Kisah Tragis Maharatu Bulutangkis Dunia, Dihabisi di Negara Sendiri

Tunggal Putri Spanyol, Carolina Marin
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA – Pandemi Virus Corona atau COVID-19 berdampak pada bulutangkis dunia. Sederet turnamen dibatalkan mengingat virus ini masih menyebar ke berbagai negara.

Selama masa pandemi, para pebulutangkis harus menjalani masa isolasi mandiri. Ada juga dari mereka yang menggelar latihan sendiri.

Meski rangkaian turnamen Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) belum ada yang digelar, namun ada kisah tragis dari maharatu bulutangkis dunia, Carolina Marin. 

Kisah itu terjadi di kampung halamannya sendiri yaitu Spanyol. Carolina harus menahan malu ketika dipecundangi dara muda Thailand, Pornpawee Chochuwong.

Mereka berjumpa di partai final BWF World Tour Super 300 Spain Masters 2020 yang berlangsun pada 18-23 Februari lalu. Carolina kalah lewat drama rubbergame.

Penampilan Carolina kala itu termasuk mengerikan. Dari awal pertandingan atau babak 32 besar, Carolina melaju dengan mulus.

Partai pertama, Carolina berhasil membungkam tunggal putri Russia, Natalia Perminova dua game langsung. Babak 16 besar, giliran pebulutangkis Belanda, Soraya De Visch Eijbergen yang jadi korban. Ia juga menang dua game langsung.

Perempatfinal, Carolina menghajar tunggal putri Thailand, Phittayaporn Chaiwan. Ia kembali menang dua game langsung.

Semifinal membara, Carolina berjumpa Supanida Katethong. Kala itu ia menang dua game langsung.

Petaka bagi Carolina, di partai panas final, ia harus mengakui kehebatan pebulutangkis 22 tahun alias Pornpawee. Gelar juara melayang.

Sekadar informasi, Carolina punya pengalaman pahit di Indonesia Masters 2019. Ia harus absen kurang lebih tujuh bulan di semua ajang bulutangkis dunia. Carolina mengalami cedera Anterior Cruciate Ligaments (ACL) saat bertarungan dengan pebulutangkis India, Saina Nehwal di final Indonesia Masters bulan Januari juga.

Kala itu, Carolina baru bermain dengan angka 10-4. Namun gelar juara melayang karena cedera yang dialami.

Selama masa perawatan, pemegang tiga gelar juara dunia dan juara Olimpiade 2016 itu terpaksa berkali-kali harus mengubur mimpinya untuk naik podium juara, lebih dari lima turnamen besar bulutangkis dunia dilaluinya tanpa bisa berlaga.

Mulai All England Open Badminton Championships 2019, Malaysia Open 2019, Singapore Open 2019, Indonesia Open 2019, Thailand Open 2019. Bahkan dia harus merelakan mahkota juara bertahan Japan Open 2019 melayang.

Baca juga: Maharatu Bulutangkis Makin Mengerikan, Rebut Rangking 6 Dunia