5 Fakta Menarik Mayjen Soekertijo, Jenderal Bintang 2 yang Turun Lawan Agresi Militer
- Istimewa
Jakarta – Soekertijo adalah seorang perwira tinggi (pati) TNI yang turut serta dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Sejak bergabung dengan kemiliteran, kontribusinya sangat signifikan dalam menjaga kedaulatan negara.
Prestasinya dalam bidang militer sangat cemerlang. Selama meniti karir hingga mencapai pangkat jenderal bintang dua, ia menjabat di berbagai posisi strategis di TNI Angkatan Darat.
Namun, meskipun memiliki karir yang gemilang, Soekertijo akhirnya pensiun dari dinas militer pada tahun 1979. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perjalanan karir jenderal ini, berikut beberapa fakta mengenai Mayjen Soekertijo.:
1. Pernah Menjadi Pangdam Udayana
Mayjen Soekertijo pernah menjabat sebagai Pangdam IX/Udayana pada tahun 1966 hingga 1970. Kala itu, dirinya ditugaskan oleh Panglima TNI untuk menggantikan Brigjen TNI Sjafiudin.
Selama masa jabatannya, ia memimpin Kodam IX/Udayana dengan penuh dedikasi dan keberanian. Kontribusinya yang luar biasa dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut sangat dihargai.
2. Pernah Menjabat sebagai Pangdam Mulawarman ke-5
Usai menduduki posisi Pangdam Udayana, Soekertijo diketahui melanjutkan kariernya sebagai Pangdam Mulawarman. Ia tercatat menduduki jabatan tersebut selama satu tahun, mulai 1970-1971.
Kala itu, Soekertijo ditunjuk untuk menduduki jabatan tersebut untuk menggantikan Brigjen TNI Mung Parhadimulyo. Selepasnya, ia melanjutkan karier sebagai Asisten IV/Logistik Kepala Staf TNI Angkatan Darat mulai tahun 1971-1974.
3. Pernah Menjadi Anggota PETA
Soekertijo mengawali karier militernya dengan menjadi anggota PETA (Pembela Tanah Air) yang merupakan paramiliter yang didirikan oleh Jepang. Ia mengikuti pendidikan shodanco (komandan peleton) PETA di Bogor pada tahun 1944.
Usai pendidikannya selesai, ia kembali ke Probolinggo untuk bergabung dengan Daidan Probolinggo yang merupakan bagian dari Batalion 5 Karesidenan Malang. Semenjak bergabung ke PETA, ia tergolong sebagai perwira yang berjasa dalam membentuk dasar-dasar penting bagi perkembangan militer Indonesia.
4. Ikut Serta dalam Melawan Agresi Militer I dan II
Pada September 1945 tentara sekutu pernah mendarat di Surabaya dan dibonceng tentara Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Mendengar kabar tersebut Arek-arek Suroboyo, termasuk Soekertijo mulai melakukan perlawanan.
Kompi Soekertijo yang memiliki kekuatan 1,5 regu berusaha menghadang gerakan pasukan musuh di perlintasan kereta api Klakah. Namun usahanya gagal lantaran musuh menggunakan kendaraan lapis baja.
Pelan tapi pasti, Kompi Soekertijo pun berusaha untuk menembus gunung Kobong melewati gunung Sawur dan Kertosari pada siang hari. Melihat aksi perlawanan yang sangat hebat, mental musuh pun mulai menciut dan mengakui kedaulatan Indonesia dengan perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar).
5. Banyak Menduduki Posisi Penting di TNI AD
Sebelum pensiun pada tahun 1979, Soekertijo tercatat sebagai perwira tinggi yang menduduki banyak posisi strategis kemiliteran. Beberapa di antaranya seperti Pangdam Udayana, Pangdam Mulawarman dan Pembantu Pribadi Kepala Staf Angkatan Darat.