Sosok Hantu di Lorong Lantai Empat Asramaku
Kamis, 3 Desember 2015 - 18:30 WIB
Sumber :
- ghost-mistery.blogspot.com
VIVA.co.id - Di akhir tahun semua anak yang tinggal di asrama sudah membereskan baju mereka dan bersiap untuk pulang ke rumah dan kampung masing-masing karena liburan akhir sekolah telah tiba, dan asrama akan ditutup. Namun, karena orang tuaku belum sempat menjemputku, aku harus sehari lagi bermalam di asrama.
Memang bukan hanya aku seorang yang belum pulang, ternyata masih ada beberapa anak yang nasibnya sama sepertiku. Setelah makan malam, aku langsung naik ke kamarku yang terletak di lantai 4, bersama dengan ketiga teman sekamarku. Aku menarik sebuah koper besar dan mulai memasukan pakaian dan mengosongkan lemariku.
Memang bukan hanya aku seorang yang belum pulang, ternyata masih ada beberapa anak yang nasibnya sama sepertiku. Setelah makan malam, aku langsung naik ke kamarku yang terletak di lantai 4, bersama dengan ketiga teman sekamarku. Aku menarik sebuah koper besar dan mulai memasukan pakaian dan mengosongkan lemariku.
Malam itu kami bergurau bersama sambil merapikan koper masing-masing. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, aku memutuskan untuk mandi dan bersiap untuk tidur. Baru aku selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, aku melihat seorang teman kamarku sedang bermain hulahup menghadap ke luar jendela kamar. Namun aku abaikan dan aku duduk di meja belajarku.
Tak lama kemudian, Lia yang sedang bermain hulahup itu berhenti bermain dan berjalan ke arah pintu sambil mengatakan dia melihat Stefani lewat di lorong kamar kita. Sambil meraih pintu kamar ia mengeluarkan kepalanya sedikit, Stefani yang mengenakan baju tidur seperti biasanya sudah sampai di ujung lorong. Saat Lia memanggil namanya, ia tidak menengok dan langsung berbelok ke arah kiri lorong.
Seperti telah melihat hantu, Lia menutup pintu kamar dan membuka pintu balkon kamar kami yang terletak di belakang. Dia meneriaki Angel di lantai 3 untuk memanggil Stefani yang kamarnya terletak di lantai 3. Aku dan teman kamarku yang lain terheran melihat tingkah laku Lia. Tak lama kemudian Angel keluar dari balkon kamarnya, lalu Lia meminta Angel untuk memanggil Stefani yang kamarnya ada di seberang kamar Angel.
Saat menunggu Stefani datang, aku merasakan takut yang luar biasa melihat tingkah laku Lia yang ketakutan dan paras wajahnya yang memucat. Baru sempat aku melontarkan pertanyaan "kenapa" ke Lia, Stefani muncul dari balkon Angel. Lia yang terlihat pucat langsung melontarkan pertanyaan apakah Stefani tadi sempat naik ke lantai 4, dengan wajah terheran-heran dan cukup kaget Stefani menjawab kalau dari tadi ia hanya bermain di kamar bersama dengan yang lain.
Lia membalikan tubuhnya ke arahku, dia terlihat sangat pucat dan masuk ke kamar. Kemudian dia duduk di ranjang, kami yang mendengar pernyataan Stefani pun sedikit ketakutan dan bercampur kaget. Stefani bertanya kepadaku dengan penasaran. Aku segera menjelaskan bahwa tadi Lia melihat sosok "Stefani" lewat di lorong kamar kami dan saat di ujung lorong Lia memanggil "Stefani" namun tidak menjawab. Setelah mendengar itu, Stefani langsung ketakutan.
Kami pun sebenarnya ketakutan, apalagi di lantai 4 tidak ada siapa-siapa selain kami berempat. Tidak sempat berfikir panjang, aku, Lia dan dua anak kamarku, Gisel dan Yohana, langsung turun ke lantai 3 dengan berlari dan masuk ke kamar Stefani.
Sesampainya kami di kamar Stefani, Lia menjelaskan bahwa tadi saat ia bermain hulahup di kamar, dia melihat Stefani lewat di lorong kamar kami mengenakan baju tidur persis seperti yang Stefani sering gunakan. Bukan pertanyaan lagi bahwa perempuan yang Lia lihat ternyata setan yang meniru sosok Stefani.
Malam itu, karena ketakutan kami semua akhirnya memutuskan untuk tidur bersama di kamar Stefani. Saat kita semua sudah mau tidur, Stefani mematikan lampu dan tiba-tiba saja berkata, "coba lihat apakah kakiku menyentuh lantai?".
(Cerita ini dikirim oleh Bella Sanita – Jakarta)