Jangan Kaget, Ini 5 Tradisi Unik Pra Nikah yang Ada di Indonesia

Prosesi Siraman Pernikahan Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Maulana Surya

VIVA Trending – Upacara pernikahan menjadi momen sakral bagi setiap pasangan. Dipertemukannya dua keluarga artinya bertemu pula dua adat dan kebudayaan yang berbeda.

Menjadi rahasia umum bahwa budaya Indonesia beragam. Dari sekian banyak adat dan kebudayaan, adat pernikahan Indonesia menjadi salah satu tradisi unik pra nikah yang paling menonjol.

Tradisi pernikahan Indonesia menurut adat tidak hanya dilakukan saat prosesi pernikahan saja, namun bahkan dimulai dari sebelum pernikahan. Hal tersebut kemudian dikenal dengan tradisi pra-nikah.

Selain unik, nyatanya berbagai tradisi pra-nikah tiap adat di Indonesia tak dapat ditemukan di negara lain alias cuma ada di Indonesia.

Apa saja? Berikut deretan tradisi pra-nikah unik yang Viva rangkum dari berbagai sumber dan bisa kita lihat di Indonesia.

1. Tradisi Pingit

Acara siraman putri Khofifah, Patimasang di Surabaya, Jawa Timur

Photo :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

Tradisi Pingit merupakan rangkaian tradisi pernikahan Indonesia yang asalnya dari adat Jawa. Tradisi Pingit dilakukan dua atau tiga hari sebelum hari pernikahan.

Dalam prosesi ini, calon pengantin kedua tidak diizinkan untuk bertemu dan keluar dari rumah. Tujuan dari ritual ini adalah untuk menjaga kesucian kedua calon pengantin dan melindungi mereka dari bahaya.

Untuk calon pengantin perempuan, biasanya tradisi Pingit dibarengi dengan tradisi Mandi Kembang yang dipercaya dapat membersihkan aura sang calon pengantin.

2. Tradisi Bainai

Pernikahan Tika Bravani dan Dimas Aditya dengan adat Minang

Photo :
  • instagram.com/adhyakti_wedding

Tradisi pra nikah selanjutnya adalah tradisi malam Bainai. Bainai merupakan tradisi yang dilakukan sehari sebelum acara akad nikah dimana para atau teman calon pengantin menempelkan halus daun pacar ke ujung jari calon pengantin sampai meninggalkan keluarga bekas warna merah pada kuku.

Tradisi adat Minang atau Sumatera Barat ini dilakukan dengan tujuan sebagai simbol ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai. Dengan mempersembahkan inai pada kuku pengantin akan menjadi pertanda bahwa sang anak dari telah dipersunting.

3. Betanges

Pernikahan Roger Danuarta dan Cut Meyriska di Medan, Sumatera Utara.

Photo :
  • Instagram @dierabachir

Satu lagi tradisi pernikahan Indonesia yang berasal dari daerah Sumatra adalah Betanges. Tradisi pra nikah adat Palembang ini merupakan ritual mandi uap bagi calon mempelai perempuan yang dilakukan dua atau tiga hari sebelum acara pernikahan berlangsung.

Ritual Betanges bertujuan untuk menghilangkan bau badan tak sedap dan mendetoksifikasi sisa racun dalam tubuh. Prosesi betanges dimulai dengan calon pengantin perempuan yang duduk di atas bangku kecil lalu mengaduk-aduk air di dalam panci yang berisikan rempah-rempah Betanges seperti daun serai, daun pandan, dan lain-lain hingga mendidih sampai terbentuknya uap.

4. Ngekeb

Narapidana di Bali gelar pernikahan di penjara

Photo :
  • VIVA/Ni Putu Putri Muliantari

Beralih ke pulau Dewata, Ngekeb menjadi salah satu tradisi pernikahan adat Bali yang cukup populer. Ngekeb adalah sebuah upacara dimana calon pengantin perempuan akan menjalani ritual mandi air bunga, keramas air merang, serta luluran dengan ramuan tradisional yang menggunakan beras halus, bunga kenanga, daun merak, kunyit, pandan, dan lain-lain.

Tradisi ini dilakukan bertujuan untuk mempersiapkan calon mempelai perempuan dari kehidupan remaja menjadi seorang istri. Setelah rangkaian seluruh prosesi dilakukan, calon pengantin perempuan akan masuk ke kamar pengantin dan tidak diperbolehkan keluar kamar hingga pengantin laki-laki bertemunya.

5. Kawin Colong

Kawin Colong Suku Osing, Banyuwangi.

Photo :
  • U-Report

Tradisi pra nikah ala masyarakat Banyuwangi khususnya suku Osing. Seperti namanya, pada tradisi ini dilakukan ritual penculikan calon mempelai perempuan oleh mempelai laki-laki.

Proses pelaksanaan Kawin Colong adalah sang laki-laki akan menculik si perempuan, lalu dibawa ke rumahnya dan tinggal di sana. Dalam waktu kurang dari 24 jam, sang lelaki harus mengirimkan seorang Colok untuk bertemu dengan kedua orang tua perempuan.

Colok adalah seorang penengah yang akan menjadi perwakilan pihak pria untuk meminta izin kepada kedua pihak perempuan. Biasanya Colok adalah seorang yang dituakan atau disegani masyarakat, hal ini bertujuan agar orangtua perempuan dapat menghormati sang Colok.