Momen Ustaz Abdul Somad Kena Sindir Pertanyaan Jemaah soal Kuliah di Timur Tengah
- Instagram @ustadzabdulsomad
VIVA Trending – Ustaz Abdul Somad (UAS) merupakan dai yang kerap menyampaikan soal ilmu hadis dan fiqih di setiap ceramahnya. Selain itu ia juga dikenal luas lantaran penyampaian dakwahnya yang humoris namun tegas.
Pandangannya tentang Islam dianggap sebagai konservatif dan objektif dengan ceramahnya mencakup topik literal tentang Al-Qur'an dan Sunnah dari Nabi Muhammad SAW.
Namun, baru-baru ini ada satu momen unik di mana UAS merasa tersindir dengan sebuah pertanyaan dari jemaahnya. Seperti diketahui, selepas menyelesaikan ceramah, UAS kerap membuka sesi tanya jawab.
“Bagaimana pandangan ustaz tentang anak-anak yang sekolah di Timur Tengah. Setelah tamat pulang ke Tanah Air membawa pemahaman yang kurang sesuai dengan kultur dan karakter dasar keIndonesiaan, merasa ibadahnya paling benar,” ujar Ustadz Abdul Somad membacakan secarik kertas berisi pertanyaan jemaah, dikutip dari akun TikTok, pencari_hidayah101, Jumat 9 Desember 2022
Sontak UAS pun terkejut dengan pertanyaan itu, ia merasa jika pertanyaan tersebut mengarah kepadanya. Sebab, seperti yang diketahui UAS sempat menempuh pendidikan S1 Universitas Al-Azhar, Mesir (2002), S2 Dar El Hadith El Hassania, Kerajaan Maroko (2006), dan S3 Universitas Islam Omdurman, Sudan (2019).
“Wah, (pertanyaannya untuk) saya ini, nyindir saya ini, katanya Timur Tengah, saya S1 di Mesir, S2 di Maroko, S3 sekarang di Sudan, nampak-nampaknya saya disindirnya nih,” ungkap UAS bercanda, dibarengi tawa para jemaah yang hadir
UAS pun lanjut membaca pertanyaan jemaah di selembar kertas itu. “Kemudian mudah memvonis ibadah orang lain bid'ah, dan tak ada contoh langsung dari Nabi, apakah pandangan tersebut muncul dari sistem kurikulum di kampusnya atau lingkungan pergaulannya.” Demikian pertanyaan jemaah
Menjawab pertanyaan tersebut UAS pun menyampaikan kurikulum dan metode pembelajaran yang ia ikuti selama menempuh pendidikan di Timur Tengah. Namun, secara tegas ia membantah jika dianggap senang membid'ah-kan pemahaman orang lain.
“Saya mengamalkan ini (ilmu yang didapat), tapi saya tidak membid'ah-kan yang ini (pemahaman orang lain). Kami diajarkan tidak boleh membid'ah-kan selama masih ada dalil-nya,” tegas UAS
Lebih lanjut, ia pun memaparkan perbedaan yang ada di dalam Islam dari beberapa mazhab (rujukan) seperti mazhab, Syafi’I, Hambali, Maliki dan Hanafi. Menurutnya, seluruh rujukan tersebut adalah benar, akan tetapi menjadi kurang betul jika disyiarkan di tengah-tengah masyarakat bermazhab Syafi’I seperti di Indonesia ini, akhirnya timbullah pertanyaan demikian.
“Saya ini di Maroko mazhab-nya Maliki, makanya tadi saya tidak mau disuruh jadi imam subuh karena ada beberapa perbedaan di dalamnya,” paparnya
UAS pun bertanya, “salahkah salat saya? Tidak, karena merujuk langsung ke Imam Maliki, tetapi adab dakwah saya yang salah karena membawa Mazhab lain ke tengah masyarakat bermazhab Syafi’I, ini yang sering dianggap menimbulkan bid’ah,” jelasnya
“Itulah makanya ada mata pelajaran, kami dulu di ALl-Azhar namanya fiqih dakwah, tujuannya untuk memahami dakwah orang lain.” Demikian penjelasan UAS.