Pengakuan Pesilat Chintya Saat Digeruduk Juara Dunia, Siapa Bohong?

Chintya Candranaya
Sumber :
  • instagram.com/chintyacandranaya

VIVA – Mantan juara dunia pencak silat asal Jawa Barat, Nirmala Oktaviani turut meramaikan Gerakan #BeladiriBersatu yang ingin membuktikan kesaktian pesilat wanita asal Lampung, Chintya Candranaya.

Selain itu, Gerakan #BeladiriBersatu juga ingin bertemu dengan guru Chintya, Agus Setiawan Jaya, yang mengaku pernah melawan 200 orang sendirian.

Adapun Gerakan #BeladiriBersatu diprakarsai oleh petarung nasional seperti Suwardi, Theodorus Ginting, Rudy Agustian, hingga Mustadi Anetta. 

Gerakan #BeladiriBersatu mendatangi markas Chintya di Lampung pada 8-9 Agustus 2020 kemarin. Namun, dua hari berada di sana, mereka menyebut Chintya dan Agus tidak menampakkan batang hidungnya.

Yang menjadi pertanyaan Gerakan #BeladiriBersatu adalah, alih-alih bersua dengan Chintya dan Agus, mereka malah dipertemukan dengan seorang pengacara.

"Dari keduanya, tak ada yang datang. Kami cuma ditemui perwakilan mereka, kuasa hukumnya. Heran juga, kok malah didatangi kuasa hukum. Salah kami apa? Kan cuma mau pembuktian," kata Suwardi beberapa hari lalu.

"Kami datangi ke markasnya tak ada juga. Muncul muridnya, lalu mereka mau pembuktian dengan benda-benda kayak gagang sapu berbahan seng, bukan seperti itu maksudnya," sambungnya.

Suwardi melanjutkan, Gerakan #BeladiriBersatu tak akan berhenti sampai di situ. Meski gagal menemui kedua pesilat yang mengaku sakti tersebut, mereka tetap akan menggelorakan gerakannya demi mengedukasi masyarakat yang awam tentang beladiri.

"Sekarang, kami sudah ke sana, silaturahmi, datang baik-baik, tapi tak diterima. Publik saja yang menilai. Soal apakah berhenti atau tidak, tentunya kami berjuang agar tak ada lagi pembodohan publik," jelas Suwardi.

Menanggapi hal tersebut, Chintya melalui manajernya, Anjar Weni menjelaskan kronologi versi mereka. Anjar menegaskan, Chintya sama sekali tidak kabur saat didatangi oleh Gerakan #BeladiriBersatu.

Dijelaskan Anjar, pihaknya merasa ada yang aneh sebelum kedatangan Gerakan #BeladiriBersatu. Mereka didatangi tiga orang yang mengaku sebagai polisi, namun berpakaian sipil pada malam hari sekitar pukul 21.30 WIB

Mereka bertanya-tanya dan kebinguan, tanpa angin tiada hujan, ketiga orang tersebut mengatakan Chintya diundang oleh Kapolres. Dari sinilah, mereka memutuskan untuk membawa seorang pengacara. 

"Kami pikir, karena diundang polisi jadi ada unsur-unsur hukumnya, Makanya kami memutuskan untuk datang dengan pengacara, kata Anjar kepada VIVA.

Sampai di lokasi, pengacara yang diutus Anjar terkejut karena di tempat tersebut sudah ramai orang-orang yang mengatas namakan Gerakan #BeladiriBersatu.

"Dan teman-teman di Jakarta sudah bawa durian, sudah bawa besi yang memaksa Chintya untuk membuktikan kepada mereka dalam satu waktu. Mereka bilang kalau tidak dibuktikan di depan mata mereka, teman-teman di Jakarta mengklaim Chintya itu adalah palsu," kata Anjar.

Anjar melanjutkan, karena tak ingin Gerakan #BeladiriBersatu bersatu kecewa sudah jauh-jauh dari Jakarta tak bertemu Chintya, dia meminta pertemuan digelar di suatu tempat secara khusus keesokan harinya dengan lima orang dari Gerakan #BeladiriBersatu, dan lima orang dari pihak Chintya.

Keesokan harinya, Anjar kaget lantaran Gerakan #BeladiriBersatu datang lebih dari jumlah yang ditentukan. Padahal, mereka benar-benar datang hanya dengan jumlah personil lima orang, termasuk Chintya.

"Jadi pas sudah di sana saya dan salah satu tim saya turun menemui mereka. Chintya ada di sana, tapi saya suruh dia tetap di mobil. Kami datang dengan peralatan untuk pembuktian dan mereka bisa cek keasliannya,” ujarnya.

“Saya temui, saat itu saya masih berikir positif. Tapi tidak ada jalan keluarnya, mereka menuntut sesuatu dari Chintya tapi mereka menjawab sendiri, menyimpulkan sendiri," ucapnya.

Baca Juga:

Parah, Pesilat Wanita yang Ngaku Sakti Hilang Didatangi Juara Dunia 
Dituding Pakai Jurus Palsu, Pesilat Wanita Chintya Akhirnya Buka Suara
Perjuangan #BeladiriBersatu Bongkar Kesaktian Palsu Chintya Candranaya