Membongkar Tuduhan Pratikno sebagai Operator Politik Jokowi, Strategi untuk Menjatuhkan
- Kemenag
Jakarta – Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menjadi sorotan ketika dituduh menjadi penggerak politik untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam berbagai kejadian, termasuk dalam usaha memperlancar pencalonan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, sebagai calon wakil presiden pasca-keputusan Mahkamah Konstitusi.
Aktivitas politik Pratikno dibahas melalui sebuah artikel opini di Tempo, yang menggambarkan peralihannya dari posisi rektor ke peran politik, sebagaimana dijabarkan dalam sebuah edisi Majalah Tempo bertajuk ‘Dari Rektor Menjadi Operator’.
Bagja Hidayat, Editor Senior Tempo, menyatakan dalam kanal Youtube Tempodotco bahwa Pratikno menandai contoh ekstrem dari pernyataan Otto Von Bismarck, Kanselir Jerman periode 1871-1890, tentang bagaimana politik dapat merusak karakter seseorang.
“Menteri Sekretaris Negara Pratikno adalah perwujudan paling brutal dari peringatan Kanselir Jerman 1871-1890 Otto Von Bismarck yang mengatakan bahwa politics ruins the character atau politik bisa merenggut karakter seseorang,” ujar Editor Senior Tempo Bagja Hidayat dalam kanal Youtube Tempodotco.
Prabu Revolusi, Dosen Komunikasi Politik Pascasarjana di Universitas Paramadina, memberikan tanggapan terhadap berita mengenai Pratikno sebagai penggerak politik pada Senin, 5 Februari 2024.
Prabu menyoroti pentingnya konteks politik yang sensitif saat ini, terutama menjelang pemilihan, dan menekankan kebutuhan akan jurnalisme yang etis, yang harus berbasis pada data dan fakta yang dapat dibuktikan dan sumber yang dapat dipercaya.
“Kita perlu pahami bahwa konteksnya pemberitaan beredar di tahun tahun atau periode yang sangat sensitif politik tahun ini. Kita tahu ini beberapa hari ke depan kita akan ada pencoblosan sehingga sangat memungkinkan motif pemberitaan seperti ini dikarenakan ada motif kepentingan politik tapi saya ingin membahas dari sisi etika jurnalistik terlebih dahulu.
”Dia mengkritik waktu pemberitaan yang mungkin dipilih karena alasan politik, mengingatkan bahwa berita tanpa dasar yang solid dapat dianggap sebagai gosip atau usaha untuk mempengaruhi pendapat publik sebelum pemilihan.
“Jika memang pemberitaan yang kita angkat itu betul betul memiliki kepentingan bagi publik sehingga narasumbernya terancam nyawa misalnya jika diungkapkan maka narasumbernya narasumber anonim.Tetapi jika seperti itu maka sangat disarankan ruang redaksi tersebut atau pemberitaan tersebut harus mencantumkan dari mana informasi itu berasal”.
Dia menambahkan bahwa berita harus jelas dibedakan antara fakta dan opini, dengan menggarisbawahi pentingnya mematuhi etika jurnalisme dalam pelaporan.
“Harusnya tidak boleh dasar pemberitaan, kecuali jika itu disebutkan bukan merupakan berita, tetapi opini redaksi atau editorial redaksi maka itu harus dijelaskan dengan sangat jelas hal tersebut adalah opini redaksi atau editorial redaksi. Kita sama sama tahu bahwa etika jurnalistik yang perlu dipatuhi”
Ujang Komarudin Sebut Tudingan Ini Dipakai Untuk Menjatuhkan Jokowi
Ujang Komarudin, yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif di Indonesia Political Review dan mengajar Ilmu Politik di Universitas Al Azhar Indonesia, mengemukakan bahwa serangan terhadap Pratikno adalah bagian dari taktik oposisi untuk mengincar Jokowi.
Menurut Komarudin, dengan Pratikno yang dikenal sebagai orang dekat dan dipercaya oleh Jokowi serta bertugas sebagai Menteri Sekretaris Negara selama dua periode, oposisi melihatnya sebagai jalan untuk meraih dan mengganggu Jokowi.
"Ada upaya-upaya dari lawan-lawan politik Jokowi untuk menghajar, melumpuhkan, termasuk mengalahkan Jokowi. Salah satu sasaran tembaknya ya Pratikno. Salah satu pintu masuknya ya Pratikno ke Jokowi. Salah satu orang kepercayaan Jokowi," ujarnya.
Komarudin turut memberikan pandangannya mengenai perdebatan apakah seorang mantan rektor dapat berperan sebagai operator politik, dengan menyebutkan bahwa situasi seperti itu dapat dianggap benar atau salah, dan menekankan pentingnya memeriksa pernyataan tersebut secara objektif dan kritis.
Dia menjelaskan bahwa dalam dunia politik, adanya serangan timbal balik dan usaha untuk mengungguli satu sama lain merupakan sesuatu yang biasa.