan sering digangguin, ya saya debat saja itu cewek. Karena sudah berpengalaman, indera Spider-Man saya sudah mulai bertambah buat mengantisipasi hal-hal seperti ini. Kalau saya lagi jalan sendiri terus ada yang seperti menghampiri, saya langsung percepat langkah kaki. Kalau lagi di mall terus ada yang mencegat saya sambil minta waktu, saya bakalan akting nunjuk jam sambil bilang, “sorry, buru-buru.” Kalau saya lagi duduk di mall sedang balas chat orang, terus ada orang yang tiba-tiba duduk di sebelah dan mulai cerita aneh-aneh, saya langsung pura-pura angkat telepon sambil berlalu ninggalin orang itu.
Hal-hal seperti itu memang harus diwaspadai sih. Saya sering banget bertemu ibu-ibu curcol bilang enggak punya uang buat pulang. Pokoknya kalau ada ibu-ibu enggak dikenal terus mulai deketin kamu, dan kalimat pertama yang keluar dari mulut dia adalah, "Ibu mau pulang tapi....." langsung saja tinggalin. Jangan iba karena itu biasanya penipu. Ngakunya mau pulang, tapi setiap hari ada terus disitu buat malakin orang.
Kembali lagi ke soal buku voucher itu. Hari Minggu kemarin saya dapat jackpot lagi. Ketika sedang duduk di McD menunggu pesanan McBurger buat ibu saya, tiba-tiba ada cewek yang menghampiri sambil ngomong kalimat sakti, "Kak, boleh minta waktunya 1 menit atau 30 detik saja?". Saya sudah mencoba untuk menolak dan bilang kalau sedang buru-buru, tapi si cewek itu terus memaksa buat ngomong. Saya sih sudah tahu ini pasti mau nawarin buku voucher lagi.
Dan persis seperti dugaan saya, dia langsung mengaku seorang mahasiswi dari Jakarta (gayanya memang stylish kayak mahasiswi) mewakili yayasan x sedang dalam pencarian dana. Duh, kalau posisi saya sedang sendiri begini jujur sedikit susah buat nolaknya. Enggak tega nolak cewek cakep. Coba kalau di samping ada ibu saya, yakin deh itu si cewek sipit pasti langsung diceramahin sama dia. "Mbak ini gimana, kok maksa sih. Kalau saya tidak pegang uang masak disuruh beli. Mbak mau maksa saya kayak gimana juga, saya enggak ada uang!" mungkin inilah yang dibilang kekuatan seorang ibu. Hahaha.
Dalam waktu satu menit ini otak saya langsung muter, bagaimana caranya supaya bisa menghindar dari mbak sipit ini. Sialnya, saya sedang dalam posisi nunggu pesanan datang jadi agak susah kalau mau kabur. Di saat genting itu, saya jadi teringat tentang isi buku voucher itu dari teman saya yang pernah kejebak beli. Saya ingat di dalamnya ada voucher Restoran Sushi dan Restoran Braga Punya Cerita. "Wah kamu nawarinnya telat. Hari Minggu kemarin, saya beli 4 buku di Jalan Braga (teman saya belinya memang di Braga). Itu yang isinya ada voucher Braga Punya Cerita kan?" kata saya sok yakin. "Iya kak. Wah sayang sekali ya. Mungkin kakak mau beli lagi untuk nambah amalnya?" ucap cewek itu. "Saya belinya baru kemarin banget, belum saya pakai malah. Next time ya" jawab saya tegas.
Karena saya penasaran, akhirnya saya kulik-kulik ke teman saya dan ada beberapa hal yang perlu saya infokan ke kalian supaya kalian tidak terjebak. Mereka bukan berasal dari yayasan atau apalah itu namanya. Mereka hanya volunteer yang mendapat komisi 25 ribu rupiah per buku. Jadi, kalau satu hari mereka bisa jual sepuluh buku, mereka dapat deh 250 ribu.
Adalah ngarang banget kalau 100 ribu itu seluruhnya disumbangkan ke yayasan, karena hanya sepuluih ribu saja yang disumbangkan (90 ribu untuk kamu beli buku voucher yang saya yakin enggak bakalan kamu pakai juga). Ternyata tidak semua voucher bisa dipakai. Ini terjadi ke salah satu teman saya yang beli dan mau tukerin di Restoran Braga Punya Cerita, tapi ditolak dengan alasan kalau pihak mereka sudah tidak menjalin kerjasama dengan yang mengeluarkan buku tersebut.
Perusahaan yang mengeluarkan buku voucher tersebut adalah PT. Grant** Marketing, dan kalau di search di Google, perusahaan ini ternyata banyak mendapat reaksi negatif. Banyak pula job seeker yang protes karena merasa dibohongi (daftar untuk lowongan kerja apa, tapi malah disuruh jualin buku voucher). Selain dapat komisi, semakin banyak penjualan buku voucher, maka semakin banyak pula reward yang bisa didapat (mirip MLM dan Sistem Piramida).
Untuk meluruskan, saya tidak bilang kalau perusahaan itu menipu. Tapi alangkah baiknya kalau para volunteer dibekali pemahaman dan SOP yang bagus dan tidak bohong. Jangan bilang dari yayasan x dan bilang seluruhnya disumbangkan untuk anak penderita kanker padahal hanya sepuluh ribu doang yang disumbang. Coba kalau itu dibalik? Kamu punya anak kena kanker terus sumbangan dari orang dipotong buat dipakai jajan. Jujur saya sedikit terganggu kalau lagi diam terus dideketin, diajak ngobrol, terus dipaksa beli. Mending kalau ditolak terus pergi, tapi yang saya alami selalu maksa sambil menekan, "Buat amal nih kak", "Masa kakak makan di mall, nyumbang enggak bisa?" "Kak, bukunya tinggal 3 lagi, kalau mau dibeli semua juga boleh. Untuk bayi Rizki yang sedang tergolek lemah di rumah sakit kak," dan lain sebagainya.
Makan di mall kan bukan berarti saya orang kaya. Kualat juga bawa-bawa penyakit orang, karena itu kesannya malah 'menjual' musibah ya. Saran saya buat kalian yang mau beramal, langsung saja sumbang via rekening yayasan, tapi sebelumnya cari tahu dulu legalitas yayasan tersebut. Dan jangan pakai perantara kalau mau transfer (transfer langsung ke nomor rekening resmi). Jangan sampai niat baik kita disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. (Tulisan ini dikirim oleh Stefanus Sani, Bandung)