Mengenal Sosok Jenderal Bintang 5 yang Hanya Ada 3 di Indonesia

VIVA Militer: Jenderal Besar Soedirman
Sumber :
  • Wikipedia

Jakarta – Memahami karakteristik dan latar belakang dari tiga orang yang memegang pangkat jenderal bintang lima di Indonesia. Mencapai pangkat tertinggi dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan suatu pencapaian yang sangat istimewa.

Sebab, pangkat Jenderal Bintang Lima adalah posisi tertinggi dalam struktur militer, yang tidak diberikan secara sembarangan kepada perwira. Jadi, siapa saja sosok-sosok tersebut?

Dalam artikel ini, VIVA akan menguraikan profil dari tiga jenderal bintang lima yang ada di Indonesia.

1. Soedirman

VIVA Militer: Jenderal Besar Soedirman

Photo :
  • Wikipedia

Jenderal Besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman atau yang biasa disebut Jenderal Soedirman merupakan salah satu tokoh besar di Tanah Air. Mengutip situs resmi Pusat Sejarah TNI, Soedirman dianugerahi Pangkat Kehormatan Jenderal Besar TNI pada 30 September 1997.

Penganugerahan Pangkat Jenderal Berbintang Lima ini adalah peristiwa yang sangat istimewa. Itu karena pangkat tersebut hanya diberikan kepada prajurit yang sangat berjasa untuk bangsa dan negara.

Soedirman dilantik menjadi Panglima Besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan pangkat Jenderal oleh Presiden Soekarno pada 18 Desember 1945. TKR kemudian berganti nama menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) pada 24 Januari 1946.

Kisah Jenderal Soedirman yang paling terkenal adalah saat gerilya selama 7 bulan demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Soedirman tengah sakit. Ia pun harus ditandu anak buahnya. Perang gerilya yang dilancarkan TNI dengan rakyat itu akhirnya berhasil memukul Belanda.

2. Soeharto

Mantan Presiden Soeharto

Photo :
  • vstory

Soeharto menjadi presiden dengan masa pemerintahan terlama di Indonesia, yakni selama 32 tahun dengan enam kali pemilu.

Selama menjabat, ada enam Wakil Presiden berbeda yang menemani Soeharto sebagai presiden, mulai dari Hamengkubuwono IX, Adam Malik, Umar Wirahadikusumah, Soedharmono, Try Sutrisno, hingga Bacharuddin Jusuf (B.J) Habibie.

Sebelum menjadi presiden, Soeharto memimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda. Pangkat terakhir yang ia sandang adalah Mayor Jenderal.

Pada 1 Maret 1949, ia ikut serta dalam serangan umum dan berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam.

Di usianya yang ke-41, ia dinaikkan pangkat menjadi Mayor Jenderal dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat, merangkap juga sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar.

3. AH Nasution

VIVA Militer: Jenderal Abdul Haris Nasution

Photo :

Abdul Haris Nasution lahir di Tapanuli Selatan pada 3 Desember 1918. Ia mulai tertarik pada bidang militer dan mengikuti pendidikan Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) atau KNIL di Bandung pada 1940-1942.

Di tubuh TNI AD, Nasution terkenal sebagai seorang pemikir dan konseptor ulung. Berdasarkan Pusat Sejarah TNI, Nasution memiliki beberapa gagasan dalam rangka pembangunan TNI.

Gagasan itu di antaranya konseptor perang gerilya, konseptor operasi penumpasan PKI Madiun 1948, memimpin MBKD (Markas Besar Komando Djawa) pada masa agresi militer II Belanda, pemerkasa politik “Kembali ke UUD 1945”, dan perumus Konsepsi Jalan Tengah.

Nasution pun berperan dalam pembebasan Irian Barat dengan menasionalisasikan perusahaan-perusahaan Belanda sebagai langkah awal. Kemudian, Nasution turut menghadapi gerakan PKI dengan menolak beberapa gagasan yang diajukan PKI di berbagai bidang. Di antaranya bidang pers, budaya teritorial, dan militer.

Karena kemampuannya yang luar biasa itulah, Nasution mendapat penghargaan dari beberapa universitas.

Gelar Doktor diterimanya dari Universitas Padjadajaran dan Universitas Islam Sumatera Utara. Sementara itu, gelar Doktor Causa dalam bidang Politik Ketatanegaraan didapatnya dari Filipina.

Penganugerahan pangkat Jenderal Besar TNI diterimanya pada 30 September 1997 dan tertuang dalam Keppres No.46/ABRI/1997.