Pasien COVID-19 Meninggal, Keluarga Ngamuk dan Caci Maki Petugas Medis

Tim medis melakukan penjemputan terhadap pasien positif corona. (Ilustrasi)
Sumber :
  • VIVAnews/Diki Hidayat

VIVA – Keluarga pasien suspek corona yang meninggal dunia di ruang isolasi memprotes tenaga medis Rumah Sakit Cut Nyak Dhien. Anggota keluarga pasien menganggap tim medis tidak bekerja profesional dalam menangani pasien, sehingga menyebabkan pasien meninggal dunia.

Baca Juga: Belum Sentuh MA, Jampidsus: Penyidikan Masih Fokus ke Djoko Tjandra

Dalam video yang viral di media sosial, seorang pria yang diduga sebagai keluarga pasien mengamuk kepada dua orang petugas medis yang tengah mengenakan baju APD. Sambil berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada petugas medis, pria itu juga menendang kursi dan pintu rumah sakit.

"Bikin naik darah kalian semua, APD saja belum kalian pakai," kata pria dalam video tersebut, dalam video yang diunggah akun Instagram @fakta.indo.

Pria itu kemudian masuk ke kamar pasien di mana ayahnya tengah terbaring. Dia seketika langsung menangisi ayahnya yang diduga telah meninggal dunia.

Menanggapi video tersebut, Dirut RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, Putri Fathiyah, mengatakan saat itu padahal petugas tengah memakai APD yang tentu membutuhkan waktu. Dia juga mengakui di rumah sakit itu tengah kekurangan tenaga medis.

"Padahal kan petugas sedang memakai APD, ya butuh waktu lah. Dia maunya saat itu dipanggil, saat itu juga hadir. Sampai disepak-sepak petugas kita seolah nggak dihargai. Anak buah saya kan tulus lahir batin masuk ke situ harus APD lengkap, bilang petugas nggak ada padahal ada lihat sendiri di video," kata Putri dalam wawancara tvOne.

Sebelumnya pasien suspek corona atas nama Baharuddin itu dibawa ke rumah sakit karena keluhan demam dan batuk. Setelah dirawat 24 jam, pasien meninggal sebelum tes cepat dan swab. Anggota keluarga mempertanyakan hasil medis COVID-19, di mana rumah sakit menyebut tim medis penguji memang sedang menjalani isolasi sehingga mengalami kekurangan tenaga medis.

"Kan sudah pernyataan dokter paru suspek. Kalau rapid kan memang tidak perlu lagi sekarang, kalau swab itu direncanakan sudah. Tapi petugas kan sedang isolasi. Alat ada semua, jadi SDM kita memang kurang tidak ada. Paling nggak sudah dilayani dengan baik kita menyediakan tempat ada perawat yang meerawat harusnya sudah beryukur," ujar Putri Fathiyah.