Makna Spesial Gelar Indonesia Open untuk Kevin/Marcus dan Owi/Butet
- VIVA/Donny Adhiyasa
VIVA – Pencapaian gemilang dua wakil Merah Putih, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, yang sukses menjuarai Indonesia Open 2018, pekan lalu, menghadirkan kebanggaan tersendiri bagi publik bulutangkis Tanah Air. Untuk pertama kalinya sejak 2008 lalu, skuat Pelatnas Cipayung berhasil memboyong dua gelar dari turnamen level tertinggi individu itu.
Momen tersebut terasa spesial bagi kedua pasangan, mengingat gelar Indonesia Open ini jadi yang pertama bagi Kevin/Marcus. Dan kemungkinan juga menjadi keikutsertaan yang terakhir bagi Liliyana Natsir di pengujung karier fenomenalnya di arena bulutangkis dunia.
Mengapresiasi torehan tersebut, Djarum Foundation memberikan penghargaan kepada tiga atlet asal PB Djarum Kudus yakni Tontowi Ahmad, Liliyana Natsir dan Kevin Sanjaya Sukamuljo atas prestasi apik yang direngkuhnya tersebut.
Bonus senilai total Rp200 juta dipersembahkan kepada masing-masing atlet untuk memacu kembali pencapaian prestasi mereka ke depannya. Dalam acara yang berlangsung di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, itu hadir pula para pelatih dari Kevin/Marcus dan Owi/Butet yang turut dianugerahi apresiasi bonus.
Bagi Kevin, sukses di Indonesia Open menjadi penegasan performa menterengnya dalam persaingan ganda putra papan atas dunia. Di mana sebelum merebut gelar Indonesia Open ini, duo Minions menjadi kampiun All England pada Maret 2018 lalu.
Kini pasangan nomor satu dunia itu hanya perlu memenangkan China Open pada September mendatang untuk melengkapi hattrick gelar turnamen berlabel BWF World Tour Super 1000.
“Rangkaian kemenangan ini merupakan pendorong agar saya bisa semakin berprestasi untuk mengharumkan nama bangsa melalui olahraga bulutangkis. Keberhasilan ini tak lepas dari dukungan pelatih dan PB Djarum yang telah mengasah saya untuk mengeluarkan kemampuan terbaik saat bertanding sehingga memperoleh hasil yang maksimal di lapangan,” ungkap Kevin.
Kemenangan ini juga terasa sangat manis oleh Owi dan Butet. Bukan cuma bermakna mempertahankan gelar juara tahun lalu, keberhasilan ini juga meruntuhkan mitos bahwa Owi/Butet tak pernah memenangi gelar di Istora Senayan.
“Rasanya lega sekali bisa memberikan hasil terbaik di hadapan publik sendiri, apalagi berhasil menghapus catatan tidak pernah menang di Istora. Sekarang sudah lunas, ini kemenangan yang sangat istimewa bagi kami,” jelas Butet yang bersama Owi mengalahkan duet Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di partai puncak.
Terakhir kali Indonesia meraih dua gelar pada 2008 lewat sektor tunggal putra, Sony Dwi Kuncoro, dan pasangan ganda putri Vita Marissa yang berduet dengan Liliyana Natsir.
Bahkan, Indonesia pernah puasa gelar di ajang Indonesia Open 2007, 2009, 2010, 2011, 2014, 2015, dan 2016. (one)