Viral Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Tancap Sangkur, Ternyata Punya Masalah dengan Wartawan

AKBP Yudha Pranata tancapkan pisau sangkur di atas meja
Sumber :
  • VIVA/Jo Kenaru (NTT)

VIVA Trending - Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata viral di media sosial setelah aksi menancapkan pisau sangkur di atas meja ketika berdialog dengan warga Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun dua pekan sebelum itu Forum Jurnalis Flores-Lembata menyurati Kapolri, Dewan Pers, dan Komisi III DPR RI terkait AKBP Yudha setelah screenshot atau tangkapan layar berisi caci maki dan rencana kekerasan terhadap seorang wartawan beredar.

Forum jurnalis menduga kuat AKBP Yudha Pranata terlibat dalam upaya kriminalisasi dan ancaman terhadap Patrianus Meo Djawa atau Patrick wartawan TribunFlores.com di wilayah Kabupaten Nagekeo. 

AKBP Yudha Pranata tancapkan pisau sangkur di atas meja

Photo :
  • VIVA/Jo Kenaru (NTT)

Ancaman kekerasan terhadap Patrick berawal dari laporan Ketua Suku Nataia, Patrisius Seo ke Polres Nagekeo yang tidak terima jasa baik suku Nataia disebutkan dalam berita menangkap pria mabuk yang mengadang mobil yang ditumpangi AKBP Yudha di simpang Aeramo-Maropokot, Kecamatan Aesesa, beberapa waktu lalu.

Salah satu pelaku yang dicokok adalah keponakan dari pelapor.

Tuduhan keterlibatan AKBP Yudha bukan tanpa alasan sebab Yudha Pranata bersama sejumlah wartawan yang tergabung dalam grup WhatsApp KH Destro kompak merencanakan kekerasan kepada Patrick. 

Ancaman atas perintah AKBP Yudha

Dalam surat pengaduan Forum Jurnalis Flores-Lembata yang diterima VIVA, Minggu 1 Mei 2023, Yudha disebutkan menyuruh para wartawan Kaisar Hitam Destroyer ( KH Destro) untuk membuat Patrick stress terkait laporan Ketua Suku Nataia.

“All Destro hubungi Patrick untuk minta wawancara klarifikasi laporan dari ketua Suku Nataia. SEKARANG !!!. Bukti chat WA ke Patrick segera di screenshoot. Sebagai bukti bahwa kita sudah meminta klarifikasi kepada Patrick. Bikin dia STRESS,” demikian isi perintah AKBP Yudha Pranata untuk grup wartawan KH Destro.

Lantas seorang wartawan bernama Bejo NP menjawab “Siap Bapak”.

Beredar pula tangkapan layar berisi percakapan pada WAG KH Destro yang berisi rencana kekerasan dan penghinaan terhadap Patrick.

Tangkapan layar percakapan grup WA buatan Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata

Photo :
  • Istimewa/VIVA/Jo Kenaru/NTT

Berikut isi percakapan antara Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata dengan para wartawan dengan catatan waktu mulai pukul 21:08 sampai 22:10 WITA:

Elang-D: Ini mau nya apa, anak tribun. Udin Mindonews: Maunya kita patahkan rahangnya tu bang.

Sherif See Sergap: Ade atur dulu, urusan belakangan. Elang-D +62 813-6685-3108: Coba cara baik2 dulu. Klo gak, baru d jadikan sampah.

Kapolres: Sampah mau dibuang atau dimusnahkan. Seorang anggota polisi bernama Berto menimpali : Ijin Komandan..Kalau sudah sampah mendingan di buang lalu di musnahkan sja Komandan. Kemudian disambung Kapolres Yudha: Proses.

Klarifikasi AKBP Yudha

Melalui channel YouTube Humas Polres Nagekeo Kapolres Nagekeo AKBP Yudha memberi klarifikasi.

Dalam tayangan itu, Yudha Pranata didampingi tersangka kasus pengadangan mobil, Camat Aesesa Yakobus Laga, dan beberapa keluarga tersangka. 

Dalam video tersebut, Yudha menjelaskan perihal grup WhatsApp Destro. AKBP Yudha bahkan mengaku betapa dia begitu kesal terhadap berita-berita yang ditulis Patrick. 

AKBP Yudha Pranata tancapkan pisau sangkur di atas meja

Photo :
  • VIVA/Jo Kenaru (NTT)

Kapolres mengakui bahwa KH Destro merupakan grup WhatsApp miliknya. Itu berlogo pisau sangkur dan tengkorak. Tapi dia berdalih, WAG  tersebut bertujuan untuk membina wartawan sekaligus sebagai mitra untuk menyiarkan berita yang tidak ditutupi. 

"Destro adalah tim saya. Ini untuk pembinaan dan juga sebagai mitra Polri dalam bentuk penyiaran berita yang tidak pernah kita tutupin," terang AKBP Yudha kepada wartawan yang bertanya terkait grup tersebut.

Kapolres membenarkan chat dalam WAG KH Detro yang tersebar itu merupakan perintah yang ia sampaikan kepada wartawannya. 

"Jadi yang jelas, ini chat kita. Chat grup kita dan ini berisi tentang mitra Humas Polres. Chat ini betul saya yang buat. Ini adalah petunjuk bagi wartawan saya. Sebelum kau memberitakan, klarifikasi. Chat WA kalau nggak ketemu. Kalau memang dia tidak bisa menjawab, tidak bisa klarifikasi, kasi catatan kaki," jawabnya.

Kapolres menjelaskan alasan mengapa Patrick harus dibikin stress. 

"Karena apa, selama ini kita dibuat pening. Kami Polres nih. Silahkan chat WA dia, klarifikasi, wawancara. Kira-kira stress gak diwawancara? Apalagi kalau ada masalah,” tuding AKBP Yudha.

Kapolres mempersalahkan Patrick karena tidak hanya menulis berita sesuai rilis polisi tetapi kerap melakukan investigasi. Yudha menyebut berita hasil investigasi itu mengaburkan fakta yang disampaikan polisi. Contohnya berita tentang kebakaran. 

"Karena perbuatan saudara Patrick sering buat kita pening. Contohnya berita tentang kebakaran. Fokus kebakaran tetapi merembet ke yang lain, perkara yang sudah ditangani Polres. Padahal pelaku yang diberitakan itu sudah ditangani, sudah diproses. Terakhir kemarin kita sudah press release tentang pasar. Sudah. Ini obyeknya. Tetapi dia investigasi sendiri. Dia terkesan mengkaburkan," katanya lagi. (Jo Kenaru/tvOne/NTT)