Ini Bukti Kerugian Indonesia, Akibat Aturan Ngaco BWF
- ANTARA/Wahyu Putro A
VIVA – Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia membongkar fakta ternyata Indonesia mengalami kerugian saat menggelar Kejuaraan Bulutangkis Dunia 2015.
Kerugian ini diderita Indonesia, gara-gara aturan yang diterbitkan Federasi Bulutangkis Dunia atau BWF, terkait pembagian komersil.
Dalam tiap kejuaraan itu, BWF memberlakukan aturan pembagian komersial 80-20. Dengan aturan ini, 80 persen sponsorship dikendalikan BWF. Negara penyelenggara hanya diberi jatah 20 persen saja.
Contohnya, penempatan logo sponsor pada e-board di pinggir lapangan, backdrop media zone, serta materi promosi lainnya, masuk dalam aturan 80-20 ini.
Menurut Kepala Sub Bidang Hubungan Internasional PBSI, Bambang Roedyanto, Kejuaraan Dunia 2015 menjadi bukti aturan BWF itu tidak adil dan malah merugikan negara penyelenggara.
"Berkaca dari Kejuaraan Dunia 2015, saat itu kami sebagai tuan rumah mengalami kerugian karena aturan ini. Belum lagi makin ke sini makin banyak extra cost yang terus meningkat dan dibebankan kepada negara penyelenggara, termasuk akomodasi, transport dan berbagai biaya lainnya, kalau bisa ya jangan berat sebelah seperti ini," ujar Bambang Roedyanto seperti dilansir PBSI di situs resminya, Kamis 29 November 2018.
Karena itulah, PBSI akhirnya absen dalam bidding BWF berjuluk BWF Major Events 2019-2025 yang siang ini sedang digelar di markas BWF di Kuala Lumpur, Malaysia.
Perlu diketahui, Indonesia menjadi penyelenggara Kejuaraan Dunia 2015 di Jakarta, usai mengikuti bidding BWF tahun 2014. Dan menang dalam bidding itu, sebagai pemenang maka pada tahun 2015 Indonesia menggelar Kejuaraan Dunia serta Kejuaraan Dunia Junior dan Kejuaraan Dunia Junior Beregu 2017.
Dengan tak mengikuti bidding itu, untuk sementara hingga tahun 2021 Indonesia hanya akan menyelenggarakan turnamen bulutangkis dunia Tur BWF saja. Yaitu Indonesia Terbuka super 1000, Indonesia Masters super 500 dan Kejuaraan Bulutangkis Dunia super 100.
Untuk diketahui, di Kejuaraan Dunia 2015, Indonesia berhasil merebut 1 medali emas. Yaitu dari ganda putra, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Baca: Aturan BWF Ngaco, Indonesia Ogah Gelar Kejuaraan Dunia Bulutangkis