China Hadapi Tekanan Balik di Amerika Latin
- Time Magazine
VIVA – Jika ada satu hal yang membuat China marah, itu adalah hubungan dengan Taiwan. Jika ada negara yang memiliki hubungan dengan Taiwan, negara tersebut pasti akan mendapat kecaman dari Partai Komunis China (PKC). Terlepas dari semua penetrasi di Amerika Selatan, satu-satunya negara yang mempertahankan hubungan dengan Taiwan adalah Guatemala. Guatemala adalah salah satu dari 11 negara di dunia yang masih resmi mengakui Taiwan.
Seperti yang sudah diprediksi, pengaruh China yang semakin besar tampaknya mendapat penolakan dari beberapa pihak di Amerika Latin. Baru-baru ini, China menargetkan Guatemala dan membuat marah para retail di Brasil. Ketika negara-negara lain sadar akan realitas neo-imperialisme China, Amerika Latin baru saja mulai melakukan perlawanan dan dampaknya mulai terasa.
Eksportir Guatemala baru-baru ini terkejut ketika China melarang impor kopi Guatemala dan barang lainnya. Meski belum ada penjelasan resmi, Presiden Guatemala Bernardo Arevalo berasumsi ada kaitannya dengan hubungan negaranya dengan Taiwan dalam keputusan China yang melarang impor barang. Dia kemudian mengklaim bahwa pemerintahnya “akan mengurusnya”.
Selain Paraguay, Guatemala kini menjadi satu-satunya negara Amerika Latin yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan. Blokade barang-barang Guatemala adalah salah satu dari beberapa konflik kecil yang mulai membayangi arah China di Amerika Latin, yang telah lama berorientasi pada peningkatan kepentingan China di kawasan tersebut.
Ada contoh lain konflik antara China dan negara-negara Amerika Latin. Salah satunya adalah impor baja murah dari China, yang memberikan tekanan pada produsen baja Amerika Latin, sehingga memicu kemarahan masyarakat setempat. Meksiko, Chili, dan Brasil telah menaikkan tarif, bahkan dalam beberapa kasus meningkat dua kali lipat terhadap baja China untuk melindungi perusahaan dalam negeri.
Bea masuk baru ini diberlakukan setelah perusahaan-perusahaan domestik mengumumkan PHK besar-besaran karena kurangnya permintaan. Pajak tersebut mungkin tampak tidak masuk akal, mengingat bagaimana China telah mengakar di Amerika Latin dalam beberapa tahun terakhir. China telah menjadi pembeli bahan mentah terbesar dari kawasan dan investor besar.
Pada saat yang sama, China mengirim hampir 10 juta ton baja per tahun, senilai US$ 8,5 miliar, ke Amerika Latin, sebuah lompatan besar dari hanya 80.500 ton pada tahun 2000.
Sementara itu, di Brasil, tekstil murah dari China menjadi ancaman serius bagi butik fesyen lokal. Tuduhan terhadap perusahaan China yang menyebabkan kerusakan lingkungan dalam pelaksanaannya juga telah memicu perdebatan. Brasil melawan balik impor China yang murah dengan mengenakan pajak sebesar 20 persen. Hal ini berdampak pada barang-barang bernilai di bawah US$50 yang dibeli melalui situs belanja internasional.
Di tingkat akar rumput, terdapat perasaan yang semakin besar bahwa strategi China justru menghancurkan struktur perdagangan lokal dan bukannya menghasilkan keuntungan. Platform ritel online asal Tiongkok, AliExpress, mengatakan pihaknya “terkejut” dengan keputusan tersebut, karena pajak tersebut terutama akan merugikan kelompok masyarakat termiskin dan menghambat investasi asing di Brasil.
Dalam industri tekstil Brasil, kemarahan besar ditujukan kepada pemasok China, karena konglomerat seperti Shein, yang tidak memproduksi barang mereka di bawah kondisi dan kerangka umum yang sama seperti perusahaan kecil Brasil, mendorong ribuan perusahaan lokal keluar dari pasar.
Contoh lain dari pengaruh faktor China terjadi di Kosta Rika, ketika pemerintah mendesak salah satu manajer perusahaan pemasok energi milik negara, ICE, untuk meninggalkan perusahaan tersebut setelah sekitar 70 karyawan tingkat tinggi mengunjungi sebuah pesta yang diselenggarakan oleh raksasa teknologi China, Huawei.
Hubungan antara Kosta Rika dan Huawei menjadi tegang setelah Presiden Rodrigo Chaves mengatakan Konvensi Budapest tentang Pemberantasan Kejahatan Dunia Maya, yang belum ditandatangani oleh China, akan menjadi standar keterlibatan ekonomi dengan Kosta Rika. Setelah itu, CEO Huawei untuk Amerika Latin mengkritik pendekatan Kosta Rika sebagai ‘tidak profesional’. Ini adalah pesan bagi Beijing bahwa ‘China juga harus bertindak sesuai aturan’.
Konvensi Budapest merupakan perjanjian internasional pertama (2004) mengenai kejahatan yang dilakukan di internet. Area fokusnya adalah pelanggaran hak cipta, penipuan terkait komputer, dan pelanggaran keamanan jaringan.
Dalam beberapa tahun terakhir, AS juga mengingatkan pengaruh China yang semakin besar di Amerika Latin. Beberapa proyek China telah membuat marah pemerintah AS. Berita terbaru mengenai potensi ringkasan pada dua proyek tersebut, yaitu stasiun pemantauan ruang angkasa di Argentina dan megaport di Peru, menunjukkan bahwa AS berusaha memainkan peran penyeimbang di Amerika Latin.
Stasiun yang fokus pada ruang angkasa ini, yang pertama di luar China, memiliki luas sekitar 494 hektar dan mendapat manfaat dari transmisi pajak dan masuk selama 50 tahun. Fasilitas ini beroperasi dalam zona eksklusi sekitar 62 mil, dan aksesnya memerlukan izin dari pemerintah China!
Baru-baru ini, tantangan dan risiko yang terkait dengan China sebagai aktor dominan di beberapa bidang ekonomi dan teknologi semakin terlihat jelas di Amerika Latin. Berbagai negara semakin merasa bahwa China yang mendapat keuntungan dari hubungan ekonomi kawasan dengan China. Oleh karena itu, kritik terhadap praktik perdagangan China saat ini diperkirakan akan menjadi lebih besar. Pernyataan tersebut merupakan indikasi bahwa ekspansi China di Amerika Latin mungkin akan melambat pada tahun-tahun mendatang.
Baca artikel VIVA Trending menarik lainnya di tautan ini.