Mia Audina Picu Terpuruknya Prestasi Tunggal Putri Indonesia
- Istimewa
VIVA – Minimnya prestasi bulutangkis Indonesia di sektor tunggal putri, tak lepas dari kepergian Mia Audina. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala bidang pembinaan dan prestasi PBSI, Susi Susanti.
Mia termasuk dalam jajaran legenda bulutangkis Indonesia, wanita kelahiran Jakarta 22 Agustus 1979 tersebut sukses menyabet medali perak Olimpiade Atlanta 1996. Hingga akhirnya, Mia menikahi pria berkebangsaan Belanda pada 1999 dan membuatnya menetap di sana dan memutuskan pindah kewarganegaraan.
Prestasi Mia di Belanda pun cukup mengagumkan, dia meraih medali perak pada Olimpiade 2004 sebelum akhirnya pensiun pada 2006 memutuskan gantung raket. Faktor itu lah yang menurut Susi, tunggal putri Indonesia menurun, selain kurangnya bibit pemain juga.
"Kita melihat bahwa 10 tahun terakhir kita enggak ada prestasi dari putri. Satu karena bibit kurang, kedua setelah zaman saya itu satu generasi hilang. Mia pindah ke Belanda, itu yang membuat perbulutangkisan putri kita, bisa dibilang sedikit terpuruk," kata Susi saat dihubungi VIVA.
"Karena satu generasi sebelumnya ada 7 pemain sama dengan Mia. Karena Mia yang paling menonjol, yang 7 itu dibuang. Ternyata, Mia nya tidak membela Indonesia, setelah diprioritaskan. Dia justru membela negara lain, pindah negara. Keterpurukan salah satunya di situ. Kita harus membina lagi, dan menaikkan satu generasi enggak gampang. Sama seperti Jepang, perlu berpuluh tahun untuk menaikkan lagi, " lanjut mantan peraih medali Emas Olimpiade Barcelona 1992 ini.
Prestasi tunggal putri Indonesia memang kembali menjadi sorotan, usai para srikandi-srikandi Merah Putih gagal di Indonesia Masters 2018. Di mana, para pemain tunggal putri Indonesia sudah tersingkir sejak babak kedua.
Dari lima nomor yang dipertandingankan, Indonesia berhasil meraih dua gelar juara melalui sektor ganda putra dan tunggal putra. Susi akui secara kualitas dan kelas, sektor tunggal putri memang kalah kualitas dan kelas.