Mampu Nggak Sih Pesilat Wanita yang Ngaku Sakti Tampil di Asian Games?
- instagram.com/chintyacandranaya
VIVA – Pesilat wanita Indonesia, Chintya Candranaya masih menjadi pembahasan utama di dunia beladiri nasional. Dia sempat menganalisa beberapa cuplikan video yang melibatkan para petarung MMA. Penilaiannya, MMA tak efektif dalam pertarungan jalanan.
Bukan cuma itu, Chintya kerap menunjukkan aksi-aksi kontroversial di media sosial. Dia juga mengaku memiliki kesaktian. Beberapa aksinya macam menghindari tembakan peluru, menghancurkan pilar tembok, hingga membengkokkan batang besi.
Belum lagi saat ada klaim yang muncul dari sang manajer, Anjar Weni. Dia menyebut Chintya mampu mengalahkan 40 orang sekaligus, dan membunuh lima di antaranya.
Logikanya, kalau memang Chintya sesakti itu, seharusnya dia bisa mengharumkan nama Indonesia di level internasional. Utamanya di ajang Asian Games 2018 dan SEA Games 2019 atau di kedua ajang tersebut pada edisi selanjutnya.
Namun pada kenyataanya, Chintya tak ada saat para pesilat Indonesia menggemparkan Asia. Sebanyak 14 emas dan satu medali perunggu berhasil diraih tim pencak silat Indonesia di Asian Games 2018.
Pun, batang hidung Chintya tak terlihat saat pencak silat Indonesia merebut dua emas, tiga perak, dan dua perunggu di SEA Games 2019 Filipina.
Nah, mungkin nggak sih Chintya, pesilat wanita yang ngaku sakti ini tampil di Asian Games dan SEA Games selanjutnya?
Pelatih kepala tim pencak silat Indonesia di Asian Games 2018, Rony Syaifullah mengatakan, ada banyak tahapan bagi seorang pesilat bisa mewakili Indonesia di kancah internasional.
Prosesnya juga begitu berat dan ketat, tidak bisa hanya dinilai dari aksi-aksi di media sosial saja. Pertama, para pesilat harus mampu keluar dari seleksi antar perguruan di tingkat kabupaten. Kemudian, antar kabupaten di tingkat provinsi dan antar provinsi di tingkat nasional.
"Ini sudah menjadi standar, dan tahapannya memang sangat berat. Ketika kita bicara tentang fenomena yang terjadi di media sosial, apalagi di zaman seperti itu, sulit mempercayai aksi-aksi itu," kata Rony kepada VIVA, Senin 17 Agustus 2020.
"Jadi, kalau memang mau berprestasi ya coba dibuktikan. Dari antar kabupaten, provinsi, bisa atau tidak lolos disitu? Dengan kesaktian apapun lah embel-embelnya. Kalau dia bisa menyelesaikan pertandingan di level-level tersebut ya otomatis dia akan terpilih," ucapnya.
Terpilih masuk pelatnas pun belum cukup untuk tampil di ajang intersional. Rony menceritakan bagaiamana perjalanannya bersama tim kepelatihan pencak silat serta Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB PSI) merancang strategi untuk mendulang medali.
Di Asian Games 2018 contohnya, atlet-atlet yang sudah masuk pelatnas pun harus tetap berkompetisi untuk masuk ke tim utama. Nah, pada proses inilah yang sangat sulit. Pasalnya, para pesilat terbaik Indonesia akan saling adu kemampuan.
"Setelah itu di Jakarta diadakan seleksi akhir yang menjadi penentu. Itu pertandingan resmi, seperti pertandingan bergengsi. Jadi terbaik dari yang terbaik diseleksi di sana dan mewakili Indonesia. Mereka yang tampil kemarin itu memang yang layak menjadi atlet elite yang mewakili di Indonesia," ucapnya.
Barulah setelah itu atlet-atlet terbaik akan dikirim ke luar negeri untuk menjalani uji coba sebelum event sesungguhnya. "Kemudian untuk menuju emas, pelatih melihat peta kekuatan lawan dan atlet-atlet bakal di kirim ke sana untuk uji coba. Di Asian Games kemarin, kami mengirim atlet ke Vietnam dan Thailand," jelasnya.
Baca Juga:
Parah, Pesilat Wanita yang Ngaku Sakti Hilang Didatangi Juara Dunia
Mengerikan, Kekuatan Pukulan Deontay Wilder Usai Pecundangi Mike Tyson
Gempar, Kebohongan Pesilat Wanita yang Ngaku Sakti Cuma Demi Uang