Malaikat Cinta Cupid Lay

Ilustrasi
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Di surga terdapat para malaikat berkumpul di sana. Kehidupan di surga sedikit mirip dengan kehidupan di bumi karena sama-sama terdapat kehidupan. Di surga terdapat salah satu sekolah yang cukup terkenal. Sekolah tersebut berisi para malaikat yang menimba ilmu. Sekolah itu bernama Sekolah Malaikat Cinta.

Di Sekolah Malaikat Cinta terdapat juga guru-guru yang mengajar para murid. Semua murid dan guru mempunyai sayap karena mereka adalah malaikat cinta. Di kelas A1 merupakan kelas yang terkenal karena mayoritas murid-muridnya pintar dalam akademik. Pagi hari para murid berkumpul berbaris di depan kelas. Ketua kelas mengatur baris teman-temannya. Ketua kelas bernama Cupid Lay. Satu persatu para murid masuk menuju kelas. Pak Guru juga memasuki kelas. Pak Guru itu bernama Pak Berto Antonio.

Pelajaran pertama tentang “Target”. “Anak-anak, pelajaran pagi ini tentang Target,” ujar Pak Berto sambil berjalan menuju papan tulis dan menulis dengan penuh semangat. Pak Berto mulai dengan menulis kalimat, “siapakah target kita?” di papan tulis. Semua murid tidak ada yang bisa menjawab. Suasana hening sampai tiga menit. Tiba-tiba ada seorang Cupid mengangkat tangannya dan dengan spontan menjawab, “Saya tahu, target kita adalah hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan.” Pak Berto yang mendengar jawaban Cupid langsung spontan menggelengkan kepalanya. “Salah, jawabanmu salah total. Target kita bukan hewan juga bukan tumbuhan. Ingat bahwa kita adalah malaikat cinta. Coba tebak siapakah target kita jika kita ditugaskan sebagai malaikat cinta?” tanya Pak Berto lagi.

Kelas A1 kembali hening lagi sampai lima menit lamanya. Hanya satu murid yang berani mengangkat tangannya. Murid itu bernama Viva Livid. Viva tergolong murid yang pandai. Viva dengan yakin menjawab, “Target kita adalah manusia”. Pak Berto langsung tersenyum mendengarnya dan berkata, “Viva jawabanmu benar. Kamu memang murid yang cukup pandai.” Kemudian Pak Berto kembali melanjutkan pertanyaanya, “di manakah tempat tinggal manusia?” Banyak murid yang mengangkat tangan karena pertanyaannya cukup mudah. Pak Berto memilih salah satu di antara muridnya untuk menjawab yaitu Ami Denita. “Ya, Ami. Coba kamu jawab!” Ami menjawab, “manusia tinggal di planet Venus.” Pak Berto kembali menggelengkan kepalanya lagi menandakan jawabannya salah. “Jawabanmu salah, Ami. Coba yang lain ada yang ingin menjawab lagi?”

Satu persatu para murid yang mengangkat tangannya tadi mulai menurunkan tangan mereka karena ragu menjawab. Hanya satu murid yang masih mengangkat tangannya yaitu Gilbert Arthur. Pak Berto berkata, “coba ungkapkan jawabanmu, Gilbert!” Gilbert menjawab, “manusia tinggal di salah satu planet yang bernama bumi.” Pak Berto bertepuk tangan dan berkata, “benar, manusia tinggal di bumi. Manusia mirip dengan wujud kita, namun mereka tanpa sayap. Sedangkan kita sebagai malaikat cinta mempunyai sayap.”

Ami bertanya dengan spontan, “mengapa kita mempunyai sayap sedangkan manusia tidak mempunyai sayap?” Pak Berto menjawab, “semua malaikat mempunyai sayap karena kita adalah malaikat cinta. Sayap yang kita miliki berfungsi untuk mempermudah tugas kita sebagai malaikat cinta. Sayap yang kita miliki membuat kita dapat terbang. Malaikat cinta mempunyai dua cara untuk berpindah tempat dengan berjalan dan dengan terbang. Manusia memang diciptakan tanpa sayap karena mereka mempunyai banyak cara untuk berpindah tempat. Manusia dapat berpindah tempat dengan berjalan dan dengan mengunakan alat transportasi.”

Kemudian nampak ada salah satu murid yang mengangkat tangan dan bertanya. Murid itu bernama Jully Kelly. Kelly bertanya, “apa itu alat transportasi?” Pak Berto langsung menjawab, “alat transportasi adalah kendaraan. Kendaraan yang manusia gunakan untuk berpindah tempat. Karena manusia tidak mempunyai sayap, mereka mengunakan alat transportasi untuk pindah tempat. ”Kelly masih melanjutkan pertanyaannya karena ia masih bingung, “mengapa kita tidak mempunyai alat transportasi untuk berpindah termpat seperti manusia? Apakah malaikat seperti kita dapat menggunakan transportasi?” Pak Berto menjawab, “malaikat tidak membutuhkan alat transportasi karena sudah memilki sayap untuk terbang. Malaikat di surga tidak dapat menggunakan transportasi sedangkan malaikat yang turun ke bumi bisa menggunakan transportasi.”

Murid yang paling gemuk di kelas itu mengangkat tangannya dan bertanya. Murid itu bernama Revan Novan. “Bukankah semua malaikat tinggal di surga, apakah ada malaikat yang turun ke bumi? Ayah, ibu, kakek, nenek, bibi dan pamanku dari dulu tinggal di surga. Lalu siapakah malaikat yang turun ke bumii?”

Pak Berto menjawab, “Pertanyaan yang sangat bagus Revan. Memang malaikat tinggal di surga, tetapi ada saatnya malaikat turun ke bumi untuk melaksanakan tugasnya. Malaikat yang turun ke bumi adalah semua murid Sekolah Malaikat Cinta yang telah selesai menempuh pelajaran di sekolah ini. Murid-murid di sekolah lain juga akan melakukan hal yang sama. Semua orang yang lebih tua dari kalian tentu pernah turun ke bumi, orang tuamu Revan dan orang dewasa lainnya pernah turun ke bumi. Mereka semua sudah lulus ujian menjadi malaikat cinta.”

Revan dengan antusias berkomentar, “Pak Berto, ayah dan ibu saya tidak pernah cerita bahwa mereka pernah turun ke bumi, mengapa mereka tidak menceritakan kepadaku? Teman-teman, apakah kalian pernah diceritakan oleh orang tua kalian bahwa mereka pernah turun ke bumi? Semua murid di kelas menjawab dengan kompak “Tidak pernah.” Revan berkomentar lagi, “Pak Berto, semua teman dan Revan tidak pernah diceritakan oleh orang tua mengenai hal ini. Mengapa seperti itu Pak?”

Pak Berto tersenyum dan menjawab dengan bijak, “tentu saja orang tua kalian tidak ada yang menceritakan tentang malaikat turun ke bumi. Jika kalian diceritakan mengenai hal tersebut, maka kalian kemungkinan akan takut.

Sewaktu dulu bapak masih kecil seumuran kalian, kebetulan waktu itu orang tua bapak menceritakan mengenai malaikat turun ke bumi dan mereka menjelaskan bahwa semua malaikat harus mengalami turun ke bumi karena itu sudah menjadi tugas utama kita sebagai malaikat. Ini sudah menjadi tradisi turun menurun sejak jaman nenek moyang kita. Waktu bapak diceritakan hal itu, bapak takut sekali karena harus berpisah dengan ayah dan ibu. Tetapi seiring waktu mengikuti pelajaran, akhirnya saat turun ke bumi semua berjalan dengan lancar. Dan setelah tugas selesai bapak kembali ke surga.”

Viva bertanya dengan antusias, “berarti kita semua akan kembali ke surga setelah tugas kita selesai. Apakah kita akan cukup lama tinggal di sana?” Pak Berto menjawab, “benar, jika kalian sudah selesai tugasnya maka kalian kembali ke surga. Lama atau tidaknya kalian di bumi itu tergantung masing-masing. Ada yang cepat, ada yang cukup lama, dan ada yang sangat lama.”

Cupid tidak ketinggalan ikut bertanya, “selama kita berada di bumi, bisakah kita menghubungi orang tua kami?” Pak Berto menjawab, “bisa, kalian masih bisa menghubungi orang tua kalian. Kalian bisa menggunakan telepati dengan mengunakan alat. Alat telepati akan dibahas lagi di pelajaran yang akan datang. Kalau begitu biar bapak tuliskan di papan tulis tentang pelajaran apa saja yang akan dibahas yaitu: 1. Target, 2. Terbang, 3. Memanah, 4. Memilih target yang cocok, 5. Telepati, 6. Musuh Kalian, 7. Senjata, 8. Bela Diri, 9. Visi Malaikat Cinta, 10. Ujian: Turun ke Bumi.”

Setelah selesai menulis bahan pelajaran Pak Berto berkata, “setiap pelajaran saling berhubungan satu sama lain, Jadi pahami dan ingat semua pelajaran yang bapak berikan. Jika ada yang penting di setiap pelajaran yang bapak berikan sebaiknya kalian catat di buku kalian.

Jika tidak mengerti kalian boleh bertanya. ”Semua murid menjawab dengan kompak, “baik Pak.” Revan kembali bertanya, “Jikalau Revan turun di bumi, apakah makanan di bumi sama enaknya dengan makanan di surga?” Pak Berto tersenyum, di dalam hatinya bergumam muridku yang satu ini di kepalanya hanya makanan. Masih sambil tersenyum Pak Berto menjawab, “Revan, makanan di bumi jauh lebih enak dan bervariasi macamnya. Kita di surga hanya makan buah-buahan, sedangkan manusia makan buah, sayur dan daging.” Ami berkomentar, “Pak, mengapa manusia memakan daging. Daging apa yang mereka makan? Daging hewan atau daging apakah? Atau mereka makan daging sesama mereka lalu mereka menjadi kanibal?”

Pak Berto menjawab, “Ami, manusia hanya makan daging hewan. Hanya manusia tidak normal yang tega makan sesamanya. Manusia normal tidak akan tega makan sesamanya.” Ami bertanya lagi, “berarti ada manusia yang kanibal?” Pak Berto menjawab, “ada, namun hanya sedikit jumlahnya. Hanya manusia yang tidak normal yang makan daging sesamanya menjadi kanibal.” Ami kemudian tiba-tiba berteriak, “tidak! Ami tidak mau turun ke bumi. Jikalau Ami bertemu dengan manusia kanibal, maka Ami akan dimakan olehnya.” Ami menutup wajahnya karena ketakutan.

Pak Berto dengan tenang menjelaskan, “tidak ada yang perlu ditakuti. Setiap malaikat yang akan turun ke bumi akan dibekali senjata untuk berkelahi dengan musuh dan melindungi diri kalian.” Mendengar penjelasan pak guru, Ami bertambah takut dan menangis. “Ami tidak mau turun ke bumi. Ami tidak mau berkelahi dengan musuh dan tidak mau meninggalkan orang tuaku,”ujarnya. Pak Guru menjawab dan berusaha menghibur muridnya, “tenanglah Ami, dahulu bapak juga takut turun ke bumi. Turun ke bumi sudah menjadi tugas para malaikat. Percayalah bahwa semua akan baik-baik saja. Jikalau kamu merasa dalam keadaan bahaya. Ami dapat mengunakan alat telepati kepada orang tua atau kepada bapak. Jika dalam keadaan berbahaya, bapak akan ikut turun ke bumi untuk menolongmu.”

Perlahan-lahan Ami mulai menghentikan tangisannya. Teman sebangkunya, Kelly, mengambilkan tisu untuknya sambil berkata, “Ami, tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Jika dalam kondisi bahaya Kelly akan membantumu.”

Revan tiba-tiba bertanya, “jika Ami dalam kondisi bahaya, apakah hanya Ami saja yang dilindungi lalu murid-murid yang lain bagaimana jikalau mengalami hal yang sama?” Pak Berto berpikir sejenak dan menjawab, “baiklah, kalau begitu setiap murid di kelas ini akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari dua murid atau lebih. Kalian pilih teman yang kalian merasa cocok untuk bekerja sama dan saling melindungi. Kalian terus berkomunikasi satu sama lain dan juga dengan orang tua serta dengan bapak sewaktu berada di bumi. Tidak hanya Ami saja yang dilindungi, semua murid akan dibawah pengawasan bapak dan orang tua. Jangan khawatir anak-anak, semua akan baik-baik saja.”

Revan kembali berkomentar, “Pak guru, Revan akan memilih kelompok Revan. Revan sekelompok dengan Cupid Lay.” Pak Berto menyetujiunya sambil memberikan perintah, “Revan, kamu menjadi ketua kelompokmu.” Namun Revan langsung mengelak, “Revan juga takut kalau bertemu musuh dan manusia kanibal. Revan tidak mau menjadi ketua. Cupid saja yang menjadi ketua.” Pak Berto menjawab, “Revan, bapak percaya kamu dapat menjadi ketua. Cupid sudah menjadi ketua kelas jadi tidak boleh dua kali menjadi ketua. Revan, kamu harus menjadi ketua kelompokmu.”

Pak Berto segera beralih ke murid-murid yang lain untuk membentuk kelompok. Selesai membentuk kelompok, para murid pulang ke rumah masing-masing. Cupid Lay pulang ke rumahnya. Ia menceritakan pelajaran yang ia terima hari ini di sekolah kepada ibunya. Cupid bertanya kepada ibunya, “apakah benar semua malaikat harus turun ke bumi, bu? Apakah ibu pernah turun ke bumi?” Ibunya dengan santai menjawab, “Iya, tentu saja benar dan ibu pernah turun ke bumi.”

Cupid semakin penasaran dan bertanya lagi, “sewaktu ibu turun ke bumi, apakah ibu pernah bertemu dengan manusia kanibal?” Ibu menjawab sambil tersenyum, “tidak pernah. Dari mana kamu mendengar tentang manusia kanibal?” Cupid menjawab, “Cupid mendengar tentang manusia kanibal di sekolah.

Banyak hal yang kami pelajari tadi di sekolah. Ibu berkomentar, “Cupid, kamu akan mempelajari banyak hal di sekolah. Sekarang kamu cicipi buah melon ini, ayo dimakan.” Cupid berkata, “iya. Ibu, buah melonnya masih ada lagikah? Cupid ingin makan lagi.” Ibu berkata, “masih ada buah melonnya di kulkas. Cupid ambil sendiri saja secukupnya. Tumben Cupid makannya banyak hari ini. Buah melonnya enak ya?” Cupid menjawab, “iya buah melonnya enak dan manis.”

Sekarang ibu akan ceritakan kepada Cupid tentang pengalaman ibu turun ke bumi. “Sewaktu ibu turun ke bumi, ibu bingung dengan cara menggunakan busur karena belum fasih mengunakannya untuk memanah. Ibu pernah sewaktu memanah tidak kena target.” Cupid berkomentar, “lalu panah meleset ke mana?” Ibu menjawab, “panahnya meleset kena pohon.” Cupid spontan tertawa. Ibu berkata, “coba nanti ibu mau lihat Cupid bisa menggunakan busur atau tidak. Ibu mau melihat kemampuan memanahmu. Sebentar ibu ambilkan busur milik ibu dulu ya.”

Ibu masuk ke dalam gudang mencari busur dan panah. Ibu mencarinya cukup lama dan belum ketemu juga. Lalu terdengar ibu berkata, “Ibu lupa busur dan panahnya diletakkan di mana ya? Kok Ibu jadi lupa sendiri. Cupid, Ayo bantu ibu mencarinya. Cupid menjawab, “baik Bu”. Kemudian mereka berdua berada di dalam gudang cukup lama. Mereka membongkar semua barang sampai akhirnya menemukan busur dan panah tersebut. Busur dan panah itu tampak sedikit kotor karena terkena debu. Ibu dan Cupid membersihkannya dengan tisu dan mereka pun belajar memanah berdua. (Cerita ini dikirim oleh Junieta)