Sosok Perwira Polisi yang Tangani Kasus Bom Buku hingga Kehilangan Tangan Kiri

Kombes Dodi Rahmawan
Sumber :
  • Instagram: rahmawan653

Jakarta – Kepala Bagian Perencanaan dan Administrasi (Kabagrenmin) Korshabara Baharkam Polri, Kombes Dodi Rahmawan harus kehilangan salah satu tangannya akibat ledakan bom buku yang terjadi di Utan Kayu, Jakarta Timur pada 2011 silam.

Informasi dihimpun Selasa, 20 Februari 2024, 13 tahun silam Kombes Dodi masih menjabat sebagai Kasat Reskrim Jakarta Timur.

Saat kejadian tepatnya 15 Maret 2011 sekitar pukul 14.00 WIB, Dodi mendapat laporan dari anggotanya ada benda mencurigakan di Kantor Berita Radio (KBR) 68H, Utan Kayu. Dodi yang baru saja melakukan operasi premanisme langsung meluncur ke lokasi.

Sesampainya di lokasi, Dodi melihat ada sebuah paket mencurigakan berisi buku yang berjudul ‘Mereka Harus Dibunuh karena Dosa-Dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslim’

Tanpa berpikir panjang, Dodi langsung mencoba menjinakkan bom itu. Dia kemudian mengeluarkan buku itu lalu menyiramnya dengan air hingga basah.

Dia kemudian merobek satu persatu lembaran buku tersebut menggunakan cutter. Begitu dia ingin mencongkel baterai yang terselip di dalam buku, tiba-tiba terjadi ledakan sekitar pukul 16.05 WIB.

Dodi pun langsung tersungkur dengan kondisi tangan kirinya bersimbah darah. Pergelangan tangan Dodi putus karena ledakan tersebut.

“Saat itu kondisi bagian tubuh saya hilang, yaitu bagian tangan. Saat kejadian kurang lebih 3-5 menit saya masih sadar. Anggota polisi yang menolong mereka memeluk saya serta mengucapkan kalimat-kalimat tahlil dan sebagainya," ucap Dodi kepada wartawan, beberapa tahun lalu.

Selama dalam perjalanan ke rumah sakit, Dodi sempat menghubungi orang terdekatnya. Dia meminta agar ibu, istri dan anaknya tidak sedih atas musibah yang menimpa dirinya.

Sesampainya di RSCM, Dodi kemudian menjalani operasi selama 1,5 jam. Empat jam kemudian, dodi pun sadarkan diri. Setelah luka membaik, dokter kemudian memasangkan tangan palsu.

Dodi mengaku dahulu dirinya salah mengambil langkah. Dia mencoba menjinakkan bom tanpa alat pelindung dan tanpa didampingi tim Gegana. Ia berjanji, peristiwa itu akan dijadikan pelajaran, namun tak sedikitpun meruntuhkan semangatnya.