Nadine Chandrawinata
- VIVA.co.id/ Nuvola Gloria
VIVA.co.id – Masih ingat dengan kontroversi kata-kata “Indonesia is a beautiful city” yang diucapkan oleh Nadine Chandrawinata saat mengikuti sesi penjurian Miss Universe pada tahun 2006 lalu? Itulah sepotong gambaran tentang sosok Nadine yang meruyak hingga kini. Ibarat sebuah jargon iklan, trade mark Nadine adalah peristiwa penuh kontroversi yang terjadi di atas panggung sesi penjurian Miss Universe 2006 yang berlangsung di Shrine Auditorium-Los Angeles, Amerika Serikat itu.
Peristiwa itu sendiri sebenarnya bisa diantisipasi oleh Nadine karena sebelumnya dia telah mengikuti berbagai pelatihan menjelang keberangkatan yang diberikan oleh panitia Miss Universe 2006. Sayangnya karena Nadine sering terbata-bata dan melenceng dari konteks pertanyaan, Nadine akhirnya menggunakan jasa penerjemah hingga akhirnya peristiwa di atas panggung penjurian memojokkan Nadine di ajang ratu kecantikan sedunia itu.
Keikutsertaan Nadine Chandrawinata di ajang kecantikan ratu sejagat itu tidak terlepas dari kemenangannya di ajang bergengsi Puteri Indonesia pada tahun 2005, Nadine sendiri mewakili propinsi DKI Jakarta sehingga dia berhak maju mewakili Indonesia di ajang Miss Universe 2006. Di tingkat nasional seperti kontes Puteri Indonesia, Nadine sukses menjadi juara kedua untuk Budaya Nasional Terbaik dan Putri Persahabatan.
Sejak peristiwa yang cenderung memalukan serta menimbulkan stigma publik itu karier Nadine Chandrawinata memang tidak lalu berhenti. Sisi kelam kehidupan Nadine akhirnya berubah menjadi terang setelah dia ikut bermain dalam sebuah produksi film bertajuk “Realita, Cinta, dan Rock n’Roll” pada medio pertengahan tahun 2006. Dalam film pertamanya itu Nadine bermain apik walau masih kaku bersama dengan dua bintang muda berbakat Herjunot Ali dan Vino Bastian. Film arahan Upi Avianto itu memang tidak terlalu meledak, namun menjadi titik balik karier Nadine Chandrawinata pasca peristiwa yang mencoreng namanya di ajang Miss Universe 2006.
Lahir di Hannover-Jerman 26 tahun lalu, Nadine dibesarkan di Indonesia dengan ayah asli Indonesia, sementara sang ibu merupakan orang Jerman. Dia memiliki dua adik laki-laki yaitu Marcel dan Mischa, keduanya merupakan anak kembar dan bekerja juga sebagai sebagai model iklan dan aktor film di beberapa produksi film Indonesia.
Sebuah peristiwa kelam terjadi pada 19 Juli 2006 saat Nadine dilaporkan oleh Mujahidah (anggota FPI) ke Polda Metro Jaya atas keikut-sertaannya di ajang Miss Universe 2006. Ia dituduh melanggar pasal 281 KUHP tentang kesusilaan. Kuasa hukum Mujahidah FPI, Sugito SH, tak hanya melaporkan dia saja, tetapi juga orang-orang yang terlibat dalam acara itu. Sugito juga menyatakan, pemberangkatan Nadine ke ajang Miss Universe telah melanggar surat keputusan Mendikbud RI nomor 02/U/1984 tentang pengadaan kontes pemilihan ratu dan sejenisnya.
Selain hal itu Sugito juga menganggap pengiriman Nadine telah melanggar pasal 281 tentang pelanggaran kesusilaan dan 169 KUHP tentang perkumpulan untuk maksud jahat. Orang-orang yang dilaporkan itu adalah Mooryati Soedibyo, Wardiman Djojonegoro, Mega Angkasa, Kusuma Dewi, dan Putri Indonesia 2004 Artika Sari Devi. Kasus ini menguap begitu saja seiring dengan karir Nadine yang makin mencorong.
Pada medio tahun 2009, sebuah tawaran untuk bermain dalam film musikal berjudul “Generasi Biru” yang melibatkan grup band Slank diambil Nadine Chandrawinta. Film itu disutradarai oleh sutradara kenamaan Garin Nugroho. Walaupun tidak sukses, film ini memperlihatkan akting menawan Nadine. Film yang berdialog jarang ini menjadi sebuah pembuktian bagi Nadine untuk terus eksis di dunia hiburan.
Sebelumnya Nadine sempat ikut bermain dalam “Mati Suri”, sebuah proyek horror produksi Maxima yang diarahkan oleh sutradara video klip Rizal Mantovani. Film ini gagal total saat edar di pasar. Sampai kini Nadine belum menerima tawaran bermain film.
Kegiatan terbaru Nadine Chandrawinta rupanya kini berfokus seputar pembelajaran bahasa Inggris. Setelah sempat kepleset lidah di ajang Miss Universe 2006, Nadine kini getol mempelajari bahasa universal itu. Dia mengaku memang kemampuannya dalam berbahasa Inggris sangat minim.
Agar menghayati bahasa Inggris secara benar dan cepat, Nadine mengaku belajar dari native speaker yang kemampuannya tidak diragukan lagi. Sebagai pembuktian akan pembelajaran bahasa Inggrisnya pada medio akhir tahun 2009 dia sempat merilis sebuah buku bertajuk “Nadine Labour of Love” yang bercerita tentang indahnya alam bawah laut Bali dan Bunaken. Buku ini menurit rencana akan dipromosikan ke 23 negara.
Sosok Nadine yang memang terpilih sebagai Duta Karang Indonesia membuatnya semakin cinta dengan kekayaan laut Indonesia yang memang penuh dengan terumbu karang indah. Konon sejak kecil Nadine sudah diajari oleh sang ayah untuk menanamkan kesadaran bahwa di dunia ini ada makhluk lain selain manusia. Untuk itu penting sekali baginya bahwa kekayaan laut itu harus terus dilestarikan.
Demi menghayati kekayaan laut Indonesia, Nadine Chandrawinta juga tahu banyak kondisi terumbu karang yang ada di seputar perairan Indonesia. Dia tahu betul banyak kondisi terumbu karang di Indonesia yang rusak akibat bom ikan. Saat menyelam di perairan sekitar Pulau Samalona, Sulawesi Selatan (Sulsel) Nadine mengaku cukup kaget melihat banyaknya terumbu karang yang rusak akibat bom ikan.
Terlepas dari pengalamannya menyelam yang kurang menyenangkan, ia tetap mengakui banyak keunikan yang ia dapati di dalam laut. Di perairan Kepulauan Samalona, ia bahkan telah tiga kali menyelam. Ia juga berjanji akan menyelam lagi di perairan Takabonerate di kesempatan lain. Selain karena terumbu karang, yang mendorong Nadine rajin menyelam di Sulawesi adalah pemandangan matahari terbenamnya. Menurutnya gradasi warna jingga dan merah terumbu karang sangat indah.
Setelah bermain peran dalam film layar lebar “Mati Suri”, perjalanan Nadine Chandrawinta di dunia perfilman Indonesia masih terus berlanjut. Ia juga membintangi beberapa film di antaranya “Bidadari-bidadari Surga” (2012), “Azrax Melawan Sindikat Perdagangan Wanita” (2013), “Sagarmatha” (2013), “Danau Hitam “(2014), dan “Erau Kota Raja” (2015).
Nadine Chandrawinata juga menjadi salah satu produser dalam film “The Mirror Never Lies (Laut Bercermin)” yang dirilis pada tahun 2011.
***
BIODATA
Nama Lengkap | : Nadine Chandrawinata |
Nama Panggilan | : Nadine |
Tempat, Tanggal Lahir | : Jerman, 8 Mei 1984 |
Pekerjaan | : Artis |
Akun Media Sosial | : Twitter @nadinelist |
KELUARGA | |
Saudara Kandun | : Marcel dan Mischa |
KARIER
Filmografi :
- Realita, Cinta dan Rock'n Roll (2006)
- Generasi Biru (2009)
- Mati Suri (2009)
- The Mirror Never Lies (2011) - Produser
- Bidadari-Bidadari Surga (2012)
- Azrax Melawan Sindikat Perdagangan Wanita (2013)
- Sagarmatha (2013)
- Danau Hitam (2014)
- Erau Kota Raja (2015)
Program TV
- My Trip My Adventure (Trans TV)
PENGHARGAAN
- Juara II Budaya Nasional Terbaik dan Putri Persahabatan Puteri Indonesia 2005.
- Mewakili Indonesia di ajang Miss Universe 2006