Heboh Bule New Zealand Batal Masuk ke Wisata Alam Bantimurung Sulsel Gara-gara Tiket Mahal

Tangkapan layar video viral Turis atau Bule asal New Zaeland tolak masuk wisata alam Bantimurung, Maros karena harga karcis mahal. (Tangkapan Layar video/istimewa).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Supriadi Maud (Sulawesi Selatan)

MarosHeboh seorang bule menolak masuk di tempat wisata alam di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Warga Negara Asing (WNA) itu mengaku menolak masuk ke kawasan permandian alam tersebut lantaran tidak mampu membayar karcis masuknya.

Menurut informasi, turis tersebut diketahui bernama Aron yang berasal dari negara New Zealand atau Selandia Baru. Aron disebut menolak masuk lantaran menganggap bahwa karcis masuk ke wisata alam andalan Sulsel itu terbilang mahal untuk dikunjungi.

Informasi tersebut diketahui setelah viralnya unggahan akun Instagram @makassar_iinfo dan @maros.informasi yang menuliskan alasan Aron menolak masuk ke tempat wisata air terjun Bantimurung di Maros.

"Turisnya dari New Zealand gagal masuk ke Air Terjun Bantimurung Maros, karena tiketnya kemahalan Rp. 255.000 per orang," tertulis pada unggahan tersebut, dikutip Senin, 27 Mei 2024.

Postingan akun instagram itu pun dibanjiri komentar menggelitik dari para netizen. Ada yang menganggap jika hal tersebut terbilang mahal. Sebab, jika warga lokal hanya dikenai Rp 35 ribu saja.

Namun ada juga netizen yang menganggap jika harga tersebut terbilang wajar. Sebab, biaya masuk senilai Rp 225 biasanya dianggap kecil bagi turis mancanegara.

"Mahal bgt bagaimn mau majukan wisatawan asing kalau tiket mahal bgt," sebut @krisvinapamo dikutip.

"Setuju, bukan towwa bulenya pelit tp pasti sblm kesitu dia sdh guggling n ceki2 mi sm tmnx..pdhal air tejun luar negeri lebih indah sorrry to say yaach bukan tdk bangga dengan potensi wisata negara sendiri tp itu realita, Khususnya 14 wisata bantimurung ini msh perlu bnyk dibenahi. Terutama itu sosialiasi trhdp pengunjung utk menjaga kebersihan. Klo wisatawan lokal ket4 ini terus bawa makanan astagaaa banyaaak yg msh suka buang sampah seenaknya. Bikin pengunjung lain tdk nyaman," kata @reny_sastra.

"Ingat guyss 255k itu murah untuk tourist luar sekitar 16$ uang mereka. Kalau dia tdk sanggup bayar artinya kere. Sekelas kolam renang di luar yg sy pernah masuki sekitar 10$. Kalau lokal turist yg mahal baru kita protes. Sudah normal itu, mereka yg seharusnya bayar pajak lebih dari kita," ujar @valentino_jr.

"Ini gak mahal kok udah seharusnya begitu, akupun jalan-jalan ke luar negeri kena biaya "International Tourist" juga jadi harganya 2x lipat atau 3x lipat dari harga lokal atau domestik. Dasar bulenya aja yang pelit, cuma $20 kok masak gak bisa. Aku aja pernah dikenain biaya di luar waktu berkunjung ke tempat wisata mereka $50 dollar gak masalah karena emang aturan tempat/ pemerintah padahal harga domestiknya cuma $20. Sudah seharusnya turis manca negara dikenakan lebih daripada orang lokal. Yang bilang mahal sorry to say, sesekali kalian jalan keluar negeri jadi turis biar ngerasain juga," turis komentar @rifkyalonzo.

Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Maros, Ferdiansyah beri penjelasan. Dia mengungkapkan bahwa harga karcis masuk ke wisata alam air terjun Bantimurung sebenarnya sudah menjadi ketentuan dari pemerintah pusat.  Sehingga harga tersebut sudah menjadi ketetapan yang disepakati.

"Sebenarnya itu kebijakan pusat, karena ada PNBP-nya (Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak). Tarif itu sudah ditetapkan Kementrian Kehutanan," ungkap Ferdiansyah saat dikonfirmsi Minggu 26 Mei 2024.

Dia menyebut penetapan harga karcis masuk telah tertuang pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan.

Kendati begitu, Ferdiansyah pun merinci jika biaya tiket Taman Wisata Alam Bantimurung sebagian menjadi pendapatan asli daerah (PAD) untuk Disbudpar Maros. Kemudian, sebagiannya lagi masuk sebagai kas negara.

"Rincinya itu sebenarnya begini, Rp 230 ribu ke PNBP. Yang dimana PNBP ini disetor ke negara, bukan retribusi. Sementara sisanya Rp 24 ribu ke daerah selaku pengelolah dan sisanya lagi Rp 1.000 untuk asuransi," ungkap Ferdiansyah

Lebih lanjut, Ferdiansyah mengaku tetap akan mengevaluasi adanya kejadian viral tersebut. Sebab, menurut dia, pelayanan wisata alam kepada para pengunjung dan masyarakat sekitar merupakan prioritas pemerintah daerah sebagai pengelolah.

"Tapi dari kejadian ini tetap akan kita evaluasi lagi. Yang dimana dengan adanya kejadian seorang turis mancanegara mengkritik wisata alam, tentu kita akan jadikan masukkan bagi pemerintah daerah selaku pengelolah," terangnya.